SEMANGAT ITU MASIH ADA SAMPAI UJUNG SENJA

Tetaplah berjuang sampai ujung senja. Jadikanlah batas kesabaran itu hingga Allah ridho pada diri. Semangatlah apa pun yang terjadi karena hakikatnya meskipun diri tak mau semangat, sesuatu apa pun itu akan tetap terjadi jua.

Sebaik-baiknya teman adalah yang menunjukkan kepada kebaikan.

Teman merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan ini. Tanpa kehadiran teman kita bukanlah apa-apa, dan bukan siapa-siapa. Dalam cakupan yang luas, teman juga bisa diartikan sebagai orang yang menemani kebersamaan dan membantu kita, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mendapatkan Ketenangan Hati Dalam Menghadapi Masalah Hidup

Setiap manusia tidak ada yang tidak mempunyai masalah hidup, terlepas dari segala aspek status maupun derajatnya. Terkadang masalah tersebut bisa membuat kita menjadi stres atau bahkan akhirnya menjadi sakit, namun jika kita pandai untuk mengelolanya dengan baik masalah tersebut justru bisa menjadi sesuatu pelajaran yang sangat berguna untuk kita.

Rasa gembira merupakan kesan positif kejiwaan yang muncul di berbagai keadaan.

Menghapus rasa duka dan menciptakan keceriaan merupkan hal yang cukup baik untuk diri sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Karena rasa duka dan ceria tidak hanya terbatas pada pribadi manusia. Keceriaan dan kesedihan seorang manusia boleh berpengaruh juga terhadap orang lain. Oleh kerana itu, kesedihan ataupun keceriaan seseroang berpengaruh juga bagi orang lain di sekitarnya.

Atasi rasa lelah

Jangan kalah sama rasa lelah. Ketika kita terjangkiti rasa lelah, hanya ada dua pilihan, berhenti atau meneruskan. Tapi ketahuilah, bahwa berhenti karena lelah itu adalah simbol dari kekalahan, menyerah dan putus asa, yang merupakan bagian dari kekufuran.

Sabtu, 20 April 2013

Pilih Jadi “MAHA” atau “HAMA”


Pemuda yang dapat berkuliah atau dapat merasakan nikmatnya bangku perkuliahan kini mulai bangga. Bagaimana tidak, sekarang mereka sudah menyandang gelar “maha”. Maha disini mengerucut kepada sesuatu yang sangat dimuliakan. Namun dari gelar “maha” yang mereka sandang justru menjadi beban ataupun tanggung jawab yang besar  untuk mereka buktikan  apakah mereka pantas untuk dimuliakan atau tidak.

Di era yang segala hal dapat dilakukan secara instant, menuntut para mahasiswa harus aktif, berpikir lebih kreatif,inovatif dan memilkii daya saing yang tinggi antara satu dengan yang lainnya. Karena memang para pemuda lah yang masih mempunyai semangat yang membara yang semestinya dapat menguntungkan dirinya sendiri khususnya serta banyak oranglain yang sedang menunggu hasil karyanya.

Menengok ke belakang tentang permasalahan bahwa tingkat pendidikan tidak menentukan bahwa seseorang akan sukses atau tidak. Memang kesuksesan tidak dapat ditebak atau diprediksikan kalau kita hanya memberikan penilaian dari tingkat pendidikan saja. Banyak sarjana yang mendapatkan pekerjaan tidak sebagaimana mestinya, dalam artian tidak sesuai dengan bidang apa yang digelutinya ketika kuliah dulu, bahkan banyak pula sarjana yang menjadi pengangguran.

Mungkin itu adalah sampel kecil permasalahan dari segi kehidupan mahasiswa ataupun sarjana yang dulunya juga menjadi mahasiswa. Oleh karena itu, para pemuda sekarang harus pintar-pintar mengatur strategi agar tidak terulang kembali kisah seperti itu pada dirinya.

Mahasiswa yang sangat membenci dan menolak ketidakadilan terhadap nasib seperti itu pasti akan bergerak cepat untuk menghindari kejadian itu agar tidak menimpanya. Tidak hanya nasib dari kaum mahasiswa sendiri saja yang mereka prioritaskan tetapi nasib para ornag-orang yang kurang beruntung, mereka juga prioritaskan agar dapat kesamaan hak dalam hal kebahagiaan.

Menilik ke belakang tentang tragedi pada 12 Mei 1998 yang kisahnya sering disebut dengan TRISAKTI yang menewaskan Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidi Royan dan Hendriawan Sie yang sedang berjuang untuk kebaikan dan berjuang untuk menuntut sebuah keadilan atau menuntut penurunan presiden Soeharto dari jabatannya karena ekonomi Indonesia goyah yang disebabkan oleh pengaruh krisis finansial atau moneter yang dialami di Asia.

