SEMANGAT ITU MASIH ADA SAMPAI UJUNG SENJA

Tetaplah berjuang sampai ujung senja. Jadikanlah batas kesabaran itu hingga Allah ridho pada diri. Semangatlah apa pun yang terjadi karena hakikatnya meskipun diri tak mau semangat, sesuatu apa pun itu akan tetap terjadi jua.

Sebaik-baiknya teman adalah yang menunjukkan kepada kebaikan.

Teman merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan ini. Tanpa kehadiran teman kita bukanlah apa-apa, dan bukan siapa-siapa. Dalam cakupan yang luas, teman juga bisa diartikan sebagai orang yang menemani kebersamaan dan membantu kita, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mendapatkan Ketenangan Hati Dalam Menghadapi Masalah Hidup

Setiap manusia tidak ada yang tidak mempunyai masalah hidup, terlepas dari segala aspek status maupun derajatnya. Terkadang masalah tersebut bisa membuat kita menjadi stres atau bahkan akhirnya menjadi sakit, namun jika kita pandai untuk mengelolanya dengan baik masalah tersebut justru bisa menjadi sesuatu pelajaran yang sangat berguna untuk kita.

Rasa gembira merupakan kesan positif kejiwaan yang muncul di berbagai keadaan.

Menghapus rasa duka dan menciptakan keceriaan merupkan hal yang cukup baik untuk diri sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Karena rasa duka dan ceria tidak hanya terbatas pada pribadi manusia. Keceriaan dan kesedihan seorang manusia boleh berpengaruh juga terhadap orang lain. Oleh kerana itu, kesedihan ataupun keceriaan seseroang berpengaruh juga bagi orang lain di sekitarnya.

Atasi rasa lelah

Jangan kalah sama rasa lelah. Ketika kita terjangkiti rasa lelah, hanya ada dua pilihan, berhenti atau meneruskan. Tapi ketahuilah, bahwa berhenti karena lelah itu adalah simbol dari kekalahan, menyerah dan putus asa, yang merupakan bagian dari kekufuran.

Selasa, 23 Desember 2014

Misteri Satu Muharrom

Entah kenapa hari itu begitu sakral bagiku dan juga bagi pemeluk kepercayaan yang sama denganku. Hari itu memang hari spesial bagi umat islam karena hari itu adalah hari pertama tahun Hijriyah dan bisa digunakan sebagai hari evaluasi amal perbuatan mereka. Hari itu juga hari yang bulannya dimuliakan oleh Allah SWT. Dan hari itu kini akan diperingati sebagai hari santri nasional. Entah apa yang melatar belakangi itu, aku tak habis pikir.

Dua tahun yang lalu tepat malam satu muharrom aku merasakan yang namanya kehilangan. Orang yang menjadi panutanku dalam keluarga kini telah berpulang menuju kesempurnaan yang hakiki. Sinar bulan kala itu memang indah namun terasa  datar bagiku. Aku belum siap menerima peristiwa itu tapi aku harus tabah menghadapinya. Ayah, masih banyak cerita yang ingin aku bagikan kepadamu dan banyak pertanyaan dariku yang belum sempat engkau jawab. Ayah, kenapa engkau pergi secepat itu. Ayah, kenapa engkau pergi di saat aku tengah merasakan euforia kebersamaan ini.

Banyak ucapan bela sungkawa datang kepadaku kala itu. Baik secara langsung ataupun messenger dari berbagai akun media sosialku. Aku yang sejatinya wanita memang tak bisa menahan derasnya air mata. Aku merasa berada di fatamorgana tatkala ayahku dikebumikan. Aku merasa di padang yang gersang. Entah itu nasehat buatku agar selalu mengingat kematian atau hanya simbol perasaan hatiku saja yang hampa. Aku tak tahu apa arti itu semua.

Sebulan selepas kepergianku ayahku, aku mulai menjalani hariku seperti sedia kala. Aku yang notabene seorang sekretaris di sebuah perusahaan swasta harus bekerja keras agar posisiku tidak tergeser dengan pesaing. Aku harus segera move on dari peristiwa itu. Masih banyak urusan yang harus aku kuselesaikan selepas pengambilan cutiku selama sebulan. Selama sebulan itu, aku mencoba menyepikan diri. Hanya pesan dari orang yang benar-benar terasa penting bagiku yang aku balas.

Banyaknya tugas yang menumpuk membuat aku mulai lupa dengan sosok pria yang sudah satu tahun mengisi ruang hatiku. Ajakan untuk makan siang bareng juga aku tolak, karena aku memilih makan di kantor dengan bekal makanan ringan yang aku bawa sambil menyelesaikan pekerjaanku. Aku jalani aktivitas keseharianku dengan datar begini adanya. Kerinduan akan sosok imam dalam keluargaku itu semakin menjadi-jadi saja. Aku tak tahu harus berbuat apa dan mengadu kepada siapa. Aku semakin tak terarah bagaikan seorang ahli ibadah yang tak bermahdzab.

Di malam itu mungkin di hari yang sama dengan kepulangan ayahku, aku lupa karena saking tidak ingin mengingatnya lagi, aku bermimpi. Entah ini mimpi buruk atau baik aku tak bisa menyimpulkannya. Aku mimpi berada di alam kubur, aku melihat sosok lelaki yang meronta-ronta kesakitan. Aku melihat beliau disakiti oleh dua sosok makhluk, mungkin mereka malaikat penjaga kubur. Aku coba mendekatinya namun aku takut dengan bentuk kedua mahkluk tersebut. Aku hanya memperhatikan interaksi mereka. Salah satu dari makhluk terus mencabuki lelaki itu dengan alasan karena lelaki tidak memperkenalkan ilmu agama kepada anak-anaknya. Aku merasa prihatin dengan keadaan itu, ingin menyudahi siksaan itu namun aku hanyalah wanita yang lemah tak berdaya serta takut akan penampakan makhluk tersebut. Karena saking tragisnya mimpi itu, aku tak sadar kalau aku terjatuh dari ranjang tatkala aku terbangun. Hal itu mengingatkanku kepada ayahku. Aku langsung memanjatkan doa kepada Sang Kholiq agar mengampuni dosa-dosa ayahku dan agar mengurangi atau menjauhkan siksa kubur bagi mendiang ayahku. Air mata tak kuasa keluar. Lagi-lagi aku tak kuasa menahan rasa ini. Aku belum siap atas kepergian ayah. Aku mencoba untuk bersikap biasa seperti sedia kala namun rasanya canggung dan tak terbiasa melakukannya. Aku harus tabah dalam menjalani takdir Illahi ini.

