SEMANGAT ITU MASIH ADA SAMPAI UJUNG SENJA

Tetaplah berjuang sampai ujung senja. Jadikanlah batas kesabaran itu hingga Allah ridho pada diri. Semangatlah apa pun yang terjadi karena hakikatnya meskipun diri tak mau semangat, sesuatu apa pun itu akan tetap terjadi jua.

Sebaik-baiknya teman adalah yang menunjukkan kepada kebaikan.

Teman merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan ini. Tanpa kehadiran teman kita bukanlah apa-apa, dan bukan siapa-siapa. Dalam cakupan yang luas, teman juga bisa diartikan sebagai orang yang menemani kebersamaan dan membantu kita, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Mendapatkan Ketenangan Hati Dalam Menghadapi Masalah Hidup

Setiap manusia tidak ada yang tidak mempunyai masalah hidup, terlepas dari segala aspek status maupun derajatnya. Terkadang masalah tersebut bisa membuat kita menjadi stres atau bahkan akhirnya menjadi sakit, namun jika kita pandai untuk mengelolanya dengan baik masalah tersebut justru bisa menjadi sesuatu pelajaran yang sangat berguna untuk kita.

Rasa gembira merupakan kesan positif kejiwaan yang muncul di berbagai keadaan.

Menghapus rasa duka dan menciptakan keceriaan merupkan hal yang cukup baik untuk diri sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Karena rasa duka dan ceria tidak hanya terbatas pada pribadi manusia. Keceriaan dan kesedihan seorang manusia boleh berpengaruh juga terhadap orang lain. Oleh kerana itu, kesedihan ataupun keceriaan seseroang berpengaruh juga bagi orang lain di sekitarnya.

Atasi rasa lelah

Jangan kalah sama rasa lelah. Ketika kita terjangkiti rasa lelah, hanya ada dua pilihan, berhenti atau meneruskan. Tapi ketahuilah, bahwa berhenti karena lelah itu adalah simbol dari kekalahan, menyerah dan putus asa, yang merupakan bagian dari kekufuran.

Kamis, 24 April 2014

Kepergianku

[(masih) Bukan Tulisan Ilmiah]

            Keberangkatanku ke kota yang belum pernah aku jamah sebelumnya tentu berkesan sekali. Bisa dibilang mengesankan dan memalukan, sebab aku merasa orang yang bodoh akan seluk-beluk kota ini. Akupun juga tak terlalu mempersiapkan diri ini untuk beradaptasi dengan logatnya yang terasa asing di telinga ini. Tanpa takut jadi apa ke depannya, aku beranikan diri saja berangkat sendirian ke sana.
            Bebarengan dengan adzan dhuhur, aku tiba di stasiun tempat pemberangkatanku. Aku berlagak bodoh kepada satpam dengan bertanya ke satpam terkait lokasi penukaran tiket online. Aku memang sudah mengetahuinya tapi aku hanya mengadakan sebuah kontak sosial dengan civitas society lainnya yang bisa menambah berkah. Aku berterima kasih padanya dan memulai petualanganku kali ini.
          
