Kamis, 11 Juli 2019

Generasi Z Generasi Manja?

Kami menyebut anak generasi tahun 2000-an sebagai generasi z, sebagaimana khalayak pada umumnya. Langsung saja ke pokok pembicaraan kali ini. Sesuai dengan headline di atas, kami berasumsi bahwa anak-anak sekarang atau yang lahir setelah era reformasi sangat dimanjakan. Baik dimanjakan oleh sistem maupun dimanjakan oleh fasilitas yang ada.

Di sini kami hanya akan membagikan pengalaman saja, tidak ada niatan menjustifikasi suatu kelompok ataupun golongan. Niatnya sih tulisan ini bisa dijadikan nasihat buat anak-anak era milenial dan para orang tuanya. Langsung saja, kasus pertama, dulu pada era kami bermain di masa kecil, mainan yang dianggap elite hanya sebatas nitendo, sega dan playstation. Dulu saja, ketika kami bermain di rental, tak segan-segan orang tua khususnya ibu pasti menyusul lalu njewer kami untuk segera pulang.

Sedangkan anak sekarang dimanjakan dengan mudahnya akses internet untuk memainkan game online. Bahkan ada di daerah kami ada fasilitas wifi gratis dari PemKot setempat. Yang anehnya sekarang, ketika si anak merengek menangis juru pamungkas yang dikeluarkan orang tua ialah menyerahkan “setan gepeng” nya kepada si anak.

Kalo dulu komplotan kami main kelayapan kemana-mana, menelusuri pinggir sungai bahkan sampai mencuri ke kebun tetangga. Sedangkan anak sekarang cukup tidur-tiduran di kasur bisa mengakses dunia luar. Yang kami khawatirkan ialah mereka akan membuka situs yang aneh-aneh, situs porno misalnya. Perlu diingat, kami saja baru dipegangi HP tatkala kami telah duduk di bangku SMA. Itupun hanya sebongkah HP Nokia 3315.

Dulu kalo kami merengek minta sesuatu saja, malah dibiarkan sama orang tua kami. Mereka membiarkan sampai kami benar-benar berhenti nangis. Mungkin itu salah satu cara untuk mendidik kami biar tidak mudah cengeng dan tidak manja. Dulu kami pernah suatu kesempatan mendapat skors dari sekolah karena sering bolos. Pihak sekolah yang meminta orang tua kami untuk datang, tapi apa daya bukan karena orang tua kami cuek atau tidak peduli dengan kami. Beliau tidak mau datang ke sekolah, beliau berbuat demikian guna mengajarkan kepada kami supaya bisa bertanggung jawab dengan apa yang telah kami lakukan.

Untuk masalah uang saku, kami dulu sehari misal dikasih 5000 ya itu jatah sehari buat jajan atau ditabung. Beda dengan anak sekarang, kalo uang saku sudah habis pasti minta lagi. Ayah tidak ngasih lari ke ibu, ibu tidak ngasih lari ke kakek atau nenek. Sungguh malang nian nasib anak sekarang.

Lantas siapa yang patut dimintai pertanggung jawaban atas degradasi moral yang terjadi sekarang? Pemerintah yang menurut golongan kanan dibilang dzholim? Ataukah orang tua yang kurang mendidik karakter si anak? Silahkan Anda nilai sendiri, kami hanya mencoba membukakan jalan pikiran.


Sekian terima kasih

0 komentar :

Posting Komentar