Tiga bulan selepas kepergian ayah, aku semakin mendekat kepada Allah. Aku mulai mengenal 99 nama mulia Allah yang orang sebut dengan asmaul husna. Aku yang dulu bertanya-tanya, kenapa kok tidak 100 saja. Kini aku semakin aku mencoba memahami bahwa Allah adalah Dzat yang membolak-balikkan hati setiap insan. Orang yang dulunya baik bisa saja diputarkan menjadi orang yang batil, begitu pula sebaliknya. Lantas inikah yang dijanjikan Allah dalam firmannya,"Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." Tapi aku belum bisa menafsirkannya, ini nikmat atau ujian. Selepas kepergian ayah, aku menjadi semakin mendekat kepada sang kholiq. Aku merasa bersalah, kenapa aku tidak melakukan ini saat ayah masih ada. Kenapa aku tidak membuat ayah tersenyum atas keshalihanku tatkala beliau masih hidup. Ahh, semua sudah terlambat. Yang sudah terjadi tak bisa diulangi bak nasi sudah menjadi jujur. Maafkan aku ayah, tak bisa membuat ayah bangga saat ayah masih hidup. Aku rindu ayah, semoga Tuhan mempertemukan kita sekeluarga di surga. Semoga aku bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua baik masih hidup ataupun sudah wafat.

Seratus hari ayahku telah tiba. Seperti biasa keluargaku merayakan dengan ritual yang telah mendarah daging yang orang sebut dengan selametan. Pembacaan yasin dan tahlil membuatku merinding dan merasakan kehadiran ayah di tengah-tengah kami. Ada satu ayat dalam yasin yang membuatku ketakutan untuk bertindak semena-mena. Ayat itu berarti,"Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang yang mati dan kami mencatatkan amal yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan, dan segala sesuatu akan kami perhitungkan dalam bukti yang nyata." (Q.S. Yasin : 12) Ayat tersebut seakan menyadarkan bahwa gerak-gerikku, perbuatanku selama ini diamati dan dihitung oleh Allah. Aku kian lemas menghayati ayat itu. Aku hanyalah hamba yang selalu berbuat dosa. Lantas bagaimana nantinya berat timbangan kala di Yaumul Hisab. Aku hanya bisa mengucap istighfar untuk memanjat ampun kepada Allah. Di tengah pembacaan tahlil, aku mencium bau wewangian dari sudut rumah. Aku enggan untuk bertanya kepada semua orang yang ada. Aku mencari asal bau tersebut. Seluruh isi ruangan kuselidiki namun tak ada satu benda pun yang nampak sebagai sumber wewangian itu. Dalam benakku aku mengira, benarkah ayah hadir dalam ritual suci ini. Aku tak kuasa untuk menangis, ku lantunkan surat fatihah sebagai sambutan untuk ayah sekaligus hadiah untuk beliau.

Agenda kali ini ditutup dengan doa oleh modin yang orang biasa sebut. Aku yang ikut mengamini doa lagi dan lagi tak kuasa menahan jatuhnya air mata untuk membasahi pipi ini. "Ya Allah kuatkan hati hamba dalam menghadapi perkara ini" panjatku dalam hati. Di akhir doa, isak tangisku semakin menjadi-jadi, tak tahu kenapa bisa begitu. Mungkin karena akhir doa itu yang mengiris hati ini. 

Doa yang berarti seperti demikian :
Ya Allah ! Ya Tuhan kami, berilah kami kebajikan di dunia ; kebajikan di akhirat, dan periharalah kami dari azab api neraka.
Aku mengulang bacaan doa tersebut berkali-kali yang kutujukan untuk ayah setelah modin mengakhiri bacaan doanya. Ketika bibir mulai lelah untuk melafalkan doa tersebut segera aku akhiri dengan bacaan ayat kursi. Ayah maafkan anakmu ini, tak bisa mencontoh Siti Fatimah yang begitu shalihah dan begitu berkhidmat kepada sang ayahnya baginda Rasulullah. Aku hanya anak yang termakan oleh globalisasi dan budaya barat lainnya yang menjadikanku sering menentang perintah dan nasihat ayah. Ayah aku rindu kebersamaan kita seperti sedia kala. Ayah amini saja niatku untuk mencoba berkhidmat kepada ibu sebagai wujud maafku yang tak bisa mematuhi perintahmu ayah.

Aku mulai terbiasa menjalani hari-hariku tanpa kehadiran ayah di dunia ini. Aku yang dulunya sering melamun di sela-sela kerjaan kantorku, kini aku mulai nyaman dengan suasana baru setelah aku sering mengikuti majelis ta'lim tiap ba'da shubuh walau hanya ada pada setiap hari ahad. Aku bagaikan bongkahan puzzle yang mulai disusun kembali setelah berantakan. Selepas kepergian ayah, aku mulai mengenal kembali sholawat kepada nabi yang dulu waktu aku kecil sering dilantunkan ayah guna mengajariku. Selepas kepergian ayah, aku mulai sadar betapa pentingnya menuntut ilmu agama agar memiliki pedoman dalam bertindak. Selepas kepergian ayah, aku berusaha menjaga auratku agar tidak menjadikan fitnah. Terima kasih ayah, walau kau telah tiada namun pesonamu selalu menginspirasiku untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya.