  Nggak ada angin nggak ada hujan, semua penumpang berdesak-desakan memperebutkan giliran. Kenapa ini semua masih bisa terjadi Tuhan? Padahal jelas terpampang dengan font 36 bahkan 72 tertulis “HARAP ANTRI”. Sungguh ironis sekali budaya negeri ini. Aku pun hanya mengalah karena aku masih bisa membacanya. Aku berpikiran positif mungkin mereka tidak bisa berbahasa Indonesia. Jadi teringat sebuah iklan deh.
            Penukaran tiket giliranku telah usai. Aku langsung bergegas memasuki peron dengan melewati pengecekan dulu tentunya. Aku mencari tempat dudukku setelah itu. Aku langsung duduk saja saat bertemu bangku paling depan di tiket tertulis 1A tanpa melihat kelas gerbongnya. Ketika seseorang lain datang aku masih nyantai dengan kesalahan yang memalukan ini. Kami ngobrol berpuluh-puluh menit hingga tiba saat pemeriksaan tiket. Aku terpaksa terdepak dari bangku nyaman kelas bisnis menuju bangku sesak kelas ekonomi. Ah sudahlah.
            Saat berada di gerbong yang seharusnya aku tempati pun, aku merasa aneh. Aku bertemu dengan dua orang berseragam tentara yang memang aku benci dan satu orang memakai celana pendek 3/4 dan berkaca mata hitam laksana Ian Kasela. Dari awal hingga akhir perjalanan pun kami tidak sempat berkenalan nama. Kami hanya berkenalan profesi dan asal saja. Apakah jaman sekarang itu lebih mengutamakan untuk mengenal profesi dan asal daerah saja? Dan ketika berjumpa di tempat yang berbeda kita saling panggil dengan gelar profesi kita. Kalau mereka secara profesi terpandang ya tentu senang dengan itikad seperti ini, tapi bagi mereka yang berprofesi hanya sebagai buruh atau maaf kalau sebagai maling? Apakah itu tidak sebuah diskriminasi terhadap suatu kaum yang termarginalkan. Ah sudahlah. Negeri ini kaya akan kebudayaan.
            Hal itu sudah teramat nyaman dengan kami sekarang. Di sepanjang perjalanan kami hanya bertukar bekal makanan laksana anak SD sedang memperingati hari besar. Di sela melatih ketajaman gigi dan kekuatan mulut untuk mengunyah kami saling berbagi cerita. Mulai dari seorang TNI yang berasal dari mojoker**, dia bercerita kalau dia dulunya adalah preman kampung. Dengan rasa keberanian kepremanannya dia mendaftarkan dirinya menjadi anggota TNI dan langsung diterima. Dia bercerita kalau sensasi pergi ke daerah angker ataupun hutan belantara dengan menggunakan seragam loreng berbeda jika tanpa menggunakan seragam loreng. Entah apa yang menyebabkan demikian. Aku pun jika masih mikir di mana rasionalisasi secara ilmiahnya.
            Satu orang TNI yang lain tak banyak bercerita, dia hanya mengeluh tentang kelaparannya dan mahalnya nasi goreng di kereta api ini. Tiba-tiba pria berkacamata itu nyeletuk, dia memperkenalkan bahwa dia adalah sopir truck trailer dari perusahaan asing (sebut saja petro***). Dia kemudian memandang tajam wajah kedua anggota TNI dan memulai kisahnya. Dia memohon maaf karena kisahnya bisa menyindir institusi si loreng itu.
            Dia bercerita bahwa dia pernah memergoki istrinya di bawa ke sebuah losmen oleh anggota TNI (armed) di daerah Batu. Awal perkara ketika sang istri yang ditinggal olehnya ke luar kota untuk mengais rezeki itu. Sang istri mengaku hanya diajak untuk menghadiri acara pernikahan salah satu teman anggota TNI tersebut. Namun naas saat pulang dari lokasi resepsi hasrat dan nafsu TNI bengal itu muncul untuk mengajak wanita itu ke losmen.
            Memang Allah itu Maha Berkehendak. Entah ada angin apa kejadian itu berlangsung ketika pria itu hendak pulang kampung. Sang anak yang merasa ada yang ganjil dengan keadaan ini menelpon bapaknya yang kebetulan perjalanan pulang itu. Sang anak melapor kalau ibunya dari siang belum pulang dari acara pernikahan tersebut. Sungguh bukan kebetulan lagi, sang pria yang dengan mata kepalanya sendiri melihat istrinya dibonceng dengan pria lain berseragam loreng yang mengendari motor ninja RR itu. Awalnya dia masih menduga bahwa dia salah melihat. Ketika truck yang dia kendarai sudah mendekati mereka dia sangat tersentak dengan kejadian itu. Dia memutuskan untuk mengikuti terus dan berhenti di pos ojek untuk mengejar mereka.
            Sampailah mereka ke sebuah losmen. Sang suami yang tak gegabah menunggu hingga beberapa menit. Memang itu yang diajarkan bapaknya yang seorang pahlawan seroja. Lima belas menit berlalu, dia memberanikan diri untuk mendobrak pintu kamar losmen tersebut. Memang sesuai apa yang dikira, dia mendapati keduanya sedang khusyu’ dalam hubungan intim yang dilaknat Allah ini. Si pria itu malah memarahi sang suami. Karena merasa dalam posisi benar dia memberanikan diri untuk melawannya. Sang istri yang tak ingin ada keributan yang menyebabkan keduanya malu akhirnya memisahkan keduanya dan langsung mengaku kalau pria yang mendobrak itu adalah suaminya bukan petugas losmen yang iseng ngintipin orang begaul.
            Sang suami yang sakit hatinya melihat kejadian ini, langsung mengabari keluarganya dan keluarga sang istri. Di malam itu pun semua berkumpul untuk merundingkan masalah ini. Namun apa daya, kisah percintaan kedua insan yang dianugerahi dua anak ini harus berakhir dengan status perceraian malam itu juga lewat talak yang diucapkan oleh sang suami. Perundingan itupun dihadiri si hidung belang, dia memberanikan diri untuk menyeletuk kepada kucing garong itu. Dia mengatakan kalau sebenarnya dia tidak takut dengannya, dia hanya takut dengan seragam yang dia pakai. Sang istri yang tak ingin semua panas meredakannya dan memerintahkan untuk tidak melaporkan kejadian ini kelembaga si kucing garong itu agar tidak di phk.
            Aku yang mendengar cerita itu tersentuh dan terenyuh untuk meneteskan air mata ini. Dan tak tahan pula tangan ini untuk menjabat tangannya untuk mendoakan agar diberikan sabar dan ketabahan ini. Ya itulah kehidupan, bila ada kesempatan langsung saja diembat tanpa mikir akibat. Ya memang kadang orang berfikir demikian “kucing endi seng gak gelem lak diwehi pindang” atau “kucing mana yang gak mau, kalau dikasih ikan pindang”.

