Karya : Fitri Tarwiti
Kisah ini merupakan kisah hidupku,
mulai dari aku bisa merasakan indahnya jagat raya sampai saat ini aku mulai
beranjak dewasa. Aku terlahir pada tanggal 4 Juni 1995, kata orang di
sekelilingku yang melihat proses kelahiranku sangat bersyukur saat ini aku bisa
tumbuh dengan sehat dan normal karena pada saat itu aku terlahir sungsan
(dalam bahasa jawanya) atau lahir dari kaki terlebih dahulu daripada kepalanya
yang keluar dan pada waktu usia sekitar 7 bulan, aku mendapat panggilan
lunglit, "balung dan kulit". Aku hanya bisa merengek, kulitku seperti
mengelupas.
Waktu terus berputar, kini aku
beranjak menjadi seorang anak kecil periang berusia 3 tahun. Di usia inilah,
aku merasa dekat dengan tanteku yang sekarang ini merawatku, awal ceritnya
begini.
Tanteku ini merupakan adik kandung
ibuku sendiri, dia belum diberikan kesempatan Tuhan untuk bisa memperoleh
keturunan. Dan entah kenapa, sejak kecil aku sangat dekat sekal dengan beliau,
kemanapun mereka pergi, aku selalu ikut dengan mereka. Bahkan seringkali saya
memilih tidur bersama mereka daripada dengan ibu bapak. Dan akhirnya tiba
saatnya ketika mereka akan pindah rumah, aku tidak mau mereka pergi, aku
menangis dan ingin sekali ikut mereka. Aku tidak tahu bagaimana perasaaan orang
tuaku saat itu. Akhirnya di usia yang kelima tahun aku diadopsi oleh mereka. Keputusan
pengadilan telah dengan sah, menyatakan bahwa saya resmi menjadi anak angkat
mereka.
Aku memanggil mereka “nenen” dan “babe”.
Merekalah orang yang sampai detik ini merawat dan mendidikku. Tapi aku akan
selalu menghormati ibu dan bapakku yang juga telah berjuang melahirkanku ke
dunia ini. Nenen dan babe memangorang tua angkatku, namun kasih sayangnya
begitu tulus sebaliknya dengan aku.
Waktu SD, SMP babeku yang selalu
mengantar-jemput ku ke sekolah. Beliau bekerja di Balai Pengairan Kota, tapi
sekarang ini beliau sudah purna.
Aku dulunya SD di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri. Waktu SD aku mendapat pengalaman yang luar biasa, aku
mengikuti lomba cerdas-cermat dan mendapatkan juara 3 tingkat provinisi. Setidakny,
waktu di bangku SD, aku bukan termasuk anak yang pasif. Waktu itu, aku juga
terlibat dalam seni Hadrah di modern di sekolahku, dan aku menjadi salah satu
vokal utama. Dan dalam prestasi belajarpun aku juga tidak kalah dengan temanku
ang lain aku kadang termasuk lima besar, kadang juga 10 besar. Sebenarnya,
waktu itu aku bisa diterima di SMP 2 atau SMP 1, tapi bapakk menginginkan aku
untuk melanjutkan ke MTsN dan akhirnya aku mengikutinya.
Aku mencoba mendaftar di kelas Unggulan
melalui tes, dan akhirnya aku lolos. Aku sangat bersyukur juga saat itu, karena
namaku ada di urutan pertama. Dan selama tiga tahun itu, aku berusaha tidak
menjadi siswa yang pasif. Syukurnya , aku mendapatkan kesempatan itu. Waktu dibangku
SMP ini, aku bisa menjabat sebagai wakil ketua OSIS periode 2008-2009 dan
sekretaris pada organisasi kepramukaan (DPP). Aku juga mendapat kesempatan
unutk bisa mengikuti perlombaan seperti olimpiade, speech dan lomba
kepramukaan. Meskipun, belum adayang berhasil tapi aku bisa mendapatpengalaman
yang luar biasa. Kerja keras, kekompakan, dll. Waktunya kelulusan aku cukup
kecewa dengan hasil UNku karena waktu itu aku mendapatkan 34,10 dengan rerata
8,525. Tapi, setidaknya aku bisa bersyukur, karena bersamaan itu aku meraih
juara paralel UAMBN di sekolahku. Kini, saatnya menentukan pilihan ke jenjang
selanjutnya.
