E
|
nam hari lima malam aku berada di
sana. Di tempat yang sedang ditempa musibah. Erupsi gunung kelud membuat banyak
rumah di sekitar tempat ini luluh lantah. Banyak kisah dan kasih yang aku
dapatkan selama berada di sana. Tak hanya itu saja, tentu banyak ilmu pula yang
aku peroleh.
Hari
pertama, aku berkunjung ke rumah seorang warga yang rumahnya sedang dibedah
oleh tim Disaster Management CenterDompet Dhuafa. Beliau adalah ibu Sumiati (36) warga Dusun Sukomoro Desa Puncu
Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Dia tinggal bersama suami (38) dan anaknya
(12) di rumah yang sekarang kondisinya rata dengan tanah.
Saat
kejadian beliau langsung berlari ke pos pengungsian di Kecamatan Puncu. Beliau juga
mengatakan bahwa ketika saat kejadian tidak hanya pasir saja yang menghujani
desanya namun juga batu baik berukuran kecil ataupun yang agak besar. Batu-batu
itulah yang membuat rumahnya luluh lantah. Sehari di pos pengungsian Kecamatan
Puncu beliau diungsikan lagi di pos pengungsian Kecamatan Gadungan.
Saat kejadian beliau langsung berlari ke pos
pengungsian di Kecamatan Puncu. Beliau juga mengatakan bahwa ketika saat
kejadian tidak hanya pasir saja yang menghujani desanya namun juga batu baik
berukuran kecil ataupun yang agak besar. Batu-batu itulah yang membuat rumahnya
luluh lantah. Sehari di pos pengungsian Kecamatan Puncu beliau diungsikan lagi
di pos pengungsian Kecamatan Gadungan.
Tak hanya menengok
rumah beliau, saya menengok pula rumah “si embah” dan melihat keadaan sungai
yang pada hari sebelumnya terjadi banjir cukup besar yang suara alirannya
terdengar sampai radius 100 meter dari sungai. Aku menuju ke sungai ditemani
seorang warga. Aku bertanya banyak kepada beliau tentang kejadian hari H dan
letusan kelud yang terjadi sebelumnya.
Hari
kedua, aku bergerak menuju ke Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Aku bekunjung
ke Desa Pandansari yang merupakan desa singgahan mbah bendol yang konon dia adalah
penemu desa tersebut. Untuk menuju Dusun
Klangon yang terisolir aku harus berjalan kaki karena mobil yang tidak membawa
bahan logistik dan material tidak diperkenankan untuk memasuki area tersebut.
Aku berputar-putar untuk
sampai di dusun tersebut. Setelah sampai disana, aku mendapati sebuah jembatan
penghubung dua dusun terputus. Aktivitas pendistribusian logistik bantuan
dilakukan melalui flying fox dan jembatan bambu yang dibuat oleh warga
dan aparat TNI. Aparat TNI juga membantu warga dalam membersihkan dan
memperbaiki rumah warga.
Tidak hanya aparatur TNI
yang membantu warga di daerah tersebut, terdapat pula jamaah tabligh yang
membantu warga di bidang dapur umum dengan beraktivitas memasakkan kebutuhan
makan untuk warga Dusun Klangon Desa Pandansari Kecamatan Ngantang Kabupaten
Malang tersebut. Jamaah tersebut tinggal di Balai Dusun dan sekaligus dijadikan
pula untuk Dapur Umum. Jamaah tersebut tentu bergerak tidak sendirian, mereka
disponsori oleh lembaga sosial.
Di rumah depan sekolah itu
kutemui seorang aparat TNI yang terlihat masih muda. Aku bertanya apakah di
rumah tersebut ada toilet atau tidak. Dia bilang bahwa kalau air di dusun ini
sangat terbatas. Aku menunda niatku untuk buang air kecil. Aku mengobrol basa-basi
dengan beliau sampai beliau menceritakan kisah hidupnya yang unik. Beliau akan
menikah dengan seorang gadis yang dulunya istri adiknya yang telah meninggal
beberapa bulan yang lalu. Setelah asyik mengobrol aku berpamitan dengan beliau
untuk pulang ke posko kami di Dusu Kemirahan Desa Damarwulan Kecamatan Kepung
Kabupaten Kediri.
Hari ketiga, aku mengikuti
tim DMC Dompet Dhufa yang akan melakukan Aksi Layanan Sehat (ALS) di Dusun
Laharpang Desa Puncu Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Aku berangkat dengan
satu orang dari tim DMC DD, dua orang perawat relawan lepas dari Yogya, satu
orang mahasiswa UI dan satu orang dokter muda dari kota kediri. Kami berangkat
memakai mobil ambulance DD JOGJA yang dikendarai bapak dokter.
