Sabtu, 03 Mei 2014

Hari Ketiga Kepergianku

[(tetap) Bukan Tulisan Ilmiah]

Hari ini ku awali dengan sholat subuh berjamaah yang menjadi kewajiban tatkala di sana dan akan mendapatkan sebuah iqob bila tak dilaksanakan. Terasa bingung saat ruangan dipakai untuk sholat semalam terkunci. Rasa suudzon itu muncul karena anggapan tidak adanya toleransi dari panitia yang sebagian besar adalah non muslim. Tak ambil pusing akhirnya kami mengambil sarung dan selimut untuk dijadikan sajadah daripada harus mencari panitia yang akan mengulur waktu saja.
Air yang dingin membuatku enggan untuk membasahi tubuh mungil ini. Hidangan pagi belum juga siap, membuatku semakin bingun untuk berbuat apa. Ku ambil pena dan notebook yang tersedia untuk merangkai cerita perjalananku di kota Bandung ini. Ku lakukan terus hingga ada panggilan untuk sarapan dari panitia.
Di ruang makan aku melihat sesuatu yang ganjil. Ku melihat tumpukan gelas plastik yang digunakan untuk wadah kopi pagi. Sungguh ironi sekali dengan tagline acaranya “Save the environment, it will save you later” yang dibawakan hanyalah sebuah kata-kata yang belum disadari walau banyak yang sudah mengetahui. Rasa sebal muncul saat melihat gelas plastik kutemukan terbuang di parit sebelah ruang makan. Ke mana jiwa pejuang lingkungan wahai aktivis bumi hijau?
Seusaai makan, acara kembali dilanjutkan dengan keberangkatan menuju Kota Baru Parahyangan. Perjalanan ke sana hampir menghabiskan waktu satu jam. Sesampai di sana, aku dan yang lain disambut oleh birokrat di sana laksana tamu istimewa dan diperkenalkan dengan profil, visi dan misi KBP. Setelah itu, aku dan yang lain dijelaskan dengan kegiatan yang akan berlangsung hari ini.
Haari terrasa melelahkan karena aku dan yang lain menjalani kegiatan yang terjun langsung ke alam. Aku dan yang lain memetik bibit tanaman, lalu menanamnya. Hal itu terasa asyik berkat keberasamaan dari semua peserta yang baru saling mengenal.
Setelah berkutat dengan tanah, aku dan yang lain menikmati hidangan proses pembuatan kompos organik dan dilanjutkan dengan praktik langsung pembuatan kompos rumah tangga dengan skala kecil. Walau bau kompos yang menyengat namun semua tetap semangat untuk mendapatkan ilmu yang lebih luas lagi.
Puas dengan itu, aku dan yang lain menuju Green Mosque. Masjid yang indah nan rupawan berkat desainnya, baik desain interior maupun eksteriornya. Dinding masjid yang berlubang merangkai kalimat tauhid membuatku semakin merasa memiliki dan bersyukur kepada Yang Maha Bersyukur.
Setelah berkunjung dan menjalankan ibadah sholat di masjid, aku dan yang lain beranjak kembali ke Bale Pare tempat kami disambut tadi. Aku dan yang lain menikmati makan siang dan dilanjutkan dengan ke Green House untuk melakukan pelatihan biopori dan melihat rumah contoh “Green Lifing”.
Hari ini ditutup dengan Art Performance dan Cultural Night di wisma penginapan yang sebelumnya kami tersihir dengan penampilan aksi dahsyat dari Saung Angklung Udjo

0 komentar :

Posting Komentar