[(masih) bukan tulisan ilmiah]
Hari kedua kuberada di sini. Di sini yang tak kumengerti apa yang harus
kujalani. Pagi beranjak siang namun aku masih terbaring dalam kasur empuk nan
nyaman ini. Perut mulai memberontakku agar segera mengisinya. Kubergegas pergi
ke kantin yang tak jauh dari tempatku berlelah tadi.
Saatku berangkat mencari makan, yang terlihat hanya barisan kereta
beroda empat yang berbaris tak berujung sepertinya. Mereka saling membunyikan
klakson sebagai bentuk kekesalan. Entah kesal terhadap apa dan kepada siapa,
aku tak mengerti. Aku hanya bisa menerka tak pandai bersuara. Aku hanya bisa
prihatin dengan semua yang ada.
Tibalah diriku di sebuah kantin yang berkonsepkan prasmanan ini. Terhidang
banyak makanan yang membuat mulut ini tak tahan untuk mengunyahnya. Kupilih makanan
standar yang sesuai dengan uang yang ada. Kusantap dengan lahap laksana buaya memakan
mangsanya. Kuakhiri sarapan kali ini dengan tegukan segelas air putih yang
memang gratis.
Kulanjutkan perjalanan menuju stasiun untuk membeli tiket kepulanganku. Tanpa
mandi terlebih dahulu, aku berangkat saja karena hari semakin siang saja. Aku nampak
bodoh dengaan keadaan yang tak pernah kutemui sebelumnya. Bertanya ke sana- kemari
akhirnya kutemui angkot apa yang harus kutumpangi.
Setiba di stasiun, yang terlihat hanya puluhan bahkan ratusan orang
berjubel. Mereka mengantri hanya demi secarik kertas yang biasa disebut tiket. Banyak
kedholiman yang terjadi ketika orang yang baru datang menyerobot giliran dengan
nebeng ke giliran orang lain. Ya Allah, begini kah umat yang diharapkan oleh
Rasul Yang Mulia.
Tiga jam mengantri, akhirnya kini tiba giliran hamba. Aku bergegas
menuju loket untuk menyelesaikan transaksi ini karena adzan telah berkumandang.
Aku iya kan saja apa semua yang terucap dari petugas loket yang manis nan
rupawan ini. Kini tiket sudah di tangan, ku bersegera mencari masjid untuk
menjalankan ibadah sholat jum’at.
Aku mencari masjid terdekat. Kucari sumber bunyi lantunan ayat-ayat suci
yang paling keras. Kuambil air wudlu saatku telah sampai di masjid. Ku dengarkan
khotbah yang sedang berlangsung. Memang jasad ini berada di masjid ini, tapi
pikiran kemana-mana. Entah memikirkan apa dan siapa, akupun juga tak tahu. Aku hanyalah
hamba yang tak luput dari gundah gulana.
Sholat jum’at berakhir sudah, namun segenap pikiran masih belum bisa
berpaling dari diri ini. Aku tak tahu harus gimana lagi. aku kembali saja ke
tempat persinggahanku. Aku teringat kalau tujuanku ke kota yang terkenal dengan
gadis-gadisnya yang cantik ini untuk mengikuti sebuah acara. Dan acaranya akan
dimulai sekitar 40 menit lagi, sedangkan aku belum tahu di mana lokasinya. Aku hanya
tetap bersikap santai namun tetap memendam segumpal pikiran yang membebani ini.
Aku sudah di angkot perjalanan ke tempat persinggahankuini. Aku lupa di
mana tadi aku berangkat. Aku hanya ingat nama jalanbesarnya, namun tidak ingat
alamat detailnya. Sebab ini, aku jadi kesasar dan semakin mengulur waktuku
untuk menuju lokasi acaraku kali ini. Memang selalu diiringi dengan kisah
sedikit tragis perjalananku ini.
Kuhubungi teman sejawat yang ada di tempat persinggahanku kali ini. Dia menyediakan
dirinya untuk menganterkanku kee tempat lokasi. Namun karena mendengar kabar
aku yang masih tersesat dan dia sendiri juga mau ada urusan, akhirnya dia
meminta maaf untuk batal mengantarkanku. Tapi Allah memang Maha Penolong, tak
sengaja kita malah dipertemukan di jalan. Dengan segera dia memboncengku menuju
tempat persinggahan untuk mengambil bawaanku yang akan dibawa ke lokasi acara.
Badan ini semakin gatal-gatal saja karena dari tadi pagi bahkan kemarin
sore aku belum menyentuh air sama sekali. Kutahan hingga acara ini berakhhir. Rasa
haus sudah menggelagar, ku minum sebotol air dengan leganya. Kusabar menunggu
acara ini berakhir. Sambil sembari menunggu, kupandangi satu per satu wajah
para peserta.
Peserta yang beragam dari 45 universitas di Indonesia ini, membuat
pelangi di ruangan lantai delapan ini. Acara pun dimulai dengan pembicara
Vania Santoso (Aktivis Lingkungan Hidup), Gamal Albinsaid (CEO Indonesia Medika) yang akan menjadi pembicara di ETOS EXPO MALANG 2014 di sesi satu. Di sesi
berikutnya ada kang Christian (CO Founder Greenaration Indonesia), Pak
Erik (BPLH Bandung) dan Pak Satori (Dosen Universitas Islam Bandung). Acara berakhir
dengan quiz lalu akhirnya aku bisa menemukan kamar mandi setelah berada wisma
penginapan.
Di penginapan pun acara terus berlanjut dengan sharing dari berbagi
komunitas seperti KOPHI JABAR, Bangung Clean Action dan GC UI. Dan setelah
semua rangakaian berakhir aku langsung membaringkan tubuhku d lantai 2 ranjang
yang empuk ini.
0 komentar :
Posting Komentar