Nasib rakyat Indonesia yang terpontang-pantingkan oleh rezim atau kekuasaan pemimpin yang hanya menguntungkan dirinya sendir dan para antek-anteknya. Ini menjadi bukti bahwa mahasiswa memang mempunyai semangat yang luar biasa dan menggelegar dalam setiap aksinya.Hanya untuk membela nasib suatu kaum yang mungkin mereka belum kenal siapa yang mereka bela itu, mereka rela mengorbankan nyawanya untuk sebuah keadilan.

Dari peristiwa itu, hingga sekarang banyak gerakan-gerakan mahasiswa ataupun sekumpulan pemuda yang menuntut perombakan atau reformasi untuk kemajuan bangsa ini demi mengarungi era globalisasi sekarang ini. Mereka menginginkan sdebuah peradaban yang baik untuk bangsa ini.

Gerakan-gerakan mahasiswa yang ingin menyongsong perubahan globalisasi sering terhambat oleh pemikiran masyarakat yang kebanyakan diantaranya masih mempercayai dan mengagungkan adat-budayanya. Memang kita tidak boleh melarang bahkan mengutuk masyarakat yang memiliki pola pemikiran seperti itu. Namun sebagai kaum ilmiah, seharusnya para mahasiswa ataupun pemuda yang ingin menyongsong perubahan globalisasi harus mau dan mampu untuk meluluhkan masyarakat dengan ide-ide cemerlang mereka.

Pendekatan sosial atau interaksi sosial yang berlebih mungkin dapat meluluhkan hati masyarakat dan beralih menuju era globalisasi tanpa meninggalkan adat-budayanya. Pendekatan yang dilakukan bisa pendekatan per kelompok atau bahkan langsung pendekatan personal yang tentu lebuh baik karena kita mampu mengenal dan memahami pola pikir orang tersebut. Kaum ilmiah harus mampu meyakinkan kepada masyarakat tentang gerakan yang harus dilakukan untuk menyongsong perubahan globalisasi. Meskipun globalisasi banyak yang menyimpang dari adat dan budaya masyarakat, para kaum ilmiah yang disini dikhususkan kepada mahasiswa harus mampu merubah pemikiran masyarakat terhadap dampak negatif dari globalisasi tersebut.

Sebagai lakon penyongsong perubahan globalisasi, mahasiswa harus selektif dalam mengikuti suatu gerakan yang bertujuan untuk kepentingan umum. Banyak gerakan yang niatnya untuk menuntut hak rakyat yang tertindas oleh rezim biadab yang melenceng dari ideologi negara ataupun melenceng dari sumpah atau janji yang pernah dibuat oleh si pemimpin. Pernah pada pertengahan tahun 1991 di Yogyakarta gerakan mahasiswa yang ingin menentang kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) di kampus Bulaksumur Universitas Gadjah Mada. Namun gerakan itu sangat menyimpang dari pergerakan pada umumnya karena gerakan mahasiswa kali ini memakai cara yang justru merusak atau menyakiti dirinya sendiri yaitu dengan cara mogok makan. Memang pada awalnya mereka berniatan baik, tapi cara mereka untuk mengemukakan pendapat itu yang salah. Bahkan di luar negeri sana ada cara yang lebih ekstrim, misalnya menjahit mulut mereka. Jadi, sebagai seorang mahasiswa yang akan menyongsong perubahan globalisasi, kita dituntut harus selektif dalam pemilihan budaya,tingkah-laku,cara penyelesaian masalah dari berbagai penjuru dunia yang sekarang dapat terekspose dengan mudah dan cepat.

Kita seorang mahasiswa yang akan memainkan peran kita sebagai lakon penyongsong perubahan globalisasi, kita harus membaca skrip atau naskah Bak seorang aktor yang akan memainkan perannya dalam sebuah drama. Dalam artian kita harus mengenal dan memahami medan atau panggung yang akan gunakan dalam memainkan atau menjalankan tugas kita sebagai penyongsong perubahan globalisasi. Selain itu, kita harus mampu menempatkan diri kita pada blocking yang benar, maksudnya kita harus tahu mana posisi yang baik untuk kita dan mana posisi yang buruk untuk kita. Meskipun kita harus siap menanggung resiko, setidaknya kita sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. Improvisasi dalam penyelesaian masalah ataupun improvisasi dalam menemukan suatu karya yang baru juga dibutuhkan oleh mahasiswa dalam menyongsong perubahan globalisasi.

Jadi ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menyongsong perubahan globalisasi yaitu mampu beradaptasi dengan keadaan yang penuh halang-rintang atau hanya mengikuti alur main dari halang-rintang itu saja atau bahkan mampu melewati halang-rintang tersebut dengan cara yang kotor yang mungkin akan merugikan orang lain.

Jadi manakah yang kau pilih! Jadi “maha” atau “hama”.





