SEMANGAT ITU MASIH ADA SAMPAI UJUNG SENJA

Tetaplah berjuang sampai ujung senja. Jadikanlah batas kesabaran itu hingga Allah ridho pada diri. Semangatlah apa pun yang terjadi karena hakikatnya meskipun diri tak mau semangat, sesuatu apa pun itu akan tetap terjadi jua.

Sebaik-baiknya teman adalah yang menunjukkan kepada kebaikan.

Teman merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan ini. Tanpa kehadiran teman kita bukanlah apa-apa, dan bukan siapa-siapa. Dalam cakupan yang luas, teman juga bisa diartikan sebagai orang yang menemani kebersamaan dan membantu kita, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mendapatkan Ketenangan Hati Dalam Menghadapi Masalah Hidup

Setiap manusia tidak ada yang tidak mempunyai masalah hidup, terlepas dari segala aspek status maupun derajatnya. Terkadang masalah tersebut bisa membuat kita menjadi stres atau bahkan akhirnya menjadi sakit, namun jika kita pandai untuk mengelolanya dengan baik masalah tersebut justru bisa menjadi sesuatu pelajaran yang sangat berguna untuk kita.

Rasa gembira merupakan kesan positif kejiwaan yang muncul di berbagai keadaan.

Menghapus rasa duka dan menciptakan keceriaan merupkan hal yang cukup baik untuk diri sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Karena rasa duka dan ceria tidak hanya terbatas pada pribadi manusia. Keceriaan dan kesedihan seorang manusia boleh berpengaruh juga terhadap orang lain. Oleh kerana itu, kesedihan ataupun keceriaan seseroang berpengaruh juga bagi orang lain di sekitarnya.

Atasi rasa lelah

Jangan kalah sama rasa lelah. Ketika kita terjangkiti rasa lelah, hanya ada dua pilihan, berhenti atau meneruskan. Tapi ketahuilah, bahwa berhenti karena lelah itu adalah simbol dari kekalahan, menyerah dan putus asa, yang merupakan bagian dari kekufuran.

Jumat, 26 Februari 2016

AIR MATA ROSUULULLOOH SAW KETIKA MELIHAT KASIH SAYANG DI ANTARA SAHABATNYA

Ketaatan para sahabat dalam menjalankan ibadahnya serta kerukunan dan cinta kasih yang mereka jalin bersama terkadang membuat orang yang melihatnya terkagum-kagum, heran, dan penuh ketakjuban. Bangsa yang suka berperang dan membunuh, serta saling mengunggulkan sukunya, kini telah berubah menjadi manusia-manusia yang santun, penuh kasih sayang, dan tinggi sifat sosialnya. Mereka juga hidup rukun, damai, sejahtera, saling memberi, tolong-menolong, dan saling memuji.

Melihat kebaikan para sahabat itu, Nabi Muchammad SAW sampai meneteskan air mata. Beliau terharu menyaksikan kerukunan dan kebersamaan di antara mereka.

Hal itu seperti dikisahkan, pada suatu hari Sayyidina Ali bin Abi Thollib meminta segenggam kurma kepada seorang penjaga Yahudi. Sayyidina Ali berkata,"Ketika aku datang ke masjid, tiba-tiba Mush'ab bin Umair datang kepada kami dengan berselimutkan kain dari bulu binatang. Lalu dia memberi makanan. Dia memang orang yang sangat pemurah."

Ketika Rosuulullooh SAW melihatbya, Sayyidina Ali menceritakan kelembutan Mush'ab bin Umair. Sebenarnya beliau sendiri pun sudah mengetahuinya. Mendengar pujian Sayyidina Ali pada temannya, Nabi Muchammad SAW sampai meneteskan air mata. Lalu beliau bersabda,"Kalian baik sekali pada hari ini. Mungkin besok salah satu dari kalian membawa semangkok roti dan daging."
Lalu mereka berkata," Pemberian ini karena kami sudah mempunyai persediaan yang cukup. Bahkan, kami sudah menyaksikannya untuk beribadah."
Rosuulullooh SAW bersabda,"Pada hari ini keadaan kalian lebih baik daripada keadaan kalian pada hari itu."


Hadits tersebut menunjukkan bahwa kerukunan, tolong-menolong, dan saling memuji itu bisa menghilangkan sifat dengki dan dendam. Pada akhirnya sikap itu bisa membuat masyarakat hidup dalam kedamaian. 

