Pemuda
yang dapat berkuliah atau dapat merasakan nikmatnya bangku perkuliahan kini
mulai bangga. Bagaimana tidak, sekarang mereka sudah menyandang gelar “maha”.
Maha disini mengerucut kepada sesuatu yang sangat dimuliakan. Namun dari gelar
“maha” yang mereka sandang justru menjadi beban ataupun tanggung jawab yang
besar untuk mereka buktikan apakah mereka pantas untuk dimuliakan atau
tidak.
Di
era yang segala hal dapat dilakukan secara instant, menuntut para mahasiswa
harus aktif, berpikir lebih kreatif,inovatif dan memilkii daya saing yang
tinggi antara satu dengan yang lainnya. Karena memang para pemuda lah yang
masih mempunyai semangat yang membara yang semestinya dapat menguntungkan
dirinya sendiri khususnya serta banyak oranglain yang sedang menunggu hasil
karyanya.
Menengok
ke belakang tentang permasalahan bahwa tingkat pendidikan tidak menentukan bahwa
seseorang akan sukses atau tidak. Memang kesuksesan tidak dapat ditebak atau
diprediksikan kalau kita hanya memberikan penilaian dari tingkat pendidikan
saja. Banyak sarjana yang mendapatkan pekerjaan tidak sebagaimana mestinya,
dalam artian tidak sesuai dengan bidang apa yang digelutinya ketika kuliah
dulu, bahkan banyak pula sarjana yang menjadi pengangguran.
Mungkin
itu adalah sampel kecil permasalahan dari segi kehidupan mahasiswa ataupun
sarjana yang dulunya juga menjadi mahasiswa. Oleh karena itu, para pemuda
sekarang harus pintar-pintar mengatur strategi agar tidak terulang kembali
kisah seperti itu pada dirinya.
Mahasiswa
yang sangat membenci dan menolak ketidakadilan terhadap nasib seperti itu pasti
akan bergerak cepat untuk menghindari kejadian itu agar tidak menimpanya. Tidak
hanya nasib dari kaum mahasiswa sendiri saja yang mereka prioritaskan tetapi
nasib para ornag-orang yang kurang beruntung, mereka juga prioritaskan agar
dapat kesamaan hak dalam hal kebahagiaan.
Menilik
ke belakang tentang tragedi pada 12 Mei 1998 yang kisahnya sering disebut
dengan TRISAKTI yang menewaskan Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidi
Royan dan Hendriawan Sie yang sedang berjuang untuk kebaikan dan berjuang untuk
menuntut sebuah keadilan atau menuntut penurunan presiden Soeharto dari
jabatannya karena ekonomi Indonesia goyah yang disebabkan oleh pengaruh krisis
finansial atau moneter yang dialami di Asia.
Nasib
rakyat Indonesia yang terpontang-pantingkan oleh rezim atau kekuasaan pemimpin
yang hanya menguntungkan dirinya sendir dan para antek-anteknya. Ini menjadi
bukti bahwa mahasiswa memang mempunyai semangat yang luar biasa dan menggelegar
dalam setiap aksinya.Hanya untuk membela nasib suatu kaum yang mungkin mereka
belum kenal siapa yang mereka bela itu, mereka rela mengorbankan nyawanya untuk
sebuah keadilan.
Dari
peristiwa itu, hingga sekarang banyak gerakan-gerakan mahasiswa ataupun
sekumpulan pemuda yang menuntut perombakan atau reformasi untuk kemajuan bangsa
ini demi mengarungi era globalisasi sekarang ini. Mereka menginginkan sdebuah
peradaban yang baik untuk bangsa ini.
Gerakan-gerakan
mahasiswa yang ingin menyongsong perubahan globalisasi sering terhambat oleh
pemikiran masyarakat yang kebanyakan diantaranya masih mempercayai dan
mengagungkan adat-budayanya. Memang kita tidak boleh melarang bahkan mengutuk
masyarakat yang memiliki pola pemikiran seperti itu. Namun sebagai kaum ilmiah,
seharusnya para mahasiswa ataupun pemuda yang ingin menyongsong perubahan
globalisasi harus mau dan mampu untuk meluluhkan masyarakat dengan ide-ide
cemerlang mereka.