Selasa, 22 April 2014

DO'A & DZIKIR MEMASUKI BULAN RAJAB

"Allahummaa bariklanaa fii rajaba wa sya'ban wa balighna ramadhan"
(Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab, Sya'ban serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan)
Terdapat riwayat dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, belliau menceritakan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ، قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ»
“Dulu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki bulan Rajab, beliau berdoa: Allahumma baarik lanaa  fii Rajabin wa sya’baana… 
Do'a dan Dzikir yang baik untuk dibaca :
Robbighfirlii warhamnii watub 'alayya 

رب اغفرلي وارحمني وتب علي

Artinya : Ya Tuhanku, ampunilah dosaku, dan berilah rahmat kepadaku dan terimalah tobatku.
 dibaca sehabis subuh dan maghrib selama bulan Rajab. 70x rutin stiap ba'da isya' pd mlm bulan Rajab, maka kulitnya tidak akan tersentuh Api Neraka.
- Istghfar, dibaca 70x:

رب اغفرلي وارحمني وتب علي

" Robbighfirlii Warhamnii Wa Tub 'Alayya "

- Tasbih :
* Mulai Tanggal 1 - 10 Rojab, membaca 100x/Hari:

سبحان الحي القيوم

" Subhanal Hayyil Qoyyum "

* Mulai Tanggal 10 - 20 Rojab, membaca 100x/Hari:

سبحان الله الاحدالصمد

" SubhanaAllohil Ahadish Shomad "


* Mulai Tanggal 20 - 30 Rojab, membaca 100x/Hari:

سبحان الله الرئوف

" SubhanaAllohir Ro'uf "

Barang siapa membaca : AHMADU RASUULULLAH MUHAMMADUR RASUULULLAH 35X, Dibaca pada saat khutbah di hari Jum’at Akhir bulan Rojab, maka dimudahkan rizqinya dan dicukupi segala kebutuhanya (Qaul Ulama’).