Oleh karena itu, Nabi Muchammad SAW sangat terharu melihat sikap baik Sayyidina Ali yang memuji temannya itu. Bahkan sampai meneteskan air mata melihat kejadian tersebut.


WALLOOHU A'LAM BISH SHOWAAB

Jumat, 19 Februari 2016

AIR MATA ROSUULULLOOH SAW TERINGAT SIKSAAN MUSYRIKIN QUROISY

Perang Badar telah usai. Kemenangan berpihak pada kaum muslimin. Kaum musyrikin mengalami kekalahan yang telak. Dari pasukan kaum muslimin, yang mati syahid hanya 14 orang. Enam orang dari kaum Muhajirin dan delapan orang dari golongan Anshor. Sedangkan orang-orang musyrik mengalami kerugian yang amat besar. Yang mati dari pihak mereka sebanyak 70 orang. Sedangkan yang menjadi tawanan juga 70 orang.
Tidak lama setelah perang usai, Nabi Muchammad SAW mengelilingi para korban dari kaum musyrikin. Sambil berdiri di dekat korban, Beliau bersabda,"Keluarga yang paling buruk terhadap nabi kalian adalah diri kalian. Kalian mendustakan aku selagi orang-orang mendengarkan aku. Kalian menelantarkan aku selagi orang-orang menolongku. Kalian mengusir aku selagi orang-orang melindungiku." Setelah itu, jasad mereka dilemparkan ke dalam sumur.
Diriwayatkan dari Imam Abu Tholhah bahwa Rosuulullooh SAW memerintahkan pasukannya untuk mengumpulkan 24 pemuka Quroisy yang terbunuh. Lalu, mereka dilemparkan ke dalam sebuah sumur yang kotor dan bau.
Pada hari ketiga setelah Perang Badar, Beliau pergi dengan hewan kendaraannya. Kemudian beliau berjalan dengan diikuti para sahabat hingga beliau berhenti di bibir sumur. Beliau menyebutkan sejumlah nama orang-orang musyrik yang jasadnya dilemparkan ke dalam sumur. "Wahai Fulan bin Fulan... Wahai Fulan bin Fulan, apakah kalian merasa gembira karena kalian tidak menaati ALLOOH dan Rosuul-NYA? Sesunggugnya kami telah mendapatkan bahwa apa yang dijanjikan oleh Robb kami itu adalah benar. Lalu apakah kalian mendapatkan apa yang dijanjikan Robb kalian juga benar?"
Mendengar kata-kata Beliau, Sayyidina Umar Ibnul Khoththob bertanya,"Wahai Rosuulullooh SAW, mengapa engkau berbicara dengan jasad-jasad yang tidak lagi mempunyai roh?"
Beliau menjawab,"Demi diri Muchammad yang berada di tangan-NYA, kalian tidak lebih bisa mendengar daripada mereka tentang apa yang aku katakan."
Dalam riwayat yang lain disebutkan,"Kalian tidak lebih bisa mendengar daripada mereka. Namun, mereka tidak bisa menjawab."