Daftar pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti

http://gerakanmahasiswa.blogspot.com/search/label/mogok%20makan

Sabtu, 06 April 2013

Sang Inspirator




Nama saya Reza Ronna Hidayatullah, saya lahir di kota Sidoarjo tahun 1995. Saya dibesarkan oleh keluarga Islam yang taat. Pendidikan saya berawal dari TK Aisyah, pada tahun 2001, bertepatan dengan lahirnya adik pertama saya, Zakari Ronna Firmansyah. Kemudian setelah lulus TK, saya melanjutkan ke SD Muhammadiyah 1 Taman, Sidoarjo. Pengalaman waktu SD yang sangat terkesan bagi saya adalah waktu kelas tiga SD, saya khatam Al-Qur’an buat pertama kalinya. Saya meminta hadiah pada orang tua, yaitu sepeda. Setelah ada sepeda saya mulai memberanikan diri untuk berangkat sekolah sendiri dengan sepeda yang saya dapat dari hadiah khatam Al-Qur’an. Jarak antara rumah dengan sekolah saya kira-kira 11km. Dan kejadian yang tidak pernah saya lupakan adalah pada saat sore hari, tepat waktu sholat ashar dan adzan telah terdengar sampai lapangan tempat saya bermain, saya pun terlalu asyik bermain sepakbola dan tidak mendengarkan adzan untuk menunaikan ibadah, saya jatuh dan tangan saya patah. Setelah beberapa kemudian saya sembuh.

Setelah 3 tahun kemudian, saya lulus SD dan terpaksa pindah rumah, pindah ke kota Jember, karena ayah telah di PHK. Rumah yang ada di Sidoarjo di jual buat biaya pendidikan kakak, saya, dan adik. Kakak pertama, lulus SMA ke Perguruan Tinggi, kakak kedua, lulus SMP ke SMA, saya sendiri lulus SD ke SMP, adik pertama dari TK ke SD. Itu mungkin kalau dihitung lebih dari penjualan rrumah di Sidoarjo. Tapi orang tua sangat mementingkan pendidikan anak-anaknya. Setelah ayah di PHK, ayah tidak bekerja selama beberapa bulan, namun itu semua dianggap menjadi cobaan dari ALLAH SWT. Akhirnya ayah menemukan pekerjaan sebagai penjual roti keliling, itupun pendapatan hanya 20ribu per hari, jika semua roti yang beliau jual habis. Saya ingat dan tidak pernah pernah saya lupakan adalah orang tua saya berbuka puasa hanya dengan air putih dan 4 buah kerupuk makan. Tetapi saya hanya bisa diam dan melihat, karena saya tidak bisa melakukan apa-apa. Ayah bekerja sebagai penjual roti keliling selama ± 1 tahun.

Saya naik kelas 2 SMP, dan saya pun menjadi anak yang tidak bisa diatur. Saya sudah merokok, meminum minuman beralkohol dan memakai narkoba. Hampir setiap minggu saya minum minuman keras pada waktu itu. Setelah saya naik ke kelas tiga SMP, saya sudah sadar da mengurangi kelakuan buruk itu. Lama kelamaan saya jatuh sakit karena akibat narkoba/obat-obatan terlarang tapi saya berusaha untuk menjauhi dan berjanji tidak memakai obat-obatan haram itu,dan akhirnya saya berhasil. Setelah saya berhenti mengonsumsi obat-obatan hati saya lebih tenang dan fikiran saya tidak terlalu berat. Setelah itu saya naik kelas 3 SMP. Saya berharap saat SMA kelak bisa diterima di SMA Negeri. Saat saya kelas 3 SMP tidak banyak kenangan yang saya ingat. Setelah 9 bulan tiba-tiba saja sudah mau Ujian Nasional terasa cepat. Saya lulus dengan nilai yang lumayan bagus dan saya merasa percaya diri bahwa saya akan akan diterimadi SMA Negeri, tetapi saya pulang dengan wajah murung dan saya pun sempat menangis karena saya berfikir darimana orang tua saya membiayai sekolah saya. Jika saya sekolah di SMA swasta, yang terkenal mahalnya. Tetapi orang tua saya tetap menyekolahkan sayawalaupun itu SMA swasta.

Setelah saya diterima di SMA Muhammadiyah 3 Jember dan saya mulai berubah. Lebih dewasa dan lebih memahami pelajaran. Satu tahun berlalu, saya naik ke kelas XI IPA dan saya sudah mencoba mencari uang sendiri dan membantu meringankan beban orang tua. Saya sekolah sambil kerja. Pada pagi hari - sore hari sekolah dan pada malam hari sampai pagi hari saya bekerja. Saya bekerja sebagai operator warnet. Saya membiayai sekolah sendiri, membantu adik-adik untuk membeli buku sekolah dan saya bekerja sampai mau kenaikan kelas XII. Saya memutuskan untuk berhenti karena saya berfikir tidak ada waktu lagi buat saya, sedangkan pada kelas XII banyak tugas dan praktek. Dan itupun terjadi sampai sekarang tugas, praktek, pelajaran tambahan dan itu menyita waktu yang tidak sedikit, sampai-sampai saya saya jatuh sakit.
Demikian kisah pengalaman hidup saya, maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan. Saya ucapkan terima kasih. 
from REZZA RONNA HIDAYATULLAH