Minggu, 02 Juni 2013

Langkah Anak Modin


Karya : Wisnu Wardhani


langkah anak modin
Nama lengkapku Wisnu Wardhani biasa dipanggil Wisnu, terlahir sebagai anak bungsu dari 3 bersaudara, lahir pada 22 Maret 1995, 3 bersaudara ketiganya merupakan laki-laki, aku lahir di kota Magetan, sejak lahir aku memiliki fisik yang lemah, di hari ke 3 setelah kelahiranku, aku terkena penyakit bronkitis, yaitu gangguan pernafasan akibat ketidak tahanan tubuh terhadap udara yang lembab walaupun demikian, Alhamdulillah sampai sekarang penyakit itu tidak pernah kambuh karena rutinitasku dalam berenang. Selain itu ada beberapa penyakit ringan yang menyerangku, amandel, alergi udara dingin, alergi seafood. Orang tuaku bernama Mahfud dan Laminem, ayah lahir di Gresik 5 Juli 1954, sedangkan ibuku lahir di kota dimana aku tinggal sekarang, Magetan kecamatan Maospati, mereka berdua merupakan orang tua terhebat di dunia, bagaimana tidak, dengan tingkat ekonomi menengah kebawah mereka bisa merawat, dan membesarkan kami bertiga dengan baik dan penuh kasih sayang.
Di saat aku belum sekolah adalah masa-masa yang menggembirakan dan menyedihkan, pada waktu itu hari-hariku hanya dipenuhi dengan bermain dan terus bermain tanpa ada fikiran yang membuatku stress, sedih karena seperti apa yang ku tulis di atas, aku memiliki fisik yang lemah, dan menangis apabila digoda oleh teman-temanku, oleh karena itu aku sering menjadi sasaran empuk bagi mereka untuk terus menggodaku, aku terus menangis karena ulah mereka, hanya kedua kakakku yang dapat membela kasih sayang, mereka tidak berani untuk melaporkan tingkah laku temanku pada orangtuanya, karena menyadari ekonomi kami yang rendah tidak sebanding dengan ekonomi teman-temanku yang lain, keluarga kami memang sejak dahulu sedikit menyendiri dari masyarakat, bisa dikatakan kami ‘minder’, dan dulu ayah hanya seorang tukang becak dan ibu penjual pakaian di pasar maospati, pendapatannya kurang dari Rp. 300.000 per bulan. Orang tuakupernah bilang padaku, untuk menunda pendidikanku di TK, di saat teman-teman sebayaku berangkat sekolah mengenakan seragam, sepatu, dan tas baru mereka, aku hanya bisa memandangi wajah bahagia mereka. Selang satu tahun kemudian aku disekolahkan di TK Bayangkari, namun aku langsung masuk di kelas nol besar tanpa harus masuk nol kecil terlebih dahulu. Hari demi hari terasa menyenangkan sampai suatu ketika ada benjolan di leher sebelah kiriku. Mula-mulanya karena tidak mengetahui apapun, orang tuaku menganggap itu sebagai sesuatu yang biasa sedikit demi sedikit benjolan di leherku makin membesar, kekhawatiran mulai menyelimuti hati kedua orang tuaku, demam mulai menyerangku, terasa sangat dingin sekali. Berbanding terbalik dengan apa yang aku rasakan, suhu tubuhku semakin tingii, obat penurun panas yang diminumkan padaku seakan tiada berarti, ibulah yang menemaniku dalam penderitaanku, sedangkan ayahku berusaha terus mencarikan pinjaman uang untuk pengobatanku, ya aku hanya bisa menunggu dan menunggu.
Tubuhku mulai terasa enak, demamku mulai turun, aku sudah sehat dan diperbolehkan beraktivitas seperti biasanya. Walaupun begitu aku belum diperbolehkan masuk sekolah. Selang beberapa hari aku dibawa ke rumah sakit Islam Madiun, dengan penuh ketabahan aku berusaha tegar menjalani operasi yang akan dilangsungkan. Waktu terasa begitu cepat saat jarum suntik mulai menusuk tubuhku, mata ini terasa sangat berat, seakan membawa beban yang menggunung, entah kenapa berapa lama aku tertidur, ketika bangun banyak sekali orang sekelilingku “Alhamdulillah operasinya berhasil” pikirku saat itu. Sepuluh hari pasca operasiku, aku boleh masuk sekolah lagi. Ya Allah ujian apalagi yang akan engkau berikan padaku lagi, aku akan tetap sabar dan pasrah menerima-nya ya Allah. Ucapku lirih.