Setelah kemenangan benar-benar nyata berada di tangan kaum muslimin, maka Nabi Muchammad SAW mengirimkan dua orang utusan untuk menyampaikan kabar gembira kepada penduduk Madinah agar mereka ikut menikmati kemenangan. Dua orang yang diutus untuk menyampaikan kabar gembira itu adalah Sayyidina Abdullooh bin Rowahah dan Sayyidina Zaid bin Haritsah. Sayyidina Abdullooh menyampaikannya kepada penduduk yang berada di dataran tinggi, sedangkan Sayyidina Zaid mengabarkannya kepada orang-orang yang berada di dataran rendah.
Sementara itu, orang-orang munafiqin sudah menyebarkan isu di kalangan penduduk Madinah tentang terbunuhnya Rosuulullooh SAW. Saat orang munafiq tadi melihat Sayyidina Zaid bin Haritsah datang dengan mengendarai unta beliau yang bernama Al-Qushwa, maka dia segera berteriak,'Muchammad telah terbunuh! Itu adalah untanya yang telah kita kenal. Zaid yang tergagap pun tidak bisa berkata apa-apa karena kalah!"
Setelah dua orang utusan ini benar-benar tiba, maka kaum muslimin berkumpul mengelilingi mereka sambil mendengarkan dengan saksama kabar yang mereka bawa. Dengan begitu, mereka benar-benar yakin bahwa yang menang dalam peperangan itu adalah kaum muslimin. Serta merta kegembiraan seakan menyeruak di Kota Madinah. Seluruh pintu Madinah bergetar karena takbir dan tahlil. Para pemuka Madinah segera berjalan menuju jalan ke arah Badar. Mereka bersiap-siap untuk menyambut kedatangan Nabi Muchammad SAW atas kemenangan itu.
Sayyidina Usamah bin Zaid berkata," Kami menerima kabar itu selagi kami sedang meratakan tanah di rumah Sayyidah Ruqoyyah binti Rosuulullooh SAW yang menjadi istri Sayyidina Utsman bin Affan. Aku diberi tanggung jawab untuk melindunginya."
Seusai perang, Rosuulullooh SAW bersama para sahabat masih tinggal di Badar selama tiga hari. Sebelum mereka meninggalkan arena pertempuran, terjadi silang pendapat mengenai harta rampasan perang. Ketika silang pendapat itu semakin meruncing, maka Nabi Muchammad SAW memerintahkan agar seluruh harta rampasan perang diserahkan kepada Beliau. Lalu turunlah wahyu untuk menyelesaikan masalah ini.
Diriwayatkan oleh Sayyidina Ubadah bin Ash-Shomit bahwa dirinya berkata,"Kami pergi bersama Rosuulullooh SAW untuk bergabung dalam Perang Badar. Dua pasukan saling berhadapan dan ALLOOH mengalahkan pasukan musuh. Ada segolongan kaum muslimin yang mengejar, mengusir, dan membunuh musuh. Ada sebagian lain yang menjaga harta rampasan yang telah dikumpulkannya. Ada pula yang menjaga keamanan Nabi Muchammad SAW dan tidak berhadapan langsung dengan musuh."
Pada malam hari, setelah sebagian dari mereka telah berkumpul dengan yang lain, mereka yang telah berhasil mengumpulkan harta rampasan berkata,"Kamilah yang telah berhasil mengumpulkannya. Oleh sebab itu, siapa pun tidak boleh mengusiknya!"
Sedangkan mereka yang bertugas mengejar musuh menyahut,"Kalian tidak lebih berhak dari kami. Kamilah yang sebenarnya telah mengumpulkan harta rampasan dan mengalahkan musuh!"
Mereka yang bertugas menjaga Rosuulullooh SAW berkata," Kami khawatir musuh akan menyerang Beliau. Maka, sejak awal kami melindungi Beliau!"

Kemudian, turunlah wahyu kepada Rosuulullooh SAW yang berbunyi,
"Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, 'Harta rampasan perang itu kepunyaan ALLOOH dan Rosuul-NYA. Oleh sebab itu, bertaqwalah kepada ALLOOH dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu. Taatlah kepada ALLOOH dan Rosuul-NYA jika kamu adalah orang-orang yang beriman.'" (QS. Al-Anfaal:1)

Setelah tiga hari berada di Badar, pasukan kaum muslimin pulang kembali ke Madinah dengan membawa para tawanan dan harta rampasan yang diperoleh dari kaum musyrikin Quroisy. Tawanan-tawanan itu kemudian penanganannya diserahkan kepada Sayyidina Abdullooh bin Ka'ab. Setelah melewati celah Ash-Shofro', beliau menghentikan pasukan. Di tempat itu, setelah mengambil seperlimanya, beliau membagi harta rampasan secara merata di antara orang-orang muslim.
Setelah pergi dari Ar-Rouha', rombongan Rosuulullooh SAW bertemu dengan orang-orang yang keluar dari Madinah. Mereka menyambut kedatangan beliau dan mengucapkan selamat atas kemenangan tersebut.
Pada saat itu, Sayyidina Salamah bin Salamah bertanya kepada orang-orang yang menyambut kedatangannya,"Apa yang mendorong kalian untuk menyambut kedatang kami? Demi ALLOOH, jika sudah saling bertemu, maka badan kita sudah lemah dengan kepala gundul layaknya orang yang sudah tua renta."
Mendengar kata-katanya itu, Nabi Muchammad SAW tersenyum kemudian bersabda,"Wahai keponakanku, mereka adalah orang-orang yang penting."
Lalu terjadilah dialog yang akrab antara pasukan kaum muslimin dan rombongan penyambut. Setelah itu, barulah mereka bergerak menuju Madinah.

