Minggu, 09 Maret 2014

Wisata Erupsi Kelud ?


E
nam hari lima malam aku berada di sana. Di tempat yang sedang ditempa musibah. Erupsi gunung kelud membuat banyak rumah di sekitar tempat ini luluh lantah. Banyak kisah dan kasih yang aku dapatkan selama berada di sana. Tak hanya itu saja, tentu banyak ilmu pula yang aku peroleh.

                Hari pertama, aku berkunjung ke rumah seorang warga yang rumahnya sedang dibedah oleh tim Disaster Management CenterDompet Dhuafa. Beliau adalah ibu Sumiati (36) warga Dusun Sukomoro Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Dia tinggal bersama suami (38) dan anaknya (12) di rumah yang sekarang kondisinya rata dengan tanah.
                Saat kejadian beliau langsung berlari ke pos pengungsian di Kecamatan Puncu. Beliau juga mengatakan bahwa ketika saat kejadian tidak hanya pasir saja yang menghujani desanya namun juga batu baik berukuran kecil ataupun yang agak besar. Batu-batu itulah yang membuat rumahnya luluh lantah. Sehari di pos pengungsian Kecamatan Puncu beliau diungsikan lagi di pos pengungsian Kecamatan Gadungan.

Saat kejadian beliau langsung berlari ke pos pengungsian di Kecamatan Puncu. Beliau juga mengatakan bahwa ketika saat kejadian tidak hanya pasir saja yang menghujani desanya namun juga batu baik berukuran kecil ataupun yang agak besar. Batu-batu itulah yang membuat rumahnya luluh lantah. Sehari di pos pengungsian Kecamatan Puncu beliau diungsikan lagi di pos pengungsian Kecamatan Gadungan.
                Tak hanya menengok rumah beliau, saya menengok pula rumah “si embah” dan melihat keadaan sungai yang pada hari sebelumnya terjadi banjir cukup besar yang suara alirannya terdengar sampai radius 100 meter dari sungai. Aku menuju ke sungai ditemani seorang warga. Aku bertanya banyak kepada beliau tentang kejadian hari H dan letusan kelud yang terjadi sebelumnya.
          Hari kedua, aku bergerak menuju ke Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Aku bekunjung ke Desa Pandansari yang merupakan desa singgahan mbah bendol yang konon dia adalah penemu desa tersebut.  Untuk menuju Dusun Klangon yang terisolir aku harus berjalan kaki karena mobil yang tidak membawa bahan logistik dan material tidak diperkenankan untuk memasuki area tersebut.
          Aku berputar-putar untuk sampai di dusun tersebut. Setelah sampai disana, aku mendapati sebuah jembatan penghubung dua dusun terputus. Aktivitas pendistribusian logistik bantuan dilakukan melalui flying fox dan jembatan bambu yang dibuat oleh warga dan aparat TNI. Aparat TNI juga membantu warga dalam membersihkan dan memperbaiki rumah warga.
          Tidak hanya aparatur TNI yang membantu warga di daerah tersebut, terdapat pula jamaah tabligh yang membantu warga di bidang dapur umum dengan beraktivitas memasakkan kebutuhan makan untuk warga Dusun Klangon Desa Pandansari Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang tersebut. Jamaah tersebut tinggal di Balai Dusun dan sekaligus dijadikan pula untuk Dapur Umum. Jamaah tersebut tentu bergerak tidak sendirian, mereka disponsori oleh lembaga sosial.
         
Aktivitas di hari kedua hanya assessment rumah dan sekolah serta tempat ibadah yang rusak. Aku menemui sekolah yang tergolong rusak parah yang terletak di Dusun Kedawun. SDN 4 Pandansari adalah sekolah yang aku maksudkan. Atap dari beberapa ruang kelas ambles hingga rata dengan bangku kelasnya. Ketika berada di sekolah itu aku langsung memburu kamar mandinya karena saking kebeletnya. Namun apa yang kudapat setelah menuju kamar mandinya, rasanya aku kepengen muntah. Bau pesing dan bau kotoran sangat busuk menyengat banget. Aku langsung keluar dan menuju ke rumah di depan sekolah tersebut.
          Di rumah depan sekolah itu kutemui seorang aparat TNI yang terlihat masih muda. Aku bertanya apakah di rumah tersebut ada toilet atau tidak. Dia bilang bahwa kalau air di dusun ini sangat terbatas. Aku menunda niatku untuk buang air kecil. Aku mengobrol basa-basi dengan beliau sampai beliau menceritakan kisah hidupnya yang unik. Beliau akan menikah dengan seorang gadis yang dulunya istri adiknya yang telah meninggal beberapa bulan yang lalu. Setelah asyik mengobrol aku berpamitan dengan beliau untuk pulang ke posko kami di Dusu Kemirahan Desa Damarwulan Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri.
          Hari ketiga, aku mengikuti tim DMC Dompet Dhufa yang akan melakukan Aksi Layanan Sehat (ALS) di Dusun Laharpang Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Aku berangkat dengan satu orang dari tim DMC DD, dua orang perawat relawan lepas dari Yogya, satu orang mahasiswa UI dan satu orang dokter muda dari kota kediri. Kami berangkat memakai mobil ambulance DD JOGJA yang dikendarai bapak dokter.

