SEMANGAT ITU MASIH ADA SAMPAI UJUNG SENJA

Tetaplah berjuang sampai ujung senja. Jadikanlah batas kesabaran itu hingga Allah ridho pada diri. Semangatlah apa pun yang terjadi karena hakikatnya meskipun diri tak mau semangat, sesuatu apa pun itu akan tetap terjadi jua.

Sebaik-baiknya teman adalah yang menunjukkan kepada kebaikan.

Teman merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan ini. Tanpa kehadiran teman kita bukanlah apa-apa, dan bukan siapa-siapa. Dalam cakupan yang luas, teman juga bisa diartikan sebagai orang yang menemani kebersamaan dan membantu kita, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mendapatkan Ketenangan Hati Dalam Menghadapi Masalah Hidup

Setiap manusia tidak ada yang tidak mempunyai masalah hidup, terlepas dari segala aspek status maupun derajatnya. Terkadang masalah tersebut bisa membuat kita menjadi stres atau bahkan akhirnya menjadi sakit, namun jika kita pandai untuk mengelolanya dengan baik masalah tersebut justru bisa menjadi sesuatu pelajaran yang sangat berguna untuk kita.

Rasa gembira merupakan kesan positif kejiwaan yang muncul di berbagai keadaan.

Menghapus rasa duka dan menciptakan keceriaan merupkan hal yang cukup baik untuk diri sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Karena rasa duka dan ceria tidak hanya terbatas pada pribadi manusia. Keceriaan dan kesedihan seorang manusia boleh berpengaruh juga terhadap orang lain. Oleh kerana itu, kesedihan ataupun keceriaan seseroang berpengaruh juga bagi orang lain di sekitarnya.

Atasi rasa lelah

Jangan kalah sama rasa lelah. Ketika kita terjangkiti rasa lelah, hanya ada dua pilihan, berhenti atau meneruskan. Tapi ketahuilah, bahwa berhenti karena lelah itu adalah simbol dari kekalahan, menyerah dan putus asa, yang merupakan bagian dari kekufuran.

Minggu, 14 Juli 2019

Ngeluru Ilmu Babagan Kucing

Kucing saya yang sudah punya anak sering keluar rumah bahkan sampai nututi ke tempat saya kerja. Perlu diingat ya dia itu betina bukan pejantan. Acapkali kali kudapati dia dikejar sama kucing jantan milik tetangga. Walhasil, perutnya kini membuncit lagi. Padahal anaknya baru beberapa bulan umurnya. Dan yang kusalut dari kucing salah satu ialah dia tahu betul kapan si anak harus dilepaskan untuk mandiri dalam tahapan ini disape (red: tidak disusui lagi). Beda banget ya sama anak generasi micin, padahal sudah bal

igh tapi masih saja dimanjakan. Wahai para orang tua, menurut ilmu fiqih, Anda hanya memberikan nafkah sampai si anak baligh saja. Bahkan untuk masalah zakat, anak yang sudah baligh sudah wajib membayar zakatnya sendiri, maksudnya tidak dibayarkan oleh Ayah ataupun orang yang menafkahi. Mungkin karena agama Islam itu mengedepankan welas asih jadi wajar kalau orang tua tidak tega membiarkan anaknya yang belum bisa mandiri dibiarkan begitu saja.

Kembali lagi ke kucingku tadi, tepatnya fokus perihal keadaan dia hamil. Menurut Anda apakah ini efek pergaulan bebas dunia per-meongan, hehehe. Wajar saja kucing melakukan hal itu. Karena hewan memang diciptakan tanpa punya akal. Tapi kalau manusia dengan sadar melakukan hal itu namanya kurang ajar. Manusia diciptakan mempunyai akal dan nurani, masak bisa melakukan hal yang hina itu. Terlebih lagi wanita yang sangat dimuliakan dalam agama ini, sampai tega mengkhianati sang suami yang mana dalam hal rumah tangga adalah imamnya. Maka untuk Anda yang telah beristri, jangan mudah begitu saja membiarkan istri keluar rumah tanpa seizin Anda. Begitu pula bagi sang istri, alangkah baiknya Anda meminta izin kepada imammu saat hendak keluar rumah.

Ada yang beranggapan bahwa tugas istri hanya di “dapur, sumur dan kasur”. Mungkin dengan statement akan timbul dua asumsi yang bertolak belakang. Satu, asumsi yang timbul karena mengedepankan tugas murni sang istri yakni ibu rumah tangga, seyogyanya “ngerti penggawean”. Kedua, asumsi yang timbul karena menganggap hal itu sama saja menyerupakan istri dengan asisten rumah tangga bukan lagi ibu rumah tangga. Terserah Anda memilih yang mana, tapi di sini penulis sangat mengedepankan bahwa istri harus patuh kepada suami. Bahkan dalam salah satu kitab yang masyhur saja disebutkan bahwasanya suami boleh memukul seorang istri dengan pukulan yang tidak menyakitkan jika seorang istri tidak mau patut terhadap suami, tetapi jikalau istri patut terhadap suami, jangan mencari-cari alasan untuk memukul, karena itu dosa.

