Kami menyebut anak generasi tahun
2000-an sebagai generasi z, sebagaimana khalayak pada umumnya. Langsung saja ke
pokok pembicaraan kali ini. Sesuai dengan headline di atas, kami berasumsi
bahwa anak-anak sekarang atau yang lahir setelah era reformasi sangat
dimanjakan. Baik dimanjakan oleh sistem maupun dimanjakan oleh fasilitas yang
ada.
Di sini kami hanya akan
membagikan pengalaman saja, tidak ada niatan menjustifikasi suatu kelompok
ataupun golongan. Niatnya sih tulisan ini bisa dijadikan nasihat buat anak-anak
era milenial dan para orang tuanya. Langsung saja, kasus pertama, dulu pada era
kami bermain di masa kecil, mainan yang dianggap elite hanya sebatas nitendo,
sega dan playstation. Dulu saja, ketika kami bermain di rental, tak segan-segan
orang tua khususnya ibu pasti menyusul lalu njewer kami untuk segera pulang.
Sedangkan anak sekarang dimanjakan
dengan mudahnya akses internet untuk memainkan game online. Bahkan ada di
daerah kami ada fasilitas wifi gratis dari PemKot setempat. Yang anehnya
sekarang, ketika si anak merengek menangis juru pamungkas yang dikeluarkan
orang tua ialah menyerahkan “setan gepeng” nya kepada si anak.
Kalo dulu komplotan kami main
kelayapan kemana-mana, menelusuri pinggir sungai bahkan sampai mencuri ke kebun
tetangga. Sedangkan anak sekarang cukup tidur-tiduran di kasur bisa mengakses
dunia luar. Yang kami khawatirkan ialah mereka akan membuka situs yang aneh-aneh,
situs porno misalnya. Perlu diingat, kami saja baru dipegangi HP tatkala kami
telah duduk di bangku SMA. Itupun hanya sebongkah HP Nokia 3315.
Dulu kalo kami merengek minta
sesuatu saja, malah dibiarkan sama orang tua kami. Mereka membiarkan sampai
kami benar-benar berhenti nangis. Mungkin itu salah satu cara untuk mendidik
kami biar tidak mudah cengeng dan tidak manja. Dulu kami pernah suatu
kesempatan mendapat skors dari sekolah karena sering bolos. Pihak sekolah yang
meminta orang tua kami untuk datang, tapi apa daya bukan karena orang tua kami
cuek atau tidak peduli dengan kami. Beliau tidak mau datang ke sekolah, beliau
berbuat demikian guna mengajarkan kepada kami supaya bisa bertanggung jawab
dengan apa yang telah kami lakukan.
Untuk masalah uang saku, kami
dulu sehari misal dikasih 5000 ya itu jatah sehari buat jajan atau ditabung. Beda
dengan anak sekarang, kalo uang saku sudah habis pasti minta lagi. Ayah tidak
ngasih lari ke ibu, ibu tidak ngasih lari ke kakek atau nenek. Sungguh malang
nian nasib anak sekarang.
Lantas siapa yang patut dimintai
pertanggung jawaban atas degradasi moral yang terjadi sekarang? Pemerintah yang
menurut golongan kanan dibilang dzholim? Ataukah orang tua yang kurang mendidik
karakter si anak? Silahkan Anda nilai sendiri, kami hanya mencoba membukakan
jalan pikiran.
Sekian terima kasih
0 komentar :
Posting Komentar