Seperti telah disebutkan, masalah pembagian harta rampasan perang dapat diselesaikan dengan baik berkat turunnya firman ALLOOH dalam surat al-Anfaal ayat 1 tersebut. Namun, di Madinah, timbul persoalan baru lagi, yakni masalah tawanan. Hal ini terjadi ketika Rosuulullooh SAW meminta pendapat Sayyidina Abu Bakr mengenai tawanan.
Sayyidina Abu Bakr berkata,"Wahai Rosuulullooh, mereka masih terhitung keluarga paman, kerabat, atau teman sendiri? Menurut pendapatku, hendaklah engkau meminta tebusan dari mereka. Sebab, tebusan yang kita ambil dari mereka itu dapat mengokohkan kedudukan kita dalam menghadapi orang-orang kafir. Dengan begitu, siapa tahu ALLOOH memberikan petunjuk kepada mereka, sehingga mereka menjadi pendukung bagi kita."
Selesai Sayyidina Abu Bakr menyatakan pendapat, Nabi Muchammad SAW menoleh kepada Sayyidina Umar dan bersabda,"Bagaimana pendapatmu wahai Ibnu Khoththob?"
Lalu Sayyidina Umar berkata,"Demi ALLOOH, aku tidak sependapat dengan Abu Bakr. Menurut pendapatku, serahkan Fulan (kerabat Sayyidina Umar RA sendiri) kepadaku. Biar aku penggal lehernya. Serahkan Uqil bin Abu Tholib kepada Ali bin Abu Tholib agar ia dipotong lehernya. Fulan pun harus diserahkan kepada Hamzah (saudaranya) agar dia dipenggal saja. Ini supaya musuh-musuh ALLOOH mengetahui bahwa di dalam hati kita tidak ada rasa kasihan kepada orang-orang musyrik, pemuka, pemimpin, dan dedengkot mereka!"

Namun Rosuulullooh SAW rupanya lebih condong kepada pendapat Sayyidina Abu Bakr. Beliau lebih cenderung untuk meminta tebusan dari mereka.
Keesokan harinya, Sayyidina Umar ibnul Khoththob berkata,"Aku melihat Rosuulullooh SAW sedang bersama Abu Bakr. Terlihat keduanya sedang menangis. Aku bertanya, 'Wahai Rosuulullooh, beri tahukan kepadaku, apa yang membuat engkau dan para sahabat menangis? Jika aku perlu menangis, maka aku akan turut meneteskan air mata. Jika aku tidak perlu melakukan hal itu, aku pun tetap akan menangis karena engkau berdua meneteskan air mata.'"
Masih dalam keadaan menangis, Beliau menjawab,"Aku menangis karena permintaan yang disampaikan rekan-rekanmu kepadaku agar meminta tebusan dari mereka. Padahal dahulu siksaan yang mereka tawarkan kepadaku lebih dekat dari pohon ini." (Yang Beliau maksudkan adalah sebatang pohon yang berada di dekat Beliau.)

Namun, pada akhirnya, sehari setelah tiba di Madinah, Nabi Muchammad SAW menginspeksi semua tawanan. Beliau meneliti para tawanan satu per satu tanpa ada yang terlewati. Setelah diteliti, tawanan itu dibagi-bagikan kepada para sahabat. Beliau menasehati agar mereka memperlakukan tawanan itu dengan baik. Jika para sahabat biasa memakan kurma, para tawanan disuguhi roti. Begitulah beliau memberi nasehat kepada para sahabat.
WALLOOHU A'LAM BISH SHOWAAB

Kamis, 18 Februari 2016

AIR MATA ROSUULULLOOH SAW KETIKA INGAT NERAKA

Meskipun Nabi Muchammad SAW telah dijamin masuk surga oleh ALLOOH, bukan berarti beliau tidak punya rasa takut terhadap neraka. Justru beliau semakin tekun beribadah kepada ALLOOH dengan melaksanakan segala perintah-NYA. Sebab, beliau telah menyaksikan sendiri isi neraka yang sangat mengerikan ilmu.
Beliau senantiasa memperingatkan para sahabat untuk tekun beribadah dan menaati semua hukum ALLOOH. Sebab, siksaan neraka itu amat sakit dan mengerikan. Sering beliau meneteskan air mata di kala merenungkan nasib umatnya bila jatuh ke dalam neraka.
Sayyidina Ibnu Umar berkata bahwa dirinya mendengar Rosuulullooh SAW berkhotbah dan bersabda," Janganlah kalian melupakan dua hal yang agung."
Sayyidina Umar dan para sahabat pun bertanya,"Dua hal itu apa, Yaa Rosuulullooh?"
Beliau menjawab,"Surga dan neraka."