          Kami melakukan ALS di pelataran rumah warga setelah mendapat perizin dari kamituwo dusun setempat yaitu Bapak Sukmo. Kami melayani sekitar 40 warga yang memeriksakan kondisi kesehatannya paska pulang dari pengungsian. Setelah selesai ALS kami hendak mampir ke rumah ibu sumiati dan rumah si embah. Saat tiba di depan rumah ibu sumiati terjadi kejadian heroik oleh kami. Bermula dari seorang warga yang membonceng nenek-nenek untuk dibawa ke posko kesehatan yang aku pikir akan dibawa ke tempat kami tadi ALS. Segera dokter dan perawat memeriksa sementara aku hanya menunggu di mobil menunggu instruksi dari dokter untuk mengambil obat yang akan diperlukan. Aku bergegas mencari obat yang dimaksudkan dokter. Setelah memeriksa dan memberi obat nenek itu kami langsung membawanya kerumah dengan mobil ambulance ditemani oleh anaknya. Rumah beliau berjarak 2-3 km dari tempat kami mengadakan ALS. Ketika saya bertanya apakah tidak ada posko kesehatan di sekitar rumah ibu, beliau menjawab tidak. Sungguh ironi, padahal ketika melewati jalan sebelum sampai di rumah nenek itu aku melihat pos dari salah satu lembaga sosial.
          Setelah selesai membawa pulang nenek hingga menempatkan beliau pada kasurnya saya langsung berpamitan untuk kembali ke rumah si embah. Kami menemui si embah dan melihat kondisi rumah yang telah direnovasi oleh relawan DD. Selanjutnya kami bergegas pulang karena hari sudah hampir senja dan cuaca mendung pula.
Hari keempat, aku kembali mengikuti aktivitas di Dusun Klangon dengan tim DMC DD. Di hari ini kami akan merealisasikan setelah kami melakukan assessment pada dua hari sebelumnya. Kami merenovasi setidaknya 4 rumah dan akan membangun posko kami di situ. Tidak hanya sampai di situ saja, tim DMC DD berencana membuat cluster mandiri di dusun tersebut. Dan insyaallah akan membuat dusun tersebut menjadi green village. Apreasiasi warga terhadap kinerja tim DMC DD sangat baik. Tidak hanya warga saja, aparat TNI memberi acungan jempol atas kekompakkan dari kinerja tim DMC DD yang berniat menghijaukan dusun tersebut.
Hari kelima, kami telah berfokus untuk ke Dusun Klangon sesuai dengan hasil koordinasi yang dilakukan setiap malam setelah makan malam dan sholat isya’. Karena di Puncu dianggap tinggal finishing saja kami beralih fokus ke Dusun Klangon yang terisolir dan belum banyak bantuan secara SDM di sana. Di hari itu kita meneruskan perbaikan rumah dan pembangunan posko DMC DD dengan menurunkan setidaknya 50 relawan. 50 relawan tersebut dibagi menjadi di beberapa titik. 10 orang di Mushola Al-Falah yang ada di SD 2 Pandansari, lima orang membuat posko dan sisanya membantu memperbaiki rumah warga. Tidak hanya aktivitas itu saja, kami juga membagikan family kit kepada 5 KK dan satunya telah dibagikan untuk si embah di Puncu. Kami menemukan si embah baru di Dusun Klangon. Si embah yang rumahnya berada di ujung RT tersebut. Family kit yang diberikan  tersebut rencananya akan bertambah menjadi 100 unit keluarga dhuafa lainnya.
Hari keenam, ini adalah aku haari terakhir berpastisipasi di sini. Hari ini mungkin aksi besar-besaran bagiku. Bagaimana tidak besar-besaran, di hari ini kami bekerja sama dengan anak-anak pramuka dari Kecamatan Kandangan untuk pergi ke lokasi. Untuk aksi yang dilakukan pada hari itu aku tak begitu mengikuti karena aku telah balik ke asrama tercinta untuk mengikuti pembinaan.


Enam hari lima malam aku berada di sana. Banyak pelajaran yang aku peroleh. Banyak strategi partai politik yang aku lihat ketika relawan partai membantu warga dan memberikan bantuan. Banyak pula politik amal yang aku kutemui. Mengapa aku katakan demikian, karena mereka memberikan bantuan tidak lebih hanya untuk kebutuhan laporan dengan jalan mengambil foto dengan warga yang menerima bantuan dan sebuah bendera atau banner yang berada di belakang. Tidak hanya itu saja, korban bencana itu membutuhkan bantuan dalam jangka panjang bukan bantuan yang bersifat sementara atau jangka pendek.

Mungkin itu sedikit cerita yang bisa aku bagikan. Apabila banyak salah kata mohon dimaklumi namanya juga manusia.

Sebagian besar orang tak tahu bagaimana BERBAGI karena mereka tak pernah mengerti mengapa orang MEMBERI.


Thanks to :
1 2 3 4 5 6 7 8




More videos click at here
More photos click at here
Don't forget to add me in here, follow me in here and like my fan pages in here

0 komentar :

Posting Komentar