Maka untuk Anda para istri, hormati secara utuh suami Anda. Apabila ada permasalahan yang mendesak selesaikan dengan kepala dingin, jangan sedikit-sedikit Anda melayangkan minta cerai. Cerai itu memang boleh tapi hal itu sangat dibenci oleh Sang Kholiq. Sang Kholiq yang telah mempersatukan kalian berdua dalam bahtera rumah tangga. Apalagi kalau cuma karena masalah finansial yang tidak tercukupi engkau tega mengajukan niatan itu. Sudah naïf sekali, karena masalah itu pasti ada solusinya. Dan seburuk-buruk perangai suamimu pun, engkau harus tetap menutup-nutupi aibnya. Bukan malah mengumbarnya di khalayak umum. Ingatlah engkau akan siksaan ini, perempuan yang di gantung lidahnya dan dituangi api ke tenggorokannya adalah perempuan yang berani dan durhaka kepada suami. Ingat pula akan balasan ini,  seorang istri yang ikhlas melayani dan merawat suami, di dalam kubur nikmatnya bagai di taman dan mendapat 1000 pahala haji dan umrah. Serta malaikat memintakan pengampunan bagi istri tersebut.


Di akhir penutup tulisan ini, kami ingin mengingatkan gunakan betul akal dan hati nurani sebelum bertindak. Karena kita manusia diciptakan lebih mulia dari hewan, sebagaimana kucing saya tadi. Dan yang terakhir buat Anda kaum hawa yang menikah, jangan terlalu memiliki sifat cemburu kepada keluarga suami, harus percaya kepada suami. Jadilah istri yang sebagaimana mestinya dan Anda sang suami jangan telantarkan istri Anda hanya demi memuaskan nafsu akan hobi atau hiburan semata. Sekian. 

Kamis, 11 Juli 2019

Generasi Z Generasi Manja?

Kami menyebut anak generasi tahun 2000-an sebagai generasi z, sebagaimana khalayak pada umumnya. Langsung saja ke pokok pembicaraan kali ini. Sesuai dengan headline di atas, kami berasumsi bahwa anak-anak sekarang atau yang lahir setelah era reformasi sangat dimanjakan. Baik dimanjakan oleh sistem maupun dimanjakan oleh fasilitas yang ada.

Di sini kami hanya akan membagikan pengalaman saja, tidak ada niatan menjustifikasi suatu kelompok ataupun golongan. Niatnya sih tulisan ini bisa dijadikan nasihat buat anak-anak era milenial dan para orang tuanya. Langsung saja, kasus pertama, dulu pada era kami bermain di masa kecil, mainan yang dianggap elite hanya sebatas nitendo, sega dan playstation. Dulu saja, ketika kami bermain di rental, tak segan-segan orang tua khususnya ibu pasti menyusul lalu njewer kami untuk segera pulang.

Sedangkan anak sekarang dimanjakan dengan mudahnya akses internet untuk memainkan game online. Bahkan ada di daerah kami ada fasilitas wifi gratis dari PemKot setempat. Yang anehnya sekarang, ketika si anak merengek menangis juru pamungkas yang dikeluarkan orang tua ialah menyerahkan “setan gepeng” nya kepada si anak.

Kalo dulu komplotan kami main kelayapan kemana-mana, menelusuri pinggir sungai bahkan sampai mencuri ke kebun tetangga. Sedangkan anak sekarang cukup tidur-tiduran di kasur bisa mengakses dunia luar. Yang kami khawatirkan ialah mereka akan membuka situs yang aneh-aneh, situs porno misalnya. Perlu diingat, kami saja baru dipegangi HP tatkala kami telah duduk di bangku SMA. Itupun hanya sebongkah HP Nokia 3315.

Dulu kalo kami merengek minta sesuatu saja, malah dibiarkan sama orang tua kami. Mereka membiarkan sampai kami benar-benar berhenti nangis. Mungkin itu salah satu cara untuk mendidik kami biar tidak mudah cengeng dan tidak manja. Dulu kami pernah suatu kesempatan mendapat skors dari sekolah karena sering bolos. Pihak sekolah yang meminta orang tua kami untuk datang, tapi apa daya bukan karena orang tua kami cuek atau tidak peduli dengan kami. Beliau tidak mau datang ke sekolah, beliau berbuat demikian guna mengajarkan kepada kami supaya bisa bertanggung jawab dengan apa yang telah kami lakukan.

Untuk masalah uang saku, kami dulu sehari misal dikasih 5000 ya itu jatah sehari buat jajan atau ditabung. Beda dengan anak sekarang, kalo uang saku sudah habis pasti minta lagi. Ayah tidak ngasih lari ke ibu, ibu tidak ngasih lari ke kakek atau nenek. Sungguh malang nian nasib anak sekarang.

Lantas siapa yang patut dimintai pertanggung jawaban atas degradasi moral yang terjadi sekarang? Pemerintah yang menurut golongan kanan dibilang dzholim? Ataukah orang tua yang kurang mendidik karakter si anak? Silahkan Anda nilai sendiri, kami hanya mencoba membukakan jalan pikiran.


Sekian terima kasih