Kemudian beliau menceritakan apa yang telah dibicarakannya. Lalu beliau pun menangis hingga air matanya membasahi kedua sisi jenggotnya yang lembut. Lalu beliau pun bersabda,"Demi yang menguasai diri Muchammad, andaikan kalian mengetahui tentang akhirat seperti yang aku ketahui, niscaya kalian akan menaiki gunung dan kalian akan melumuri kepala kalian dengan debu."

Sayyidina Anas meriwayatkan bahwa Nabi Muchammad SAW bersabda,"Demi yang menguasai diriku, andaikan kalian melihat apa yang telah aku lihat, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis."
Lalu sahabat pun bertanya,"Apa yang telah engkau lihat Yaa Rosuulullooh?"
Rosuulullooh SAW menjawab,"Aku melihat surga dan neraka."

Sayyidina Al-Barro' berkata,"Ketika itu aku bersama Rosuulullooh SAW sedang mengiringi jenazah. Kemudian beliau duduk di samping kuburannya. Lalu beliau menangis hingga air matanya membasahi tanah. Setelah itu, beliau bersabda,"Wahai saudara-saudaraku, seperti inilah keadaan kalian nantinya. Maka dari itu, persiapkanlah diri kalian."
Nabi Muchammad SAW yang maksum dan jauh dari kemaksiatan saja meneteskan air mata ketika ingat neraka. Maka, sangat keterlaluan bila kita tidak pernah menangis ketika teringat dosa dan kemaksiatan yang kita lakukan. Padahal, nantinya, orang yang melakukan dosa dan kemaksiatan akan masuk neraka, jika dirinya tidak pernah bertobat."

Selasa, 16 Februari 2016

AIR MATA ROSUULULLOOH ATAS KEMATIAN ANAK SAYYIDINA USAMAH BIN ZAID

Nabi Muchammad SAW termasuk orang yang sangat menyayangi anak-anak. Bila ada waktu luang, beliau sering bercanda dan bermain dengan mereka. Besarnya perhatian dan kasih sayang inilah mampu menahan air matanya bila melihat anak kecil meninggal dunia. Termasuk ketika beliau mendatangi anak Sayyidina Usamah bin Zaid yang meninggal.
Diriwayatkan dari Sayyidina Usamah bin Zaid RA bahwa dirinya berkata,"Putri Rosuulullooh SAW tekah memberi tahu beliau bahwa anak lelakiku telah meninggal dunia."
Mendengar berita duka itu, Nabi Muchammad SAW datang melayatnya. Setelah mengucapkan salam, beliau bersabda," Sesungguhnya ALLOOH telah mengambil apa yang telah diberikan olehNYA. Segala sesuatu bagi ALLOOH itu punya batasan (ajal) yang sudah ditentukanNYA. Maka, hendaknya kamu bersabar dan ikhlas."
Kemudian Rosuulullooh SAW diminta putrinya untuk mendekati anak lelaki Usamah yang meninggal itu. Maka, beliau disertai oleh Sayyidina Sa'ad bin Ubadah, Sayyidina Mu'adz bin Jabal, Sayyidina Ubay bin Ka'ab, Sayyidina Zain bin Tsabit, dan beberapa sahabat yang lain. Anak lelaki Sayyidina Usamah yang meninggal itu diangkat dan diserahkan kepada Rosuulullooh SAW. Beliau lalu mengambil dan mengeluarkan napas dalam-dalam.
Seorang perowi berkata,"Seakan-akan napas beliau itu mengalir ke kedua air matanya."
Melihat Nabi Muchammad SAW menangis, Sayyidina Sa'ad berkata,"Yaa Rosuulullooh, ada apa ini?"
Beliau lantas menjawab,"Ini adalah rochmat. ALLOOH menjadikan rochmat di hati para hambaNYA. Sesungguhnya ALLOOH itu mengasihi para hambaNYA yang mempunyai rasa belas kasih."
Menangis adalah sesuatu yang alami dan fitrah manusia ketika hatinya sedang dirundung duka dan kesedihan. Begitu juga yang dialami oleh Rosuulullooh SAW. Ketika bersedih, beliau sering menangis. Namun, tangisan beliau tidak sampai mengeluarkan suara. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada saat menangis, beliau hanya meneteskan air mata.
WALLOOHU A'LAM BISH SHOWAAB