Doa-Doa Pilihan di Bulan Rajab

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَب وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا شَهْرَ رَمَضَانَ، واَعِنَّا عَلَى الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَحِفْظِ اللِّسَانِ وَغَضِّ الْبَصَرِ، وَلاَ تَجْعَلْ حَظَّنَا مِنْهُ الْجُوعَ وَالْعَطَشَ
Allâhumma bârik lanâ fî rajab wa sya`bân, wa ballighnâ syahra ramadhân, wa a`inna `alash shiyâmi wal-qiyâmi wa hifzhil lisân wa ghadhdhil basher, walâ taj’al hazhzhanâ minhul jû`a wal-`athasy.
Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan. Bantulah kami untuk melaksanakan puasa, melakukan shalat malam, menjaga lisan dan memelihara pandangan; dan jangan jadikan puasa kami hanya sekedar lapar dan dahaga.
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللّهُمَّ اِنّي اَساَلُكَ بِاَنَّكَ مَلِكٌ، واَنَّكَ عَلى كُلِّ شَيْيء مُقْتَدِرٌ، وَاَنَّكَ ما تَشاءُ مِنْ أَمْر يَكُونُ، اَللّهُمَّ اِنّي اَتَوجَّهُ اِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّد نَبِيِّ الرَّحْمَةِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ، يا مُحَمَّدُ يا رَسُولَ اللهِ، اِنّي اَتَوجَّهُ بِكَ اِلَى اللهِ رَبِّكَ وَرَبِّي لِيُنْجِحَ لي بِكَ طَلِبَتي، اَللّهُمَّ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّد وَالاَْئِمَّةِ مِنْ اَهْلِ بَيْتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَيْهِمْ اَنْجِحْ طَلِبَتي
Allâhumma innî as-aluka bi-annaka malikun, wa annaka ‘alâ kulli syay-in muqtadir, wa annaka mâ tasyâu min kulli amrin yakûn. Allâhumma innî atawajjahu ilayka binabiyyika Muhammadin nabiyyir rahmah shallallâhu ‘alayhi wa âlihi. Yâ Muhammadu yâ Rasûlallâh, innî atawajjahu bika ilallâhi Rabbika wa Rabbî liyunjihalî bika thalibatî. Allâhumma binabiyyika Muhammadin wal-aimmati mn ahli baytihi shallallâhu ‘alayhi wa ‘alayhim anjih thalibatî.
Ya Allah, aku memohon pada-Mu karena Engkau adalah  Penguasa, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan apa yang Kau kehendaki pasti terjadi. Ya Allah, aku menghadap kepada-Mu dengan Nabi-Mu Muhammad saw Nabi penebar kasih sayang. Ya Muhammad ya Rasulullah, aku menghadap denganmu kepada Allah, Tuhanmu dan Tuhanku, agar aku dapat mencapai harapanku. Ya Allah, dengan Nabi-Mu Muhammad dan para Imam dari ahlu baitnya (semoga shalawat tercurahkan padanya dan pada mereka), perkenankan harapanku.
(Sesudah membaca doa ini sampaikan hajat Anda)
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللّهُمَّ اِنّي اَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَديلَةِ عِنْدَ الْمَوْتِ، وَمِنْ شَرِّ الْمَرْجِعِ فِي الْقُبُورِ، وَمِنَ النَّدامَةِ يَوْمَ الاْزِفَةِ، فَاَسْاَلُكَ اَنْ تُصَلِّيَ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد، واَنْ تَجْعَلَ عَيْشي عَيْشَةً نَقِيَّةً وَميتَتي ميتَةً سَوِيَّةً، وَمُنْقَلَبي مُنْقَلَباً كَريماً، غَيْرَ مُخْز وَلا فاضِح
Allâhumma innî a’ûdzu bika minal ‘adîlati ‘indal mawt, wa min syarril marji’I fil qubûr, wa minan nadâmati yawmal âzifah. Fa as-aluka an tushalliya ‘alâ Muhammadin wa âli Muhammad, wa an taj’ala ‘aysyî ‘aysyatan naqiyyah wa maytatî maytatan sawiyyah, wa munqalabî munqalaban karîmâ, ghayra mukhzin wa lâ fâdhih.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari bujukan setan pada kebatilan saat sakratul maut, keburukan kediamanku  di alam kubur, dan penyesalan pada hari kiamat. Aku memohon pada-Mu agar Kau sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan Kau jadikan penghidupanku penghidupan yang suci, kematianku kematian yang mulia, tempat kembaliku tempat kembali yang mulia, bukan yang hina dan memalukan.
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِهِ الاَْئِمَّةَ، يَنابيعِ الْحِكْمَةِ وَاُولِى النِّعْمَةِ وَمَعادِنِ الْعِصْمَةِ، وَاْعصِمْني بِهِمْ مِنْ كُلِّ سُوء، وَلا تَأخُذْني عَلى غِرَّة، وَلا عَلى غَفْلَة، وَلا تَجْعَلْ عَواقِبَ اَعْمالي حَسْرةً، وَارْضَ عَنّي فَاِنَّ مَغْفِرَتَكَ لِلظّالِمينَ، وَاَنَا مِنَ الظّالِمينَ
