Karya : Erlian Hayati
Etoser 2013
Etoser 2013
Kita semua
tahu bagaimana dunia memandang islam, bagaimana cara pandang penduduk bumi
terhadap wanita-wanita berjilbab besar, apalagi yang bercadar. Bahkan semua
orang juga tahu seperti apa tanggapan yang akan muncul ketika tiba-tiba ada
gedung megah berlabel “J.W. Marriot”
atau apapun itu tiba-tiba meledak atau mungkin ketika pulau yang dielu-elukan
sebagai pulau dewata yang sangat memesona tiba-tiba berubah menjadi pulau yang
lebih layak disebut sebagai pulau yang hangus daripada disebut pulau dewata,
hanya akibat ada petasan super besar yang disulut di pulau tersebut. Tak usah
ditanya sekalipun mulut-mulut tak bertanggung jawab itu akan serempak
meneriakkan satu kata yang mereka anggap sebagai pelaku, satu kata yang mereka
anggap dalang utama dibalik semua kerusakan. Satu kat itu bukan orang, tempat,
ras, suku, negara, bangsa, planet, tata surya atau jagad raya sekalipun. Meski
satu kata ini bukan itu semua, tapi satu hal ini cukup untuk mengatur bukan
hanya satu orang, satu golongan, satu kelompok, satu ras, satu suku, satu
bangsa, satu negara bahkan dunia seisinya sekalipun hanya cangkupan kecil dari
seluruh hal-hal yang diatur di dalamnya. Dan inilah islam, islam bukan orang,
islam juga bukan undang-undang ataupun perda tapi islam lebih dari cukup untuk mengatur
dunia seisinya, karena islam adalah ketentuan dari sang pencipta dunia dan
isinya yakni Allah SWT. Tapi apa yang terjadi akhir-akhir ini? Islam di cap
sebagai agama teroris dan kejam. Padahal sebenarnya islam tidak seperti itu karena
islam adalah rahmatan lilalamin. Tapi kenapa ketika ada sekelompok orang yang
mengaku islam kemudian mereka melakukan hal-hal yang merugikan secara serta
merta dunia menunjuk islam sebagai tokoh utama dari teror tersebut. Katakanlah
jika memang pelakunya adalah umat islam, lalu apakah itu berarti islam adalah
pelakunya? Come on islam itu bukan mereka islam itu bukan sekelompok orang.
Memang benar jika mereka mengaku sebagai umat islam mereka adalah bagian dari
pemeluk islam. Tapi islam bukan hanya tentang mereka. Jadi, kita tidak patut
untuk menyalahkan islam karena islam (saya katakan sekali lagi) islam itu
rahmatan lilalamin, dan satu lagi, islam itu kaffah.
Mengapa
islam itu kaffah? Karena saya rasa islam adalah agama yang paling sempurna. Di
dalamnya ada segala hal yang dibutuhkan manusia untuk pedoman hidupnya. Ketika
sekolah sibuk menyusun tatib untuk menjadikan siswa-siswinya generasi yang
unggul di segala bidang, ketika KPK bingung untuk menciduk pejabat-pejabat yang
keluar dari jalurnya atau bahkan ketika seorang gubernur yang sibuk mengurusi
kemiskinan dan pengangguran yang semakin meningkat tiap harinya seperti deret
geometri. Seorang ilmuwan hebat tak akan bisa memecahkan masalah-masalah
tersebut hanya dengan perhitungan matematika bahkan menguraikan senyawa kimia.
Karena di sini, di kondisi ini yang kita butuhkan bukan pemikiran manusia yang
berorientasi pada hal-hal duniawi saja bukan pemikiran yang selalu
mengedepankan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena saya percaya masyrakat
zaman sekarang ini jika tanya masalah dunia, ilmu pengetahuan dan teknologi
pasti semua sudah unggul. Karena memang masyarakat sekarang adalah masyrakat
yang cerdas. Sayangnya kita kurang cerdas di bidang agama atau tentang
kehidupan sesudah kehidupan dunia. Padahal jika kita memecahkan masalah yang
santer saat ini, misalnya : korupsi, narkoba dan lain-lain hanya ada satu yang
akan bertahan di atas semua undang-undang, tata tertib, perda atau kepres sekalipun yakni islam.