Kini lima bulan sudah hari-hariku kulewati tanpa senyuman ayah yang biasanya kupandang setiap hari selepas berpamitan kepada ayah. Aku tak boleh terlarut dalam kesedihan. Namun aku juga dibuat bingung, kenapa aku begitu secepat ini menghilangkan rasa sedih dalam atas kepergian ayah. Padahal tatkala aku merasakan orang yang begitu aku sayang dalam hal ini sebut saja pacarku, aku bisa membutuhkan waktu hampir setahun untuk benar-benar tabah menerima perpisahan itu. Tapi ketika perpisahanku dengan ayah seperti saat ini aku hanya butuh satu sampai dua bulan untuk tabah menghadapi ini. Ini mungkin wujud dari janji-janji Allah yang tersirat dalsm kitab suci. Namun hal itu juga tidak terlepas dari semangat man jadda wa jada yang kumiliki. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan? Ayat tersebut yang selalu jadi pemacu diriku untuk tetap bersyukur dan menghindari kuffur nikmat.

Tujuh bulan sudah ayah meninggalkan kami, anak istrinya. Di bulan ketujuh kepergian ayah, aku merayakan hari kelahiranku. Di usiaku yang sudah matang untuk membangun bahtera rumah tangga yakni 27 tahun ini, aku banyak mendapatkan percikan kasih sayang dari lawan jenis baik dari rekan kantor, teman di kala sekolah dan kuliah dulu bahkan para pemuda kampung yang menjadikanku sebai rebutan bak piala sayembara. Aku yang belum kepikiran untuk berkeluarga membuat mereka putus asa. Aku masih ingin sendiri dan ingin memperbanyak tawassul serta bermunajat dan muhasabah setiap harinya hingga aku benar-benar siap. Aku juga tak gampang untuk menerima pendamping hidupku. Aku menginginkan sosok yang bisa menggantikan sosok ayah yang kupandang sebagai imam yang baik di keluargaku.

Di bulan kesembilan setelah ayah meninggalkanku, aku mulai kembali dalam ketenangan jiwa. Mungkin itu berkah dari seringnya aku mengikuti majelis ta'lim yang dulunya hanya aku ikuti setiap ahad ba'da kini aku menyelakan waktu untuk hadir seminggu tiga kali. Aku takut hatiku akan mati. Dan aku takut tidak bisa beramal dengan baik jika hatiku mati. Di bulan ini juga aku mulai merasakan getaran dalam hati entah dari mana datangnya. Getaran hati ini aku rasakan tatkala aku berangkat ke majelis ta'lim. Apa karena hati ini yang kaku akan ilmu agama atau ada hal lain yang membuatku seperti itu. Aku tak tahu dengan misteri ini. 

Di bulan sepuluh aku mulai menyadari kenapa selalu bergetar hatiku tatkala berangkat ngaji. Aku tertarik dengan seorang santri putra yang ada di majelis ta'lim tersebut. Aku tertarik karena begitu khidmatnya dia kepada sang Kyai, guru ngajinya. Tak pernah menolak apa yang diinstruksikan oleh gurunya. Walaupun dia dinilai paling lemah dari segi penguasaan ilmu dan hafalan, namun dia selalu berusaha menjadi yang pertama dalam membahagiakan hati sang guru. "Ya Allah! Apakah lelaki ini yang engkau pilihkan untukku", panjatku dalam hati. Aku terkagum dengan tindak tanduknya. Bagaimana tidak? Kepada orang tua yang bukan orang tua kandungnya saja dia begitu khidmat, lantas bagaimana perlakuannya kepada orang tuanya sendiri. Aku tak boleh langsung menjatuhkan hati ini kepadanya. Aku sadar aku masih butuh mengenalinya lebih dalam.

Selama sebulan aku mencoba mencari tahu informasi tentangnya. Mulai dari nama, tempat tinggalnya, asal usul keluarganya sampai status pekerjaannya sekarang. Aku dapati info dari rekan-rekan yang ikut ngaji di majelis ta'lim tersebut. Ternyata dia memang pujaan di majelis ta'lim itu. Banyak santri putri yang terpesona dengan perangainya. Saking sibuknya dengan upaya pengenalan dengan lelaki itu aku lupa kalau sekarang sudah bulan kesebelas kepergian ayah. Dan bulan depan sudah setahun ayah meninggal putrinya si bungsu ini. Ayah aku rindu engkau! Ayah aku rindu senyumanmu! Ayah aku merasa kosong tatkala mengingatmu. 

Tepat setahun sudah aku kehilangan lelaki yang kujadikan pedoman dan pemimpin dalam keluargaku. Aku merasa ingin secepatnya untuk menemukan lelaki pengganti ayah yang bisa memimpin dan membimbingku. Di hari peringatan setahun ayahku meninggal, aku mengundang guru ngajiku di majelis ta'lim untuk memimpin jalannya tahlilan. Di balik sebagai wujud terima kasihku atas beliau, aku juga ingin menceritakan kegalauan hatiku yang ingin segera menemukan pendamping dalam berkeluarga.

Selepas acara tahlilan selesai, aku meminta Kyai untuk mengurungkan sebentar kepamitannya untuk pulang. Aku berkata jujur bahwa aku sedang tertarik dengan seorang santri putra yang sangat khidmat kepada beliau. Aku juga mengatakan bahwa aku rasanya sudah merasa cocok dengan dirinya, walau kami tak pernah berkomunikasi dengan media apapun. Paling hanya sekedar jawaban iya atau tidak yang berikan kepada tatkala aku tanya. Itupun pertanyaanku tidak menyangkut masalah isi kalbu. Pak Kyai malah tertawa mendengar penjelasanku. Mungkin beliau merasa tak heran mendengar hal ini, karena memang pantas dia menjadi idaman wanita banyak. Pak Kyai juga bertanya kepadaku tentang keseriusanku. Aku menjadi gugup tatkala menjawab pertanyaan. Dengan rasa apapun ini namanya aku menjawab kalau aku memang serius telah menjatuhkan hatiku kepadanya. Di dalam ruangan yang hanya ada aku dan pak Kyai terasa semakin genting dengan sikap beliau yang semakin membuatku gugup. Pak Kyai tidak bisa memberikan solusi tentang apa yang aku rasakan saat ini. Namun beliau menyuruhku untuk istiqomah sholat istikhoroh selama tujuh hari. Dan beliau juga menyuruhku untuk memberitahukan hasilnya kepada saat jadwal pengajian.