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihil aimmah, yanâbi’ul hikmah wa ulin ni’mah, wa ma’âdinil ‘ishmah. Wa’shimnî bihim min kulli sûin, wa lâ ta’khudnî ‘alâ ghirrah wa lâ ‘alâ ghaflah, wa lâ taj’al ‘awâqibi a’mâlî hasrah, wardha ‘annî fainna maghfirataka lizh-zhâlimîn, wa ana minazh zhâlimîn.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan para Imam dari keluarganya. Merekalah sumber hikmah,  pemilik kenikmatan dan tonggak keterjagaan dari kesalahan dan dosa. Dengan mereka jagalah aku dari semua keburukan, jangan siksa daku karena kelaiaan dan kealpaan, jangan jadikan akhir semua amalku kerugian, dan  ridhai aku. Karena sesungguhnya ampunan-Mu untuk orang-orang yang berbuat zalim, dan aku tergolong pada orang-orang yang berbuat zalim.
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لي ما لا يَضُرُّكَ، واَعْطِني ما لا يَنْقُصُكَ، فَاِنَّكَ الْوسيعُ رَحْمَتُهُ، الْبدَيعُ حِكْمَتُهُ، وَاَعْطِني السَّعَةَ وَالدِّعَةَ، والاَْمْنَ وَالصِّحَّةَ، وَالْبُخُوعَ وَالْقُنُوعَ، وَالشُّكْرَ وَالْمُعافاةَ، والتَّقْوى وَالصَّبْرَ، وَالصِّدْقَ عَلَيْكَ وَعَلى اَوْلِيائِكَ، وَالْيُسْرَ وَالشُّكْرَ، وَاَعْمِمْ بِذلِكَ يا رَبِّ اَهْلي وَوَلَدي وَاِخْواني فيكَ وَمَنْ اَحْبَبْتُ وَاَحَبَّني، وَوَلَدْتُ وَوَلَدَني مِنَ الْمُسْلِمينَ وَالْمُؤْمِنينَ يا رَبَّ الْعالَمينَ
Allâhummaghfirlî mâ lâ yadhurruka, wa’thinî mâ lâ yanqushuka, fainnakal wasî’u rahmatuhu, al-badî’u hikmatuhu. Wa a’thinis sa’ata wad-di’ata, wash-shidqa wash-shihhah, wal-bukhû’a wal-qunû’, wasy-syuka wal-mu’âfâh, wat-tawâ wash-shabra, wash-shidqa ‘alayka wa ‘alâ awliyâika, wal-yusra wasy-syukra. Wa a’mim idzâlia yâ Rabbî ahlî wa waladî wa ikhwânî fîka wa man ahbabtu wa ahabbanî, wa waladtu wa waladanî minal muslimîna wal-mu’minîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
Ya Allah, ampuni salah dan dosaku yang tak akan membahayakan-Mu, berikan  padaku karunia yang tak akan  mengurangi rahmat-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Luas rahmat-Nya, Maha Indah hikmah-Nya. Karuniakan padaku  keluasan rizki dan kedamaian, keamanan dan kesehatan, kepuasan hati dan qana’ah, rasa terima kasih dan keselamatan, takwa dan kesabaran, kejujuran pada-Mu dan para kekasih-Mu, kemudahan dan rasa syukur. Ya Rabbi, berikan juga semua itu pada keluargaku, anak-anakku, saudara-saudaraku yang seiman, orang yang kucintai dan yang mencintaiku, keturunanku dan orang tuaku yang muslim dan mukmin, ya Rabbal `alamin.
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
اَللّهُمَّ اِنّي اَساَلُكَ صَبْرَ الشّاكِرينَ لَكَ، وَعَمَلَ الْخائِفينَ مِنْك، وَيَقينَ الْعابِدينَ لَكَ، اَللّهُمَّ اَنْتَ الْعَلِيُّ الْعَظيمُ، وَاَنَا عَبْدُكَ الْبائِسُ الْفَقيرُ، اَنْتَ الْغَنِيُّ الْحَميدُ، وَاَنَا الْعَبْدُ الذَّليل، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِهِ وَاْمْنُنْ بِغِناكَ عَلى فَقْري، وَبِحِلْمِكَ عَلى جَهْلي، وَبِقُوَّتِكَ عَلى ضَعْفي، يا قَوِيُّ يا عَزيزُ، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِهِ الاْوصياءِ الْمَرْضِيِّينَ، وَاكْفِني ما اَهَمَّني مِنْ اَمْرِ الدُّنْيا وَالاخِرَةِ يا اَرْحَمَ الرّاحِمينَ
Allâhumma innî as-aluka shabrasy syâkirîn laka, wa ‘amalal khâifina minka, wa yaqînal ‘abidîna laka. Allâhumma Antal ‘Aliyyul ‘Azhîmu, wa ana ‘abdukal bâisul faqîr. Antal ghaniyyul Hamîd, wa anal ‘abdudz dzalîl. Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihi wamnun bighinâka ‘alâ faqrî, wa bihilmika ‘alâ jahlî, wa biquwwatika ‘alâ dha’fi, yâ Qawiyyu yâ ‘Azîzu. Allâhumma shalli ‘alâ Muhammadin wa âlihil awshiyâil mardhiyyîna, wakfinî ma ahammanî min amrid dun-yâ wal-âkhirah yâ Arhamar râhimîn.
Ya Allah, aku memohon kesabaran orang-orang yang bersyukur pada-Mu,
amal orang-orang takut pada-Mu,
keyakinan orang-orang yang beribadah pada-Mu.
Ya Allah, Engkau Maha Mulia dan Maha Agung,
sedangkan aku adalah hamba-Mu yang sengsara dan fakir.
Engkau Maha kaya dan Maha Terpuji, sedangkan aku adalah hamba-Mu yang hina.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya,
karunikan kekayaan-Mu pada kefakiranku, santun-Mu pada kejahilanku, kekuatan-Mu pada kelemahanku wahai Yang Maha Kuat dan Maha Mulia.
Ya Allah, sampaikan kepada Muhammad dan keluarganya para washi yang diridhai,
cukupi apa yang kuinginkan dalam urusan dunia dan akhirat wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi.
(Mafatihul Jinan, bab2, tetang bulan Rajab)