Kami melakukan ALS di
pelataran rumah warga setelah mendapat perizin dari kamituwo dusun setempat
yaitu Bapak Sukmo. Kami melayani sekitar 40 warga yang memeriksakan kondisi
kesehatannya paska pulang dari pengungsian. Setelah selesai ALS kami hendak
mampir ke rumah ibu sumiati dan rumah si embah. Saat tiba di depan rumah ibu
sumiati terjadi kejadian heroik oleh kami. Bermula dari seorang warga yang
membonceng nenek-nenek untuk dibawa ke posko kesehatan yang aku pikir akan dibawa
ke tempat kami tadi ALS. Segera dokter dan perawat memeriksa sementara aku
hanya menunggu di mobil menunggu instruksi dari dokter untuk mengambil obat
yang akan diperlukan. Aku bergegas mencari obat yang dimaksudkan dokter. Setelah
memeriksa dan memberi obat nenek itu kami langsung membawanya kerumah dengan
mobil ambulance ditemani oleh anaknya. Rumah beliau berjarak 2-3 km dari tempat
kami mengadakan ALS. Ketika saya bertanya apakah tidak ada posko kesehatan di
sekitar rumah ibu, beliau menjawab tidak. Sungguh ironi, padahal ketika
melewati jalan sebelum sampai di rumah nenek itu aku melihat pos dari salah
satu lembaga sosial.
Setelah selesai membawa
pulang nenek hingga menempatkan beliau pada kasurnya saya langsung berpamitan
untuk kembali ke rumah si embah. Kami menemui si embah dan melihat kondisi
rumah yang telah direnovasi oleh relawan DD. Selanjutnya kami bergegas pulang
karena hari sudah hampir senja dan cuaca mendung pula.
Hari keempat, aku kembali mengikuti aktivitas di Dusun
Klangon dengan tim DMC DD. Di hari ini kami akan merealisasikan setelah kami
melakukan assessment pada dua hari sebelumnya. Kami merenovasi setidaknya 4
rumah dan akan membangun posko kami di situ. Tidak hanya sampai di situ saja,
tim DMC DD berencana membuat cluster mandiri di dusun tersebut. Dan insyaallah
akan membuat dusun tersebut menjadi green village. Apreasiasi warga
terhadap kinerja tim DMC DD sangat baik. Tidak hanya warga saja, aparat TNI
memberi acungan jempol atas kekompakkan dari kinerja tim DMC DD yang berniat
menghijaukan dusun tersebut.
Hari kelima, kami telah berfokus untuk ke Dusun
Klangon sesuai dengan hasil koordinasi yang dilakukan setiap malam setelah
makan malam dan sholat isya’. Karena di Puncu dianggap tinggal finishing
saja kami beralih fokus ke Dusun Klangon yang terisolir dan belum banyak
bantuan secara SDM di sana. Di hari itu kita meneruskan perbaikan rumah dan
pembangunan posko DMC DD dengan menurunkan setidaknya 50 relawan. 50 relawan
tersebut dibagi menjadi di beberapa titik. 10 orang di Mushola Al-Falah yang
ada di SD 2 Pandansari, lima orang membuat posko dan sisanya membantu
memperbaiki rumah warga. Tidak hanya aktivitas itu saja, kami juga membagikan family
kit kepada 5 KK dan satunya telah dibagikan untuk si embah di Puncu. Kami menemukan
si embah baru di Dusun Klangon. Si embah yang rumahnya berada di ujung RT
tersebut. Family kit yang diberikan tersebut rencananya akan bertambah menjadi
100 unit keluarga dhuafa lainnya.
Hari keenam, ini adalah aku haari terakhir
berpastisipasi di sini. Hari ini mungkin aksi besar-besaran bagiku. Bagaimana
tidak besar-besaran, di hari ini kami bekerja sama dengan anak-anak pramuka
dari Kecamatan Kandangan untuk pergi ke lokasi. Untuk aksi yang dilakukan pada
hari itu aku tak begitu mengikuti karena aku telah balik ke asrama tercinta
untuk mengikuti pembinaan.
Enam hari lima malam aku berada di sana. Banyak pelajaran
yang aku peroleh. Banyak strategi partai politik yang aku lihat ketika relawan
partai membantu warga dan memberikan bantuan. Banyak pula politik amal yang aku
kutemui. Mengapa aku katakan demikian, karena mereka memberikan bantuan tidak
lebih hanya untuk kebutuhan laporan dengan jalan mengambil foto dengan warga
yang menerima bantuan dan sebuah bendera atau banner yang berada di belakang. Tidak
hanya itu saja, korban bencana itu membutuhkan bantuan dalam jangka panjang
bukan bantuan yang bersifat sementara atau jangka pendek.
Mungkin itu sedikit cerita yang bisa aku bagikan. Apabila
banyak salah kata mohon dimaklumi namanya juga manusia.
“Sebagian besar orang tak tahu bagaimana BERBAGI karena mereka tak pernah mengerti mengapa orang MEMBERI.”
More videos click at here
More photos click at here
Don't forget to add me in here, follow me in here and like my fan pages in here
0 komentar :
Posting Komentar