Setelah kepamitan pak Kyai, aku kembali membantu beres-beres dan setelahnya aku mencari ibuku. Aku menceritakan  hal yang sama kepada ibu yang selama ini belum pernah aku kasih tahu. Ibu hanya menjawab kalau dia setuju saja dengan pilihanku asal dia benar-benar lelaki yang baik dan mampu bertanggung jawab. Ibu mulai menceritakan kisah pertemuannya dengan ayah yang saat itu merantau dan tidak sengaja ketemu ibu. Ayah adalah tipikal lelaki yang jantan, tatkala pertama kali melihat ibu langsung tertarik dan langsung mengajak berkenalan. Setelah tahu nama dan alamat ibu, ayah dengan rombongan keluarganya langsung datang ke rumah ibu untuk melamar. Ibu yang tidak tahu dengan niatan itu dibuat bingung, bagaimana mungkin orang yang pertama kali bertemu langsung memberanikan diri untuk melamar. Aku pun dibuat terpingkal. Untung ibu saat itu masih gadis, lantas bagaimana ekspresi ayah kalau tahu ibu sudah bersuami. Di obrolan itu aku dibuat tertawa dengan kisah ayah dan ibu saat awal pernikahan. Dan aku pun tertidur karena kelelahan mendengar dongeng dari ibu.

Seminggu sudah aku melakukan apa yang disarankan oleh pak Kyai, kini saatnya aku mengatakan hasilnya kepada beliau. Selesai pengajian aku menjadikan diriku sebagai orang yang terakhir berpamitan dengan beliau. Aku mengatakan kalau niatanku agar bisa menjadi pria itu sebagai imam di keluargaku kelak semakin kuat. Pak Kyai kembali tertawa dengan apa yang aku katakan. Aku bingung harus berbuat apalagi. Memang secara adat aku sudah bisa dikatakan ngawur. Namun aku sudah tak sanggup lagi dalam kesendirian ini. Aku juga butuh lelaki yang memimpin dan membimbingku. Tanpa aku sadari ternyata pria yang aku kagumi itu menunggu di balik pintu tempatku mengobrol dengan ustadz. Pak Kyai memintanya untuk masuk dan meminta dia yang memberikan jawaban sendiri.

Dia menjawab bahwa dia sebenarnya belum siap untuk berumah tangga. Dia belum punya banyak bekal baik bekal duniawi untuk menafkahiku maupun bekal ukhrawi untuk memimpin dan membimbingku dalam beribadah. Dia mengembalikan kepastian ini kepada pak Kyai. Pak Kyai yang dari tadi hanya tersenyum girang kini mulai terlihat serius. Pak Kyai akhirnya mengeluarkan kata setuju setelah termenung beberapa saat. Namun setujunya pak Kyai ini bukan tanpa syarat, beliau setuju akan pernikahanku dengan pria itu tapi harus tetap semangat dan istiqomah untuk belajar ilmu agama. Namun sebelumnya pak Kyai juga menanyakan kepadaku apakah aku benar-benar bersedia menjadikan pria itu sebagai suami dengan latar belakang yang demikian. Aku memang sudah tahu kalau dia berasal dari keluarga yang sederhana. Dan dia kini tengah mencari pekerjaan setelah baru saja mendapat gelar diploma. Dan dia kini menjadi seorang marbot masjid yang ada di dekat rumah Kyai.

Aku tak peduli dengan latar belakangnya, yang penting sikapnya yang membuat orang lain tidak terbesit untuk bersuudzon kepadanya itulah yang membuatku ingin menjadi pelengkap tulang rusuknya yang hilang. Di akhir perbincangan ini pak Kyai menyuruhku untuk kembali melakukan sholat istikharah, apakah yang aku rasakan ini berlandaskan petunjuk dari Allah atau hasutan hawa nafsu belaka. Aku mengiyakan apa yang diinstruksikan pak Kyai kepadaku.


Tuhan inilah misteri satu muharrom yang Engkau anugerahkan kepadaku. Setahun yang lalu saat satu muharrom aku harus kehilangan sosok pria yang menjadi imam di keluargaku yaitu ayahku, kini satu muharrom aku memberanikan diri untuk meminta persetujuan dari pak Kyai untuk dijodohkan dengan pria yang aku kagumi semenjak aku mengikuti pengajian. Dan berawal dari keberanianku mengatakan perasaan jatuh hatiku ini membawa keberkahan akhirnya kini aku resmi menjadi istri dari lelaki yang dari hari ke hari tiada rasa lelah untuk berkhidmat kepada guru dan orang tuanya. Lelaki yang begitu mengasihi anak-anak, lebih-lebih kepada anak-anak binaan di TPA didikannya. Aku merasa bahagia. Dan tak henti-hentinya aku mengucapkan hamdallah ketika semua saksi yang hadir mengatakan "sah" di acara akad nikahku. Terima kasih Ya Allah. 

Selasa, 16 Desember 2014

Rabu Akhir Safar

NAHAS HARI  RABU
 
Allah berfirman :
Sesungguhnya kami telah menghembuskan kepada mereka angin sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus”.
(Q.S. Al-Qomar : 19)

            Yaitu hari Rabu, berdasar dalil yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a, ia berkata : “Rasulullah saw telah ditanya tentang hari rabu. Lalu Beliau saw menjawab : “Hari Rabu adalah hari nahas yang terus menerus”.
               Mereka bertanya : “Kenapa bisa demikian, ya Rasulullah ?”.
            Jawab : “Karena pada hari itu Allah telah menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya, memusnahkan kaum Aad dan Tsamud, yaitu kaum Nabi Sholeh”.