Jumat, 11 April 2014

Kepulangannya

[(masih) bukan] Tulisan Ilmiah
Dengan berbekal uang 37 ribu yang diperoleh dari temannya, dia nekat pulang kampung tanpa peduli harga tiket kendaraan umum yang tengah beroperasi. Tepat pukul tujuh pagi seiring waktu dhuha bersambut, dia berangkat dari kandangnya di ranah perantauannya. Langkah tegap mengiringi dirinya menuju tempat pemberhentian angkot. Sepuluh sasmpai dua puluh meter dia berjalan dengan tegapnya, namun setelahnya dia kembali letoy dan semakin sempoyongan bak orang mabuk. Namun dia bukanlah pemabuk pada umumnya. Dia hanyalah pemabuk cinta dan kasih sayang Tuhannya.
Tak lama setelah kesempoyongannya langkah dia terhenti karena angkot yang dia nanti telah telah tiba sebelum dia sampai ke halte. Dan bersegeralah dia masuk ke dalam angkot agar dapat bergegas ke terminal. Sesampai di terminal dia menjadi bingung karena keramaian di saat suasana hatinya sedang sepi. Keramaian yang diperbuat oleh sopir bus yang asyik memanaskan mesin bus, kenek dan kondektur yang berlarian mencari penumpang termasuk dirinya, pedagang asongan yang menjajakan dagangannya, pengamen yang sedang mengatur nada gitar dan polisi yang mengatur lalu lintas yang telah diamanahkan oleh negara untuknya yang kadang disiakan.
Ditariklah dia oleh kenek tadi. Sehabis itu diapun duduk walau wajah kesepiannya masih tampak jelas terlihat. Pengamen yang menyanyikan lagu syahdu nan sedu pun tak digubris olehnya yang masih menghayati kesepiannya dengan memandang ke arah yang tak tentu. Memang tak sulit untuk membaca pikirannya, karena keluguan wajahnya membuat orang tak canggung untuk mengobrol dengannya hingga mudahlah membaca isi hati dan pikirannya.
Bus pun berjalan namun hatinya belum juga beranjak dari kesepiannya. Pengamen juga telah usai mendendangkan beberapa lagu. Entah apa yang dipikirkan olehnya hingga dia semakin sulit untuk beranjak dari kesepian yang terus menginjak. Memang mimik wajahnya mudah untuk ditebak, tapi isi di dalam hatinya sulit terbaca oleh psikolog sekaliber apapun itu. Selepas pengamen itu tak ada lagi yang bisa mengubah mimik wajahnya dari kesepian.  Pedagang asongan yang berlalu lalang pun tercampakkan olehnya.
Beberapa terminal telah dilalui bus yang dia tumpangi. Namun kondisi psikisnya masih seperti halnya demikian. Aktivitasnya yang hanya memasang tatapan ke luar jendela. Dia hanya melihat pemandangan alam hadiah dari Sang Maha Kaya dan mulai tertidur. Lantas apa yang sebenarnya yang ada dalam benak dirinya.
Empat jam sudah dia tempuh dalam perjalanan dan masih saja dia dalam kondisi yang sama. Penumpang lain yang dari tadi bersamaan dengannya semakin menaruh rasa penasaran dengan sikapnya. Rasa penasaran itu tidak berani diungkapkan karena mereka pun tak kuasa untuk bertanya kepadanya yang semakin menikmati suasana demikian. Satu terminal lagi dia akan sampai pada tempat yang dia tuju dan dia masih saja berlagak seperti orang gila dengan wajah yang tak tentu.
Kini dia telah tiba di terminal kota yang dia tuju, wajahnya masih menyimpan rasa penasaran bagi orang lain. Saat dia turun dari bus, dia berpapasan dengan seorang penjaja minyak wangi arab berjubah hijau. Si penjual menaiki bus namun tetap mengawasi pergerakkannya yang terlihat tak biasa. Tak selang berapa lama sang penjual turun dari bus dan bergegas mencarinya yang memang membuat orang penasaran. Sang penjual pun menemukannya di tempat Yu Gemi si penjual kopi.
Dia tengah mengisap sebatang rokok kretek. Entah apa yang sedang dipikirkannya hingga dia melakukan hal demikian. Dia lumuri rokoknya dengan kopi yang masih panas itu. Terasa dibuat penasaran oleh kelakuannya, si penjual pun mendekatinya. Sewajarnya orang baru kali pertama bertemu, si penjual menanyakan nama, asal, dan basa-basi ala Indonesia punya. Dia tengah sibuk dengan rokoknya hingga menjawab pertanyaan itu pun susah dan hanya dia dengan nada datar.
Si penjual mulai kesal dengan gelagat dan jawabannya. Tanpa berbasa-basi lagi, si penjual bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Dia merasa aneh dengan pertanyaan itu. Semenjak awal keberangkatannya tak ada satu pun orang berupaya mengajaknya untuk berkontak sosial. Malah si penjual yang baru saja ketemu tak lebih dari 10 menit setelah berpapasan tadi lah yang peka dengan kondisinya.
Dia merasa tersanjung atas kepekaasi penjual. Dia pun mulai tak canggung mengungkapkan tentang apa yang sedang dia rasakan sebenarnya. Dia menceritakan bahwa kepulangannya kali ini untuk menemui ustadnya yang telah lama tak pernah ia sambangi sejak dia masuk kuliah. Dia juga menceritakan bahwa maksud kunjungan ke ustadnya adalah untuk meminta pendapat dari beliau akan benih cinta yang muncul dalam hatinya. Dia menceritakan bahwa dia kini tengah dibuat mabuk kepayang oleh seorang mahasiswi fakultas kedokteran.
Dia mengatakan kalau kunjungan tidak lebih dari hal itu saja, namun kunjungan untuk merapatkan ikatan silaturahim yang renggang. Dia juga mengatakan bila bertanya lewat sms ataupun telepon pun terkadang sulit untuk diterjemahkan jawaban dari sang ustad. Ustadnya memang akan memberikan bahasa yang lebih mudah dipahami bila santrinya mau datang langsung menemuinya.
Dia menceritakan ke si penjual tentang ciri fisik dan psikis ustadnya. Dia hanya bercerita sebatas itu saja dan tak mau berbagi cerita terkait ciri wanita yang membuatnya jatuh hati. Dia hanya bercerita bahwa wanita itu selalu hadir dalam doa dan mimpinya. Di dalam doanya dia memohon untuk didekatkan apabila mereka memang berjodoh dan meminta untuk mewajarkan perasaannya bila dia belum jodohnya. Dia juga menceritakan bahwa dia rindu pada nasi goreng dan kopi buatan ibunya yang setiap pagi selalu ada dalam meja makan rumahnya. Dia rindu segala masakan ibunya yang dimasak secara spesial tatkala dia pulang kampung.