Pendekatan
sosial atau interaksi sosial yang berlebih mungkin dapat meluluhkan hati
masyarakat dan beralih menuju era globalisasi tanpa meninggalkan
adat-budayanya. Pendekatan yang dilakukan bisa pendekatan per kelompok atau
bahkan langsung pendekatan personal yang tentu lebuh baik karena kita mampu
mengenal dan memahami pola pikir orang tersebut. Kaum ilmiah harus mampu
meyakinkan kepada masyarakat tentang gerakan yang harus dilakukan untuk
menyongsong perubahan globalisasi. Meskipun globalisasi banyak yang menyimpang
dari adat dan budaya masyarakat, para kaum ilmiah yang disini dikhususkan
kepada mahasiswa harus mampu merubah pemikiran masyarakat terhadap dampak
negatif dari globalisasi tersebut.
Sebagai
lakon penyongsong perubahan globalisasi, mahasiswa harus selektif dalam
mengikuti suatu gerakan yang bertujuan untuk kepentingan umum. Banyak gerakan
yang niatnya untuk menuntut hak rakyat yang tertindas oleh rezim biadab yang
melenceng dari ideologi negara ataupun melenceng dari sumpah atau janji yang
pernah dibuat oleh si pemimpin. Pernah pada pertengahan tahun 1991 di Yogyakarta
gerakan mahasiswa yang ingin menentang kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak)
di kampus Bulaksumur Universitas Gadjah Mada. Namun gerakan itu sangat
menyimpang dari pergerakan pada umumnya karena gerakan mahasiswa kali ini
memakai cara yang justru merusak atau menyakiti dirinya sendiri yaitu dengan
cara mogok makan. Memang pada awalnya mereka berniatan baik, tapi cara mereka
untuk mengemukakan pendapat itu yang salah. Bahkan di luar negeri sana ada cara
yang lebih ekstrim, misalnya menjahit mulut mereka. Jadi, sebagai seorang
mahasiswa yang akan menyongsong perubahan globalisasi, kita dituntut harus
selektif dalam pemilihan budaya,tingkah-laku,cara penyelesaian masalah dari
berbagai penjuru dunia yang sekarang dapat terekspose dengan mudah dan cepat.
Kita
seorang mahasiswa yang akan memainkan peran kita sebagai lakon penyongsong
perubahan globalisasi, kita harus membaca skrip atau naskah Bak seorang aktor
yang akan memainkan perannya dalam sebuah drama. Dalam artian kita harus
mengenal dan memahami medan atau panggung yang akan gunakan dalam memainkan
atau menjalankan tugas kita sebagai penyongsong perubahan globalisasi. Selain
itu, kita harus mampu menempatkan diri kita pada blocking yang benar, maksudnya kita harus tahu mana posisi yang
baik untuk kita dan mana posisi yang buruk untuk kita. Meskipun kita harus siap
menanggung resiko, setidaknya kita sudah tahu mana yang baik dan mana yang
benar. Improvisasi dalam penyelesaian
masalah ataupun improvisasi dalam
menemukan suatu karya yang baru juga dibutuhkan oleh mahasiswa dalam
menyongsong perubahan globalisasi.
Jadi
ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menyongsong perubahan globalisasi
yaitu mampu beradaptasi dengan keadaan yang penuh halang-rintang atau hanya
mengikuti alur main dari halang-rintang itu saja atau bahkan mampu melewati
halang-rintang tersebut dengan cara yang kotor yang mungkin akan merugikan
orang lain.
Jadi
manakah yang kau pilih! Jadi “maha” atau “hama”.
Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti
http://gerakanmahasiswa.blogspot.com/search/label/mogok%20makan