            (Uraian): sebagian ulama’ mengatakan bahwa Allah telah membinasakan tujuh kaum yang kafir pada hari rabu dengan tujuh macam azab, mereka itu adalah :
pertama   :  Auj bin Unuq dibinasakan dengan burung Hudhud.
Kedua      :  Qorun dibinasakan dengan dibenamkan ke dalam tanah.
Ketiga   : Fir’aun dan pasukannya dibinasakan dengan ditenggelamkan ke dalam  sungai Nil.
Keempat : Namrud dibinasakan dengan nyamuk.
Kelima     : Kaum Luth dibinasakan dengan batu.
Keenam  : Syidad bin Aad dibinasakan dengan suara jeritan Jibril as.
Ketujuh   : Kaum Aad dibinaskan dengan angin yang kencang.

            Diambil dari Kitab As Sab’iyyaatu fil Mawaa’idhil Barriyyat karya Al Imam Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdurrahman Al-Hamdaani.
 
 
AMALAN HARI RABU AKHIR BULAN SAFAR

 Bismillah hirrohman nirrohim

Banyak Awliya Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar (As Syeikh Al Kamil Fariduddin As Sukar Janji di dalam kitab "Al Jawahir Al Khoms" halaman 5) yang dikenal dengan Rabu Wekasan. Oleh sebab itu hari tersebut menjadi hari yang terberat di sepanjang tahun. Maka di sunnatkan untuk melakukan shalat.


Tata cara sholat

Dapat dilakukan secara sendiri sendiri atau ber jama’ah
Jumlah raka’at = 4 raka’at dengan 2 kali salam dengan bacaan setelah al fatihah :

Surat al kautsar (17x)
Surat al Ikhlas (5x)
Surat al Falaq dan an Nas masing masing (1x)


Niat Sholat : Usholli sunnatal lidaf’il balaa rokatainii lillaahi ta’ala


Waktu pelaksanaan :
dimulai dari hari selasa Ashar atau maghrib sampai Ashar atau maghrib hari rabu.


Doa setelah sholat :
Bismilaahir rahmaanir rahiim
Wa shallallaahu alaa sayyidinaa muhammadin wa alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.
Allaahumma yaa syadiidal quwa wa yaa syadidal mihaal yaa aziiza dzallat Li’izzatika jamii’u khalqika ikfinii min jamii’I khalqika yaa muhsinu yaa mujammilu yaa mutafadh-dhilu yaa mun’imu yaa mukrimu yaa man laa ilaaha illa anta bi rahmatika yaa arhamar raahimiin Allaahumma bisirril hasani wa akhiihi wa jaddihi wa abiihi ikfinii syarra haadzal yawma wa maa yanzilu fiihi yaa kaafii fasayakfiyukahumul-laahu wa huwas-samii’ul ‘aliim. Wa hasbunallaahu wa ni’mal wakiilu wa laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Wa shallallaahu ta’aalaa ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wasallam



(Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa tercurah pada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya. Allahumma, Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memiliki Kekuatan dan Keupayaan; Ya Allah, Tuhan Yang Mahamulia dan karena Kemuliaan-Mu itu, menjadi hinalah semua makhluk ciptaan-Mu, peliharalah aku dari kejahatan makhluk-Mu; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Baik Perbuatan-Nya; Ya Allah, Tuhan Yang Memberi Keindahan, Keutamaan, Kenikmatan dan Kemuliaan; Ya Allah, Tiada Tuhan kecuali hanya Engkau dengan Rahmat-Mu Yang MahaPenyayang.

 Allaahumma, Ya Allah, dengan rahasia kemuliaan Sayyidina Hasan ra dan saudaranya (Sayyidina Husein ra), serta kakeknya (Sayyidina Muhammad saw) dan ayahnya (Sayyidina `Ali bin Abi Thalib ra), peliharalah aku dari kejahatan hari ini dan kejahatan yang akan turun padanya; Ya Allah, Tuhan Yang Maha Memelihara, cukuplah Allah Yang Maha Memelihara lagi Maha Mengetahui untuk memelihara segalanya. Cukuplah Allah tempat kami bersandar; tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah Yang Maha Tinggi lagi MahaAgung. Amin.

Selasa, 18 November 2014

Rotib Al Atthos

Al-Fatihatu ilaa hadhrati al-habib Sayyidina Muhammadin S.A.W. wa aalihi wa sahbihi wa man waalaahu. Wa ilaa ruuhi sayyidina al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas, shohibi ratib, wa syeich Ali bin Abdillaahi al-Baaras. wa usuulihim wa furuu’ihim annallaaha jataghasyaahum bir’rahmati wal maghfirati al-fatiha. A’uudhu billaahi minasy’yaitaani rajiim.


Bismillaahirahmaanirahiim. Alhamdulillaahi rabbil aalamiin. Arrahmaanirahiim maalikijawmid’diin. Ijaakana’buduu wa ijaa kanastaiin.Ihdinas’siraatal mustaqiim. Siraathal’ladhiina anámtu alaihim Ghairil maghdhuu alaihim walaa dhaaliin. Aamiin.

A’uudhu billaahis samii’il aliimi minasy’syaitaani rajiim(3x).
Lau’anzalnaa haadhal qur’aana alaa Jabalin lara’aitahu ghaasyian mutasad’dian min ghasy’yatil’laahi wa tilkal amthaalu nadhribuhaa linnaasi la’allahum jatafakkaruun. Huwallaahul ladhii laa ilaaha illaa huwa aalimul ghai’bi wa shahaadati huwa rahmaanirahiim. Huwallaahul ladhii laa ilaaha illaa huwa al-malikul Qud’duusu salaamul mu’minul muhaiminul aziizul Jabbaarul mutakabbiru

subhaanallaahi amma jusyrikuun. Huwallaahul ghaalikul baari’ul musawwiru lahul asmaa’ul husnaa jusabbihu lahu maa fii samaawaati wal ardhi wa huwal aziizul haqiim.
A’uudhu billaahis samii’il aliimi minasy’syaitaani rajiim(3x).
A’uudhu bikalimaatillaahi taamaati min syarri maa ghalaqa(3x).



