Kucing saya yang sudah punya anak
sering keluar rumah bahkan sampai nututi ke tempat saya kerja. Perlu diingat ya
dia itu betina bukan pejantan. Acapkali kali kudapati dia dikejar sama kucing
jantan milik tetangga. Walhasil, perutnya kini membuncit lagi. Padahal anaknya
baru beberapa bulan umurnya. Dan yang kusalut dari kucing salah satu ialah dia
tahu betul kapan si anak harus dilepaskan untuk mandiri dalam tahapan ini
disape (red: tidak disusui lagi). Beda banget
ya sama anak generasi micin, padahal sudah bal
igh tapi masih saja dimanjakan. Wahai
para orang tua, menurut ilmu fiqih, Anda hanya memberikan nafkah sampai si anak
baligh saja. Bahkan untuk masalah zakat, anak yang sudah baligh sudah wajib
membayar zakatnya sendiri, maksudnya tidak dibayarkan oleh Ayah ataupun orang
yang menafkahi. Mungkin karena agama Islam itu mengedepankan welas asih jadi
wajar kalau orang tua tidak tega membiarkan anaknya yang belum bisa mandiri
dibiarkan begitu saja.
Kembali lagi ke kucingku tadi,
tepatnya fokus perihal keadaan dia hamil. Menurut Anda apakah ini efek
pergaulan bebas dunia per-meongan, hehehe. Wajar saja kucing melakukan hal itu.
Karena hewan memang diciptakan tanpa punya akal. Tapi kalau manusia dengan
sadar melakukan hal itu namanya kurang ajar. Manusia diciptakan mempunyai akal
dan nurani, masak bisa melakukan hal yang hina itu. Terlebih lagi wanita yang
sangat dimuliakan dalam agama ini, sampai tega mengkhianati sang suami yang
mana dalam hal rumah tangga adalah imamnya. Maka untuk Anda yang telah
beristri, jangan mudah begitu saja membiarkan istri keluar rumah tanpa seizin
Anda. Begitu pula bagi sang istri, alangkah baiknya Anda meminta izin kepada
imammu saat hendak keluar rumah.
Ada yang beranggapan bahwa tugas
istri hanya di “dapur, sumur dan kasur”.
Mungkin dengan statement akan timbul dua asumsi yang bertolak belakang. Satu,
asumsi yang timbul karena mengedepankan tugas murni sang istri yakni ibu rumah
tangga, seyogyanya “ngerti penggawean”.
Kedua, asumsi yang timbul karena menganggap hal itu sama saja menyerupakan
istri dengan asisten rumah tangga bukan lagi ibu rumah tangga. Terserah Anda
memilih yang mana, tapi di sini penulis sangat mengedepankan bahwa istri harus
patuh kepada suami. Bahkan dalam salah satu kitab yang masyhur saja disebutkan
bahwasanya suami boleh memukul seorang istri dengan pukulan yang tidak
menyakitkan jika seorang istri tidak mau patut terhadap suami, tetapi jikalau
istri patut terhadap suami, jangan mencari-cari alasan untuk memukul, karena itu
dosa.
Maka untuk Anda para istri, hormati secara utuh suami Anda. Apabila ada
permasalahan yang mendesak selesaikan dengan kepala dingin, jangan
sedikit-sedikit Anda melayangkan minta cerai. Cerai itu memang boleh tapi hal
itu sangat dibenci oleh Sang Kholiq. Sang Kholiq yang telah mempersatukan
kalian berdua dalam bahtera rumah tangga. Apalagi kalau cuma karena masalah
finansial yang tidak tercukupi engkau tega mengajukan niatan itu. Sudah naïf sekali,
karena masalah itu pasti ada solusinya. Dan seburuk-buruk perangai suamimu pun,
engkau harus tetap menutup-nutupi aibnya. Bukan malah mengumbarnya di khalayak
umum. Ingatlah engkau akan siksaan ini, perempuan yang di gantung lidahnya dan
dituangi api ke tenggorokannya adalah perempuan yang berani dan durhaka
kepada suami. Ingat pula akan balasan ini, seorang istri yang ikhlas melayani
dan merawat suami, di dalam kubur nikmatnya bagai di taman dan mendapat 1000
pahala haji dan umrah. Serta malaikat memintakan pengampunan bagi istri
tersebut.
Di akhir penutup tulisan ini, kami ingin mengingatkan gunakan betul akal
dan hati nurani sebelum bertindak. Karena kita manusia diciptakan lebih mulia
dari hewan, sebagaimana kucing saya tadi. Dan yang terakhir buat Anda kaum hawa
yang menikah, jangan terlalu memiliki sifat cemburu kepada keluarga suami,
harus percaya kepada suami. Jadilah istri yang sebagaimana mestinya dan
Anda sang suami jangan telantarkan istri Anda hanya demi memuaskan nafsu akan
hobi atau hiburan semata. Sekian.