Selasa, 11 September 2012

Haris saputro


Secara administratif diriku lahir 17 tahun yg lalu tepatnya pada 19 Desember. Tapi gak tau juga kebenaran tentang itu. Soalnya kata ibuku aku lahir pada hari Minggu Legi, sedangkan 17 tahun yang lalu itu pada 19 Desember 1995 itu bukan Minggu Legi melainkan Selasa apa gak tau aku nggak sempat ngecek.  Jadi hal itulah yang buat diriku bimbang. Namun aku berfikir lebih dewasa, apalah artinya sebuah usia. Itu hanya data statistika yang semakin mendekatkan kita dengan kematian.  
Waktuku bayi (entah itu usia berapa tahun) aku dirawat oleh nenekku dan itu mungkin yang menjadikan diriku menjadi bayi pertama di dunia yang meminum ASN(Air Susu Nenek) yang jelas tidak ada rasanya. Aku telah tertipu oleh seorang nenek dengan air susunya  -.-“. Tapi tak apalah soalnya pada saat yang bersamaan ibuku sedang mengandung adikku. Dan aku juga sangat berterima kasih atas air susu dari nenek yang tidak ada rasanya itu . Dan karena nenek juga yang membiayai sekolahku sejak SMP setelah sang kakek meninggal.
Aku lahir dari keluarga yang kurang mampu. Aku bertekad untuk memakmurkan dan meningkatkan derajat keluarga menjadi lebih dari sebelumnya. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk meraih cita-citaku. Aku juga rela berbuat apa saja untuk meraih itu asal yang aku lakukan masih dijalan yang benar.
Aku tidak pernah mengenyam bangku TK sama sekali. Aku juga apa alasannya kenapa aku tidak mengenyam bangku TK, entah karena memang aku sendiri tidak suka menggambar yang konon di TK hanya diajarkan menyanyi dan menggambar ataupun orang tuaku yang  tidak punya biaya untuk memasukkan aku ke TK. Namun dengan sebuah alasan itu aku dapat berprestasi di SD dengan menjadi juara kelas dari kelas 1 sampai  kelas 6 (ya paling tidak masuk 5 besar). Pada kelas 6 aku ditaksir oleh seorang cewek. Namun karena aku yang tidak tahu-menahu tentang pacaran akhirnya tidak mau untuk berpacaran. Aku malah membalas surat yang dia kirimkan kepadaku dengan tumpukan sampah. Sungguh tidak punya perasaan sama sekali diriku ini :/. Untungnya pas SMP kita satu sekolahan jadi aku jadi malu setiap ketemu dia.
Waktu jaman-jaman SMP aku menjadi anak yang culun abis. Soalnya dari SD-ku yang masuk ke SMP itu hanya 2 anak yaitu, aku dan temenku Hasta namanya. Aku tidak punya teman ketika awal-awal SMP. Aku mungkin dapat dikatakan sebagai murid yang kurang ajar. Bagaimana tidak baru kelas 7 aku sudah berani dengan wali kelasku, bahkan aku menantangnya untuk debat. Di kelas 8 aku bertambah lebih kurang ajar, aku memecahkan kaca yang ada dikelasku dan aku mendapatkan point dari BP gara-gara ngupil ketika KBM berlangsung. Di kelas 9 aku dikeluarkan darii kelas karena aku biacara yang melantur dari pokok bahasan. Dan ketika saat solat aku hanya tanda tangan absen dan pergi kembali ke kantin.
Ketika pertama masuk SMA aku seperti ketika pada aku masuk SMP. Di setiap tingkatan kelas aku selalu membuat olah pada setiap sesi KBM. Di kelas 10 aku sudah 3 kali bolos, 2 kali terlambat dank arena itu aku di skorsing 3 hari dengan tugas yang banyak. Di kelas 11 aku  menggemparkan SMA dengan meng-upload foto guru bahasa Indonesia yang aku jepret ketika sedang mebuka permen frozz  dengan bibir yang monyong yang sekaligus seksi. Di komen pun temanku mengolok-olok guru tersebut. Di kelas 12 aku menjadi sedikit pribadi yang yang lebih baik namun tetap clengekan alias urakan. Pada akhir-akhir SMA aku merasakan sebuah rasa kehilangan. Aku kehilangan sebuah keluarga yang kurasa baru sekejap saja merasakan kehangatan dalam suka, duka, pertikaian dan penjelekan satu sama lain.
Selama aku hidup aku belum pernah berprestasi. Mungkin yang aku ingat sampai sekarang adalah prestasi juara 2 cerdas cermat antar TPA sekota Madiun. Tapi entah kenapa aku tidak diberi sertifikat oleh pengajar di TPA ku. Mungkin itu tidak tergolong dalam prestasi akademik. Dan sebab itu tidak ada sertifikat ataupun piagam yang ku dapat dari itu.
Sekarang aku kuliah di Universitas Brawijaya. Disini  aku berniat untuk berprestasi baik dalam hal akademik ataupun non akademik. Aku juga ingin mahasiswa yang “AKADEMITIF serta ORGANITATIF”. Dan hanya sebuah senyuman bangga orang tua lah yang aku inginkan selama ini.







0 komentar :

Posting Komentar