Bismillaahil ladhii laa yadhurru ma’asmihii syai’un fil ardhi walaa fis’samaa’i wahuwassamii’ul aliim(3x).
Bismillaahirahmaanirahiim, walaa hawlaa walaa quwwata illaabillaahil alijjil adhiim(10x).
Bismillaahirahmaanirahiim(3x).
Bismillaahi tahassanaa billaahi, bismillaahi tawakkalnaa billlaahi(3x).
Bismillaahi aamannaa billaahi wa man ju’min billaahi laa ghawfun alaihi(3x).
Subhaanallaahi azzallaahu subhaanallaahi jal’lallaahu(3x).


Subhaanalaahi wa bihamdihi subhaanallaahil adhiim(3x).
Subhaanallaahi wal handulillaahi walaa ilaaha illallaahu wallaahu akbar(4x).
Yaa, lathiifan bighalqihi yaa, Aliiman bighalqihi yaa, ghabiiran bighalqihi al-tufbinaa yaa, lathiifu yaa, aliimu yaa, ghabiir(3x).
Yaa, lathiifan lam jazal al-tufbinaa fiimaa nazal innaka lathiifu lam tazal al-tufbinaa wal muslimiin(3x).

Laa ilaaha illallaah(40x).
Muhammadur’rasuulullaah(1x).
Hasbunallaahu wa ni’mal wakiil(7x).
Allahumma salli alaa Muhammadin allahumma salli alaihi wa sallim(11x).
Astghfirullaah(11x).
Taa’ibuuna illallaah(3x).
Yaa, allaahu bihaa yaa, allaahu yaa, kariimu yaa, allaahu bihusnil khaatimah(3x).

 Ghufranaka rabbanaa wa ilajkal masiir laa jukalliful’laaha nafsan illaa wus’ahaa lahaa maa kasabat wa alaihaa maa aktasabat rabbanaa laa tu’agidhnaa in’nasiinaa aw’agta’naa rabbanaa walaa tahmil alainaa isran kamaa hamaltahu alal’ladhiina min qablinaa rabbanaa walaa tuhammilnaa maalaa qatalanaa bihi wa’fu annaa wagh firlanaa warhamnaa anta mawlaanaa fansurnaa alal qawmil kaafiriin.


 Al-Fatihatu ilaa Hadhrati sayyidinaa wa Habibinaa wa Syafi’inaa rasuulillaahi Muhammad ibn Abdillaahi sallallaahu alaihi wa aalihi wa ashaabihi wa azwaajihi wa dhurri’jaatihi bi’annallaaha ju’lii darajaatihim fil jannati wa janfa’unaa bi asraarihim wa anwaarihim wa uluumihim fid’diini wa dunjaa wal aaghirati wa jadz’alunaa min hizbihim wa jarzuqnaa mahabbatuhum wa jatawafaanaa alaa millatihim wa jah’syurnaa fii zumratihim fii khairin wa luthfin wa aafiiyatin bisirril faatihah.
Al-Fatihatu ilaa ruuhi sayyidinaal muhaajiri ilaallaahi, ahmadiini iisa wa ilaa ruuhi sayyidinaal faqqiihil muqoddami muhammadi ibn aliyyi baa alawiyyi wa ashuulihimaa wa furuuihimaa, wa dzawiil huquuqi alaihimaa ajmaiina annallaha yaghfirulahum, wa yarhamuhum, wa yu'lii darojaatihim fiil jannah, wa yan faunaa bi asroorihim wa anwaarihim wa uluumihim fii diini wad dunyaa wal aakhiroti bisirril fatihah.





Al Fatihah ilaa ruuhi sayyidinaal habiibi abdir rohmaani bin aqiilil aththoosi, wab nihi shoohibir rottibi sayyidinaal habiibi umar abdillaahi bin abdirrohman, wa shoolihi bin abdirrohmaan, wa sayyidinaal habiibi husaini bin umar al aththos wa ikhwaanihil jamii'il wa sayyidinaal habiibi aliyyi bin hasani al aththos syaarih hadzaarotib, wasysyaikhi aliyyi bin abdillah baaros syarih hadzarrotibi 'aidhoon wa ushulihim wa furuu ihim wa 'ahli tarbihim, 

wa jamii'il aakhidziina an sayyifinaa umaro wal la'idziina bihi wal muntasibiina ilaihi fii jamii'i aqthooril ardi annallaaha yaghfirulahum wa yarhamuhum wa yu'li darojaatihim fiil jannah wa yuiidu alaihi min asrorihim wa 'anwaarihim wa uluumihim wa barokaatihim fiid diini wad dunya wal aakhiroti bisirril fatihah.

Al Fatihah ilaa 'arwaahil 'auliyaai wasysyudaai washshohiina wal 'aimmatir rosyidiina, tsumma ilaa arwaahi walidiinaa wa masyaayikhinaa wa dzawiilhuquuqi alainaa, wa alaihim 'ajmaiina, tsumma ilaa arwaahi hadzihil baldatin minal muslimiina wal muslimaat, annallaaha yaghfirulahum wa yahamuhum wa yu'li darojaatihim fiil jannah wa yanfaunaa biasroorihim, wa anwarihim wa 'ulumihim fiid diini wad dunyaa wal aakhiroti bisirril fatihah.


