Kamis, 26 September 2013

Islam itu Kaffah

Karya : Erlian Hayati 
 Etoser 2013

Kita semua tahu bagaimana dunia memandang islam, bagaimana cara pandang penduduk bumi terhadap wanita-wanita berjilbab besar, apalagi yang bercadar. Bahkan semua orang juga tahu seperti apa tanggapan yang akan muncul ketika tiba-tiba ada gedung megah berlabel “J.W. Marriot” atau apapun itu tiba-tiba meledak atau mungkin ketika pulau yang dielu-elukan sebagai pulau dewata yang sangat memesona tiba-tiba berubah menjadi pulau yang lebih layak disebut sebagai pulau yang hangus daripada disebut pulau dewata, hanya akibat ada petasan super besar yang disulut di pulau tersebut. Tak usah ditanya sekalipun mulut-mulut tak bertanggung jawab itu akan serempak meneriakkan satu kata yang mereka anggap sebagai pelaku, satu kata yang mereka anggap dalang utama dibalik semua kerusakan. Satu kat itu bukan orang, tempat, ras, suku, negara, bangsa, planet, tata surya atau jagad raya sekalipun. Meski satu kata ini bukan itu semua, tapi satu hal ini cukup untuk mengatur bukan hanya satu orang, satu golongan, satu kelompok, satu ras, satu suku, satu bangsa, satu negara bahkan dunia seisinya sekalipun hanya cangkupan kecil dari seluruh hal-hal yang diatur di dalamnya. Dan inilah islam, islam bukan orang, islam juga bukan undang-undang ataupun perda tapi islam lebih dari cukup untuk mengatur dunia seisinya, karena islam adalah ketentuan dari sang pencipta dunia dan isinya yakni Allah SWT. Tapi apa yang terjadi akhir-akhir ini? Islam di cap sebagai agama teroris dan kejam. Padahal sebenarnya islam tidak seperti itu karena islam adalah rahmatan lilalamin. Tapi kenapa ketika ada sekelompok orang yang mengaku islam kemudian mereka melakukan hal-hal yang merugikan secara serta merta dunia menunjuk islam sebagai tokoh utama dari teror tersebut. Katakanlah jika memang pelakunya adalah umat islam, lalu apakah itu berarti islam adalah pelakunya? Come on islam itu bukan mereka islam itu bukan sekelompok orang. Memang benar jika mereka mengaku sebagai umat islam mereka adalah bagian dari pemeluk islam. Tapi islam bukan hanya tentang mereka. Jadi, kita tidak patut untuk menyalahkan islam karena islam (saya katakan sekali lagi) islam itu rahmatan lilalamin, dan satu lagi, islam itu kaffah.
            Mengapa islam itu kaffah? Karena saya rasa islam adalah agama yang paling sempurna. Di dalamnya ada segala hal yang dibutuhkan manusia untuk pedoman hidupnya. Ketika sekolah sibuk menyusun tatib untuk menjadikan siswa-siswinya generasi yang unggul di segala bidang, ketika KPK bingung untuk menciduk pejabat-pejabat yang keluar dari jalurnya atau bahkan ketika seorang gubernur yang sibuk mengurusi kemiskinan dan pengangguran yang semakin meningkat tiap harinya seperti deret geometri. Seorang ilmuwan hebat tak akan bisa memecahkan masalah-masalah tersebut hanya dengan perhitungan matematika bahkan menguraikan senyawa kimia. Karena di sini, di kondisi ini yang kita butuhkan bukan pemikiran manusia yang berorientasi pada hal-hal duniawi saja bukan pemikiran yang selalu mengedepankan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena saya percaya masyrakat zaman sekarang ini jika tanya masalah dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi pasti semua sudah unggul. Karena memang masyarakat sekarang adalah masyrakat yang cerdas. Sayangnya kita kurang cerdas di bidang agama atau tentang kehidupan sesudah kehidupan dunia. Padahal jika