Satu batang rokok telah ia isap dengan nikmat. Menyadari hal itu, ia segera menghabiskan kopinya yang mulai mendingin pula. Nampak jam sudah mulai siang dan ia bergegas meneruskan perjalanan menuju rumahnya. Tak lupa ia membayar dan lantas berpamitan dengan Yu Gemi dan si penjual yang mau mendengarkan cerita. Dia sangat berterima kasih kepada mereka. Si penjual yang tersentuh akan kisahnya memberikan satu botol kecil minyak wangi kepadanya. Dia berusaha menolaknya, namun si penjual tetap keukeuh untuk memberikannya. Karena tak ingin berlama-lama lagi diapun menyerah untuk menerimanya. Dia jabat tangan si penjual dan cium tangannya. Kalimat sholawat dan salam untuknya mengakhiri pertemuannya dengan si penjual.

Sabtu, 05 April 2014

Wanita Lagi Wanita Lagi

[bukan] Tulisan Ilmiah

Kini aku akan berbicara lagi tentang wanita. Ide ini muncul karena aku lebih sering menjumpai wanita di dunia ini ketimbang lelaki yang bikin aku kesel dan pengen nampol wajahnya yang songongnya gak ketulungan. Memang menurut sumber yang jelas ini terakreditas “syariah” mengatakan kalau perbandingan pria dan wanita di muka bumi kian lama kian mencengangkan hingga 1 : 2. Sekarang aku pun tak tahu perbandingan itu tengah pada level berapa banding berapa. Namun jika membuat perbandingan yang baru antara pria dengan perawan maka akan menghasilkan rasio yang bertolak belakang dengan data sebelumnya.

Kenapa sih aku kok selalu ngomongin tentang wanita? Menurutku wanita itu makhluk aneh dan kadang sok suci bahkan menujun perfeksionis pula. Mereka berlaga seperti kucing yang mau kawin. Malu saat awal pertama jumpa tapi selalu nagih kalau udah sering ketemu. Saat wanita kecil atau dulunya dipanggil cewe, mereka pasti imut dan mengesalkan. Rasa kesal itu timbul karena saat mainannya direbut atau dia lagi dikerjain sama temennya pasti mulut combenya berperan. Dia selalu mengadu kepada kakaknya kalau nggak kepada mamanya. Dan saat itu juga sang mama langsung menghardik anak yang ngerjain dia.

Setelah dia telah beranjak remaja, dia juga beranjak aneh dan nyebelin sangat. Ketika aku pernah berpacaran dengan seorang anak yang dia saat itu masih SMP. Aku gak sadar kalau dia itu memang nyebelin dan kadang sering manfaatin aku. Ketika dia ada PR selalu aja nyari aku tapi ketika aku butuh keberadaannya dia malah tak ada. Di fase remaja inilah dia bakal ngalami hal yang terkesan konyol dalam hidupnya. Hal itu adalah ketika dia baru pertama kali menstruasi. Dia akan berlari ke sana ke mari ketika ada sesuatu hal yang keluar dari @#^$^&&*&*&#%nya. Dan dia akan berteriak memanggil mamanya seakan ada makhluk halus yang ada dihadapannya.

Itu hanya sebagian aneh makhluk yang sering dipandang anggun. Selanjutnya ketika dia sudah tumbuh dewasa dan berlagak mulai jual mahal dia selalu kian aneh saja. Dia mulai pandai merias diri hingga seperti badut yang tak tahu malu dan selalu mau untuk digoda. Dia yang tak beriman selalu menonjolkan dan merapatkan lekuk badannya. Sungguh ironis terkadang melihat banyak anak ulama ataupun pejabat yang merias diri seperti “miss call” >>> miss itu wanita, call itu panggilan jadi wanita panggilan.