Al Fatihah bilqobuuli wa tamaami kulli su'li wa ma'muulin wa sholahisy sya'ni dhohiron wa bathinan fiid diini waddunyaa wal aakhiroh, daafiatan likulli sarr, jaalibatan likulli khoir, lanaa waliwadiinaa wa aulladinaa wa 'ahbaabinaa wa masyaayikhinaa fid diini, maaluthfi wal aafiyah, wa alaa niyyati annallaaha yunawwiru quluubanaa wa qowaalibanaa maal hudaa wattaqoo wal afaafi wal mauti alaa diinil islamai wal iimaani bila mihnatin walam tihaanon bihaqqi sayyidi waladi adnaanin, walikulli niyyati shoolihah, wa ilaa hadrotin nabiyyi shollallahu alaihi wa salam. AL Fatihah

Sabtu, 15 November 2014

K. H. Muhammad Arifin Ilham



*********
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS. Al-An'am: 121). Rasulullah membaringkan domba kibasy beliau saat akan menyembelih, kemuliaan beliau berdoa,”Bismillah Allahuakbar.” (HR Muslim).

*********

Ciri utama mu'min BERSEGERA dalam KEBAIKAN dan KEBENARAN (QS 23:61) dan segala apa yang ALLAH dan Rasul perintahkan kepadanya "sami'na wa atho'na" KAMI DENGAR & KAMI TAAT (QS 24:51), sebaliknya orang-orang kafir, fasiq dan munafik mereka bersegera dalam ma'siat dan kemungkaran, dan bila dinasehati kebaikan dan kebenaran, mereka fikir-fikir, tawar-menawar dan mencari dalih untuk kepentingan nafsunya,"sami'na wa ashoihna" KAMI DENGAR & KAMI INGKARI (QS 4:46).

**********

Kamis, 06 November 2014

Kalam K. H. Abdullah Gymnastiar

*********


Dari Abu Dzar radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, "

Pada setiap persendian kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi; Setiap tasbih (membaca subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (membaca Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (membaca Lailaha illallah) adalah sedekah, setiap takbir (membaca Allahu Akbar) adalah sedekah, amar bil ma'ruf adalah sedekah, nahi ‘anil munkar adalah sedekah. Semua itu dapat terpenuhi dengan (shalat) dua rakaat yang dilakukan di waktu Dhuha." (HR. Muslim, no. 1181)

*********

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang
QS. Al-Hujurat : 12
 *********

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)


Nasihat K. H. Abdullah Gymnastiar

Nasihat Pertama

Jangan kita khawatir terhadap nikmat yang belum datang kepada kita. Sesungguhnya segala nikmat itu milik Allah Swt dan Dia Yang Maha Memberikannya kepada kita. Nikmat Allah Swt tersebut akan diberikan kepada kita apabila kita mau bersikap mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita.

Nasihat Kedua

Dalam situasi apapun, ketenangan akan selalu hadir di dalam diri orang yang istiqamah terhadap Allah Swt. Bahkan di dalam situasi yang bagi orang lain sangat sulit sekalipun. Hal ini adalah sebagai buah dari sikap istiqamahnya dalam keyakinan bahwasanya Allah Swt adalah Dzat yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 Nasihat Ketiga

Hal-hal yang bisa memalingkan hati dari cinta kepada ALLAH SWT :
1. Orang tua
2. Anak
3. Pasangan
4. Harta kekayaan
5. Bisnis perniagaan
6. Tempat tinggal.

Nasihat Keempat

Akankah hanya sisa sisa untuk Rabb yang amat Mengasihimu..??
Sholat hanya sisa waktu kesibukan,
Zikir hanya sisa ngobrol,
Menyebut nama-Nya hanya sisa waktu dari menyebut-menyebut harta / manusia,
Baca alquran hanya sisa waktu dari membaca koran/sms/bbm, internet.
Sedekah hanya sisa dari belanja/jajan,
Memikirkan akherat hanya sisa dari memikirkan duniawi

Nasihat Kelima

 


Sabtu, 01 November 2014

DO’A ASYURO

Do’a ini dibaca setelah Maghrib

Barang siapa pada hari Asyuro
(yaitu pada tanggal 10 Muharrom)
Membaca sebanyak 70 x



Kemudian membaca do'a di bawah ini sebanyak 7 x
Insya Allah akan panjang umur sehat wal afiat sampai tahun berikutnya



Berkaitan dengan datangnya tanggal 10 Muharram yang mulia tersebut, ulama’ mengajarkan berbagai kebajikan yang hendaknya diamalkan sebagai penghiasnya. Amalan pertama adalah melapangkan nafkah untuk anak dan istri, yakni dengan menambah kegembiraan di hati keluarga. Caranya bisa dengan menambah uang belanja, agar hari itu keluarga bisa menikmati makanan yang lebih baik dari hari biasa. Bisa juga Anda memberikan hadiah yang tidak disangka-sangka, meski harganya tidak mahal. Amalan ini memiliki keutamaan, Allah akan melapangkan hidup orang tersebut sepanjang tahun itu.

Amalan kedua ialah mengusap kepala anak yatim. Istilah mengusap adalah kiasan untuk menyantuni anak yatim. Fadhilahnya ialah Allah akan menganugerahkan kebaikan bagi tiap-tiap rambut yang diusapnya. Amalan ketiga ialah memuliakan fakir miskin. Keutamaannya ialah Allah akan melapangkan alam kuburnya.

Amalan keempat ialah menahan amarah. Fadhilahnya, di akhirat nanti, Allah akan memasukkannya ke dalam golongan yang ridho dan diridhoi. Amalan kelima adalah menunjukkan jalan bagi orang yang sesat. Fadhilahnya ialah Allah akan menyinarkan cahaya iman ke dalam hatinya.