Islam sudah mengatur segala hal tentang kehidupan manusia. Dan islamlah aturan
yang paling sempurna, jika undang-undang, perda, tata tertib dan kepres
disususn oleh para pejabat atau orang-orang hebat, maka islam adalah aturan
yang disusun oleh Allah, Dzat yang menciptakan orang-orang hebat tersebut. Saya
meyakini hal ini, karena dari sejarah yang selama ini di ajarkan oleh guru
saya, islam pernah menjadi agama yang paling hebat. Pemerintahan islam pernah
menguasai hampir separuh bagian dunia. Bahkan pada saat itu orang-orang eropa
masih jauh tertinggal di belakang kita. Inilah yang disebut “The Golden Age of
Islam”. Di bidang iptek saat itu ada Aljabar yang aturannya kita pakai sampai
saat ini, ada juga Ibnu Rusyd yang kemudian dikenal dengan Aviroes, ada Ibnu
Sina yang kemudian dikenal dengan Avicena. Bukan hanya itu bahkan di masa Harun
Al Rasyd hampir tak bisa ditemui orang-orang yang kekurangan. Dan semua ilmuwan
difasilitasi dengan baik. Islam pada saat itu adalah hal yang paling
berpengaruh dalam mencetak umat yang cerdas, tangguh dan juga memiliki akidah
yang kuat. Tentu saja itu sangat berbeda dengan kenyataan yang kita temui di
zaman ini, dimana sebagian besar umatnya hanya mengedepankan kehidupan dunia
tanpa memedulikan urusan agama. Hingga yang terbentuk hanya sekumpulan generasi
yang memang cerdas, tapi kecerdasan ini tidak di kemas dengan aturan-aturan
islam. Sehingga dari kecerdasan yang bisa saya katakan liar tersebut munculah
pemikiran-pemikiran manusia jahiliyah daripada disebut pemikiran manusia
modern. Mengapa demikian? Sebutlah saja Miss
World, mereka menganggap ajang ini merupakan salah satu cermin masyarakat
madani, tetapi menurut pandangan pribadi saya ajang ini justru lebih
mencerminkan adat dan budaya jahiliyah. Jika dulu orang jahiliyah mengubur anak
perempuan mereka dan menganggap wanita itu tidak ada harganya, maka sekarang di
ajang Miss World mereka menjatuhkan
wanita dengan mengekspose wanita sejadi-jadinya di depan seluruh masyarakat
dunia. Lalu, apakah yang seperti ini masih dianggap sebagai ajang pemilihan
ratu sejagad yang mengedepankan 3B, saya rasa lebih tepat 1B, yaitu beauty.
Dari
pemikiran yang sudah saya sebutkan di atas,saya yakin sebagai manusia yang di
bekali dengan pikiran kita pasti bisa membedakan yang baik dan yang benar. Jika
kita memang benar-benar ingin mewujudkan masyarakat madani baik secara global
maupun internasional, maka hanya ada satu aturan yang akan mampu mewujudkannya
yakni islam. Saya mengatakan islam sebagai aturan bukan berarti kita harus
mengkopas segala hal pada zaman rasul, sebagai contoh kita dilarang mengendarai
sepeda motor, karena pada zaman rasul tidak sepeda motor, hanya ada unta dan
kuda maka kita harus mengendarai kuda atau unta. Yang saya maksud islam sebagai
aturan yang bisa mewujudkan masyarakat madani adalah ketika penduduk dunia ini
terbuka dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
tentunya masih di saring dengan pengetahuan islam. Atau bahkan masyarakat bisa
mengembangkan iptek yang dilandaskan pada Al-Qur’an. Kita akan benar-benar
menjadi masyarakat madani ketika nilai-nilai islam benar-benar mengakar di
kehidupan ini. Karena islam itu kaffah.
0 komentar :
Posting Komentar