Di sinilah,
aku dihadapkan pilihan yang berat. Bapakku lagi-lagi menginginkan aku
melanjutkan ke MAN (Madrasah Aliyah) tapi ini sedikit bertentangan dengan
keinginanku. Aku ingin sekali masuk sekolah umum, tapi beliau tidak setuju. Aku
mencoba mendiskusi dengan nenen. Babeku yang selama ini merawatku dan membiayai
segala kebutuhanku, mereka mengembalikan pilihan itu kepadaku. Akhirnya, aku
memutuskan mendaftar keduanya, MAN dan juga SMA umum. Aku keterima di MAN, aku
juga diterima di SMA %. Akhirnya dengan tegas, aku memilih SMA5, aku janji pada
diriku akan kutunjukkan yang terbaik.
Waktu SMA lah, saat yang cukup berat
untukku. Karena, saat itu juga ayah angkatku (bab) sudah pensiun. Otomatis,
keuangan juga semakin menurun. Di SMA 5, aku ingin masuk kelas unggulan dan
akhirnya aku mengikuti tes. Alhasil, aku lolos bersama Hany temanku sekelas
waktu SMP dulu.
Biaya dikelas unggulan ternyata beda
dengan kelas reguler. Karena ada agenda tahunan outbound dan studi kampus yang selalu diselenggarakan. Awalnya,
nenen ingin aku mengundurkan diri, karena biaya yang juga cukup mahal, tapi
babe ku menginginkan untuk tetap melanjutkanya.
Di kelas itu persaingan cukup ketat.
Mayoritas mereka berasal dari SMP 1 yang notabene favorit di kota Madiun. Tapi aku
tidak mau menyerah. Kami merupakan 7th geration dari kelas plus SMAN
Madiun. Kelas ini merupakan kelas yang luar biasa, kita layaknya saudara yang
sudah mengenal baik-buruknya 1 sama lain. Dan aku juga sangat bersyukur
mempunyai sahabat yang benar-benar ada buat aku, kita saling melengkapi. Rasanya
beda dengan sahabatku di SMP atau SD dulu. Canda, tawa, duka kita lewati
bersama.
Di kelas ini, aku juga bisa
mendapatkan pengalaman yang luar biasa seperti pengalaman lomba debat bahasa
inggris, yang dibimbing Mr. Mijo. Hal lain yang juga saya dapatkan adalah
mengikuti lomba Business Plan
meskipun aku dari jurusan IPA. Awalnya Business
Plan di Machung dan mendapat juara 3 dan yang terakhir di Universitas
Brawijaya dan masuk 10 besar. Selain itu, juga mendapat kesempatan lomba
menulis opini pajak dan syukurnya menjadi salah satu finalis. Aku juga sangat
bersyukur kepada Tuhan atas semua berkah ini. Aku berharap aku juga akan
beruntung dalam melanjutkan ke perguruan tinggi nanti.
Ayah dan ibuku sudah tua, keadaan
ekonomi kami juga tidddak sebaik dulu, tapi aku percaya ALLAH akan selalu
memberi jalan pada setiap permasalahan asalkan ada niat baik dan usahayang
keras. Aku sangat sayang pada ayah, ibu angkatku dan juga kedua orang tuaku. Aku
hanya ingin selalu bisa membuat bangga mereka, melihat tawa dan seulas senyum
di usia tuanya, melihat anaknya dapat meraih kesuksesan. Semoga ALLAH mendengarkan
.
0 komentar :
Posting Komentar