Amalan keenam, tentu saja, bershodaqoh. Fadhilahnya ialah Allah akan menjauhkannya dari siksa neraka, sejauh jarak seekor gagak yang terbang tanpa berhenti dari kecil hingga ia mati. Amalan ketujuh, memelihara kehormatan diri. Fadhilahnya, Allah akan mengaruniakan hidup yg senantiasa diterangi cahaya keimanan.Juga dia dicatat seperti bersedekah dalam setahun sebagaimana dikatakan oleh sahabat Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, "Barangsiapa berpuasa Asyuro maka seakan-akan dia berpuasa selama setahun dan siapa yang bersedekah pada hari itu, maka seakan-akan dia bersedekah selama setahun."

Amalan kedelapan ialah memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah, karena sabda Nabi SAW
"... Sesungguhnya pada bulan Muharrom terdapat satu hari (yaitu Asyuro) dimana Allah telah mengampuni di hari itu suatu kaum dan Dia akan mengampuni pada kaum-kaum yang lain." (HR. Tirmidzi dari Ali bin Abi Tholib). Yang kesembilan memperbanyak sholat sunnah. Fadhilahnya, Allah akan mengampuni atas dosanya.

Amalan kesepuluh memperbanyak membaca "Hasbiyallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nashir." Fadhilahnya, tidak akan mati pada tahun itu. Amalan kesebelas, menjamu orang yang berbuka puasa. Fadhilahnya diberi pahala seperti memberikan buka puasa kepada sekalian orang islam. Yang kedua belas ialah berpuasa Asyuro.

Kecuali berpuasa dan menyantuni anak yatim yang memang sudah termasyhur kesunnahannya, sebagian besar amalaiah dan fadhilah tersebut memang tidak mempunyai dasar hukum yang kuat. Namun, ada sebagian ulama' yang memperbolehkan penggunaannya sebagai bagian dari fadhoil al a'mal, penambah keutamaan ibadah. Maka dari itu, terlepas dari kontroversi mengenai kekuatan hukumnya, pengamalan semua anjuran tersebut dikembalikan pada ketetapan hati pelakunya.

Wallahu a'lam bish showab.


Senin, 13 Oktober 2014

bukan berita tapi cerita bahkan derita



Tepat pukul Sembilan pagi seperti yang terlihat di layar ponselku, pagelaran “pesta” pemblokiran jalan oleh warga betek dimulai. Warga berbondong-bondong berkumpul di sebuah posko yang dinamakan dengan posko dua arah. Dengan panduan para RT dan RW yang ada di panggung posko warga melanjutkan long march menuju depan makam islam penanggungan.
Merasa terkhianati oleh si wali kota, warga melakukan aksi teaterikal dengan menggambarkan seorang warga yang meninggal akibat kecelakaan pasca diberlakukannya satu arah. Memang setelah diusut dan berdasarkan fakta yang ada telah memakan korban jiwa sebanyak 8 orang serta korban luka sebanyak 15 orang yang divonis cacat seumur hidup (menurut salah seorang warga).
Aksi ini dipelopori oleh tragedi terakhir yang memakan korban yang minggu lalu tertabrak oleh pengendara sepeda motor yang hingga kini masih dirawat inap di salah satu rumah sakit di malang. Warga dahulunya menerima satu arah yang hanya setengah hari atau 12 jam, namun kini warga mulai kesal atas kebijakan yang terkesan menindas hak rakyat atas pemberlakuan satu arah selama 24 jam penuh.
Dengan diberlakukan aturan semacam itu kini jalan panjaitan laksana sirkuit drag race ataupun road race yang membuat warga lama untuk menyeberang jalan dan bahkan anak-anak memboloskan diri untuk pergi sekolah dengan alas an takut ditabrak pengendara motor yang ugal-ugalan. Sungguh miris apa yang terjadi di kota Malang ini. Ketika hegemoni akan kejayaan akan singosari bahkan bangkitnya Arema harus dibayar dengan kebijakan seorang pemimpin yang justru menindas sosial ekonomi rakyatnya.
Warga betek melakukan aksi tidak sendirian mereka dibantu oleh organisasi mahasiswa yang berbasis islam dengan bendera  bercorak kuning dan biru. Sekumpulan mahasiswa tersebut dari komisariat mereka yang kebetulan terletak di betek juga. Mereka melakukan long march hingga di depan gang 19 dan menyanyikan lagu Totalitas Perjuangan serta Buruh Tani. Aksi mereka diawasi dan dikawal oleh setidaknya 200 anggota polisi (kata komandannya begitu). Tak selang beberapa lama dating sekelompok mahasiswa lain yang mengatas namakan mereka himpunan mahasiswa islam.
Sekitar pukul 10.30 para demonstran mendekati jembata soekarno-hatta (red : suhat). Para demonstran bergantian berorasi mengutarakan uneg-uneg kekesalan terhadap kebijakan yang dibuat oleh si abah (red: walikota). Mulai dari warga biasa, tokoh kampung, mahasiswa hingga seorang ustadz ikut berorasi dan memimpin tahlil guna berharap kembalinya dua arah yang bisa dibilang lebih aman dan sejahtera ketimbang satu arah yang membuat warga sengsara.
Tepat jam 1 mahasiswa dan warga mulai menutup akses dari jalan sukarno hatta menuju jalan panjaitan. Hal itu membuat dishub dan polantas kalang kabut sehingga menerapkan sistem buka tutup pada pintu masuk universitas brawijaya. Tak selang berapa lama datanglah Hadi Santoso yang merupakan asisten II dari walikota. Beliau mengatakan kalau bapak walikota tidak bisa datang ke areal aksi unjuk rasa. Dan beliau hendak mengundang perwakilan warga untuk berdiskusi di balai kota saja.  Salah seorang warga balik menyerang bahwa akan menonaktifkan kegiatan pemerintahan mulai dari tingkat RT, RW bahkan sampai Kelurahan dengan jalan yang sudah ditempuh yakni pengumpulan stempel dari setiap RT dan RW.
Ya beginilah yang dapat saya kabar dan ceritakan. Bila ingin info lebih detail dan up to date silahkan langsung datang ke lokasi dan bertemu narasumber yang telah disediakan.  
 Untuk foto bisa di lihat di sini