Si
kiri berkata, “Dia kadang dinanti setiap insan untuk bepergian mencari tempat
yang nyaman. Dia selalu ditunggu sebagian umat untuk pergi bertobat. Entah
kenapa dia begitu istimewa bagi mereka yang merasa? Entah kenapa dia terasa
begitu magis bagi mereka yang memburu nilai magis?”
Tak
terima dengan kicauan si kanan mencoba untuk membelanya, “Dia memang sacral tapi
dia bukan pembawa sial. Dia tak begitu tragis asalkan semua tak berbuat sinis. Dia
bukan hanya jujukan umat tapi juga penghilang penat. Dia juga beda
dengan yang lainnya. Dia berada di kepungan warna hitam kelam. Lantas mana yang
salah darinya kalau dia tak berbuat ulah.”