kita memecahkan masalah yang santer saat ini, misalnya : korupsi, narkoba dan lain-lain hanya ada satu yang akan bertahan di atas semua undang-undang, tata tertib,  perda atau kepres sekalipun yakni islam. Islam sudah mengatur segala hal tentang kehidupan manusia. Dan islamlah aturan yang paling sempurna, jika undang-undang, perda, tata tertib dan kepres disususn oleh para pejabat atau orang-orang hebat, maka islam adalah aturan yang disusun oleh Allah, Dzat yang menciptakan orang-orang hebat tersebut. Saya meyakini hal ini, karena dari sejarah yang selama ini di ajarkan oleh guru saya, islam pernah menjadi agama yang paling hebat. Pemerintahan islam pernah menguasai hampir separuh bagian dunia. Bahkan pada saat itu orang-orang eropa masih jauh tertinggal di belakang kita. Inilah yang disebut “The Golden Age of Islam”. Di bidang iptek saat itu ada Aljabar yang aturannya kita pakai sampai saat ini, ada juga Ibnu Rusyd yang kemudian dikenal dengan Aviroes, ada Ibnu Sina yang kemudian dikenal dengan Avicena. Bukan hanya itu bahkan di masa Harun Al Rasyd hampir tak bisa ditemui orang-orang yang kekurangan. Dan semua ilmuwan difasilitasi dengan baik. Islam pada saat itu adalah hal yang paling berpengaruh dalam mencetak umat yang cerdas, tangguh dan juga memiliki akidah yang kuat. Tentu saja itu sangat berbeda dengan kenyataan yang kita temui di zaman ini, dimana sebagian besar umatnya hanya mengedepankan kehidupan dunia tanpa memedulikan urusan agama. Hingga yang terbentuk hanya sekumpulan generasi yang memang cerdas, tapi kecerdasan ini tidak di kemas dengan aturan-aturan islam. Sehingga dari kecerdasan yang bisa saya katakan liar tersebut munculah pemikiran-pemikiran manusia jahiliyah daripada disebut pemikiran manusia modern. Mengapa demikian? Sebutlah saja Miss World, mereka menganggap ajang ini merupakan salah satu cermin masyarakat madani, tetapi menurut pandangan pribadi saya ajang ini justru lebih mencerminkan adat dan budaya jahiliyah. Jika dulu orang jahiliyah mengubur anak perempuan mereka dan menganggap wanita itu tidak ada harganya, maka sekarang di ajang Miss World mereka menjatuhkan wanita dengan mengekspose wanita sejadi-jadinya di depan seluruh masyarakat dunia. Lalu, apakah yang seperti ini masih dianggap sebagai ajang pemilihan ratu sejagad yang mengedepankan 3B, saya rasa lebih tepat 1B, yaitu beauty.
            Dari pemikiran yang sudah saya sebutkan di atas,saya yakin sebagai manusia yang di bekali dengan pikiran kita pasti bisa membedakan yang baik dan yang benar. Jika kita memang benar-benar ingin mewujudkan masyarakat madani baik secara global maupun internasional, maka hanya ada satu aturan yang akan mampu mewujudkannya yakni islam. Saya mengatakan islam sebagai aturan bukan berarti kita harus mengkopas segala hal pada zaman rasul, sebagai contoh kita dilarang mengendarai sepeda motor, karena pada zaman rasul tidak sepeda motor, hanya ada unta dan kuda maka kita harus mengendarai kuda atau unta. Yang saya maksud islam sebagai aturan yang bisa mewujudkan masyarakat madani adalah ketika penduduk dunia ini terbuka dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tentunya masih di saring dengan pengetahuan islam. Atau bahkan masyarakat bisa mengembangkan iptek yang dilandaskan pada Al-Qur’an. Kita akan benar-benar menjadi masyarakat madani ketika nilai-nilai islam benar-benar mengakar di kehidupan ini. Karena islam itu kaffah.

0 komentar :

Posting Komentar