Tidak hanya berhenti di situ keanehan dia. Masih banyak lagi yang akan aku buka dalam kali ini. Namun aku membatasinya karena takutnya dituduh mendiskreditkan suatu pihak. Ketika dia udah menikah dan udah punya anak apalagi anaknya sudah sekolah. Dia selalu memamerkan kelebihan anaknya dan menyembunyikan keburukan robot kecilnya di depan sesamanya. Terkadang dia juga yang menyangkal dia yang mengajarinya tiap hari.  Hal-hal seperti nilai matematikanya berapa, udah hafal apa aja, udah hafal bacaan doa apa aja bahkan udah seberapa englishnya. Memang aneh tingkah mereka.

Dan sempat terpikir olehku ketika sering melihat kebanyakan dari pengemis yang ada di lingkunganku adalah makhluk yang sejenisnya, kadang aku membuat sebuah konklusi sementara yang berbunyi, “ketika wanita yang dari anak-anak hingga tua yang hidupnya tak jauh dari apa yang aku tuliskan di atas, maka masa tuanya hanya akan menjadi pengemis.”
          
      Mungkin itu sedikit cerita yang tidak bermaksud mendiskreditkan salah satu pihak. Dan cukup sekian cerita yang tidak terlalu bermanfaat dan tidak bermudharat juga insyaAllah. Wassalam



Selasa, 01 April 2014

Pentingkah Dirinya?

S
eberapa pentingkah sosoknya? Dia hanya seorang pemuda dari kasta yang terpandang di mata khalayak manusia. Dia pemuda yang hanya menjalankan kewajiban syariat atas Tuhannya. Dia hanya pemuda yang tak begitu layak untuk disanjung dan dipuja. Lantas apa yang membuat kalian jatuh hati bahkan tersihir olehnya?

Keseharian dalam hidupnya yang sederhana dan rendah hati. Pemikirannya yang konvensional nan jadul yang tak digandrungi pemuda masa kini. Amal dan ibadahnya pun juga tidak dilakukan dengan sepenuh hati. Tapi kenapa kalaian masih saja membawa dia dalam mimpi yang semi?

Apakah karena keberaniannya menentang para pelaku birokrat yang bisa dibilang keparaat yang membuat kalian terpikat? Apakah karena keluguan dan kekritisannya dalam berpendapat untuk menghujat para pejabat? Apakah kalian hanya kasihan akan kemiskinannya yang sering jadi bahan untuk diumpat?

Kenapa kalian hanya sekadar prihatin dan tidak berupaya untuk meniru aksi beraninya? Kenapa kalian hanya bisa menjadi penonton sirkus yang tega melihat si gajah dipermainkan pawangnya? Apakah kalian takut kehilangan semua yang kalian miliki jika andil dalam membasmi para tikus dari sarangnya?

Masihkah kalian akan bersifat apatis hingga akan terjadi banyak kejadian tragis? Masihkah kalian menjadi penonton setia drama yang penuh dengan isak tangis? Kenapa kalian tidak berani berperan dalam sdaniwara yang sangat ironis?

Kini saatnya kalian bangkit dari keterpurukan yang kian menerjang! Kini saatnya kalian mulai turun ke bumi dan sadar bahwa dirimu sangat dibutuhkan untuk membasmi para bajingan yang menyalah gunakan wewenang. Kini saatnya engkau menemukan jati dirimu yang diciptakan memang untuk menjadi pejuang.

Jika kau belum bisa menemukan jati dirimu, sebaiknya kamu meniru diru polah tingkah dia. Jika kau belum bisa menemukan jati dirimu, sebaiknya kamu membantu aksi mulia dia. Jika kau belum bisa menemukan jati dirimu, sebaiknya kamu mendoakan cita-cita dia. Lantas siapakah dia itu sebenarnya?

Dia adalah sosok yang penuh dengan keberanian yang tidak tertutupi ketakutan akan kehilangan harta. Dia adalah seorang yang kepercayaan dirinya tak terhalangi oleh rasa malu untuk berada di depan sesama. Dia adalah sebuah jiwa yang rasa imannya tak ternodai oleh ketakutan atas kebijakan pimpinannya.

Lantas sudah sadarkah dirimu? Lantas sudah tahukah apa yang harus kalian perbuat? Niatkan dan lakukan semua kebaikan itu hanya untuk ibadah semata. Tak usah mengejar apresiasi manusia yang sering membuat kita terbuai. Dan jangan lupa untuk berbagi, berbakti dan mengabdi.

Ingat 3M : “Mulai dari yang kecil, Mulai dari diri sendiri, dan Mulai dari sekarang”