Nilai prestasiku menjadi tidak karuan lagi, karena hampir 2 bulan aku tidak masuk TK karena penyakit tumorku ini, ya walaupun nilaiku jelek, tetapi aku bisa lulus dari TK. Naik satu tingkat lagi jenjang pendidikanku, SD tercintaku, SDN Kraton II Maospati, selama 6 tahun aku menuntut ilmu di sana, penuh suka dan duka, pada tahun pertama sekolah di sana aku sudah memperoleh seorang sahabat, Didit namanya, dialah yang selalu memberiku semangat, inspirasi, dan nasihat yang sangat berarti. Program sekolah SD waktu itu adalah program catur wulan, catur wulan aku tak dapat peringkat sama sekali, karena aku sering sakit dan izin tidak masuk, mulai dari catur wulan kedua nilaiku mulai naik, aku bisa memperoleh peringkat 3 besar, prestasi akademikku semakin meningkat tetapi asa kalanya peringkatku naik turun dari peringkat satu ke peringkat dua dan begitulah seterusny sampai kelas 4 SD. Saat itulah perekonomian keluargaku mulai terangkat, usaha ibuku meningkat sehingga ayahku berhenti menjadi tukang becak dan bekerja membantu ibu berjualan pakaian di pasar Maospati. Semenjak SD kami tidak pernah mengajukan surat keterangan tidak mampu ke sekolah. Alhamdulillah kelas lima SD aku mendapat beasiswa dari Pertamina, ada enam orang yang mendapatkan beasiswa itu, tapi satu-satunya anak laki-laki yang mendapat beasiswa itu hanya aku. Beranjak satu tahun di kelas enam SD persaingan antarsiswa mulai ketat untuk mendapat peringkat tiga besar. Bagaimana tidak, jika mendapat peringkat tiga besar kami mendapat kehormatan untuk mewakili sekolah kami dalam perlombaan cerdas cermat tingkat kecamatan dan Alhamdulillah aku salah satu dari tiga besar itu. Jadi aku berhak untuk maju terus mewakili sekolah, bersama Didit sahabat karibku yang sejak dulu dia yang telah memberi aku motivasi yang berlebih sehingga aku bisa mencapai prestasiku yang sangat gemilang. Ya ALLAH inikah ujian hambaMU yang ingin mengarungi telaga kehidupan luas, sembari menerawang ke awan. Meskipun aku kalah dalam putaran kedua lomba tersebut, aku sudah merasa cukup puas untuk mewakili sekolah tercintaku. Kelas lima sudah berakhir, aku melangkahkan kakiku ke atas, satutingkatan yang sirna, tenggelam oleh konsentrasi belajat, semua ekstrakulikuler, khusus untuk kelas enam dihapuskan dengan tujuan untuk menambah konsentrasi siswa dalam rangka menghadapi Ujian Nasional.
Ujian dilaksanakan di SDN Suratmajan 1, tempat yang asing bagi kami yang berasal dari desa kraton. Terima tidak terima kami menjalani ujian di sana. Aku kerjakan sebisaku dan dengan sungguh-sungguh kutuliskan pekerjaanku di lembar jawaban yang diberikan, lima hari telah berakhir. Ujianpun selesai dengan penuh harapan. Hampir satu bulan kami menunggu pengumuman hasil kerja keras kami selama enam tahun di SD.
Senyuman menyelimuti kami semua saat mengetahui bahwa tidak ada satupun diantara kami yang tidak luus, semuanya berhasil, Alhamdulillah. Selesai mengurusi hal-hal yang belum tuntas di SD, kami langsung berbondong-bondong mendaftar ke SMP yang akan kami masuki. Aku dan beberapa temanku mendaftar ke SMPN 1 Maospati yang merupakan SMP favorit di wilayah kami, dan Alhamdulillah aku diterima di sana.
Masa indahku di SMP mulai tertanam saat kelas delapan, disaat itu beberapa lomba aku ikuti, seperti lomba teatrikal tingkat kabupaten Magetan, akan tetapi dibalik kebahagiaanku, terselip masalah yang cukup membebani keluarga, usaha ibu menurun drastis, ekonomi keluarga anjlok, kebutuhan yang menggunung membuat ibu terbebani, sangat amat tertekan dengan permasalahan, sering aku menjumpai ibu menangis dalam ketenangan doa shalat malamnya, pilu hati ini mendengar tangisan sang bunda, tanpa terasa berlinanglah air mataku. Ayah yang saat itu sudah bekerja di kelurahan, gaji ayah masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan persetujuan dari kelurahan, aku dan kakakku diberi surat keterangan tidak mampu untuk biaya sekolah. Pengalaman organisasi pertamaku, waktu aku kelas sembilan yaitu aku ikut AZUMNII merupakan karang taruna didaerahku.
Setelah ujian SMP, aku berniat mendaftar ke sekolah tehnik (STM), akan tetapi seluruh keluargaku melarang karena keadaan fisikku yang lemah dan Akhirnya aku disekolahkan di MAN Temboro Magetan, aku menghabiskan waktu belajar di situ dengan penuh kebahagiaan, di MAN aku ikut dalam organisasi PRAMUKA yang menambah kemandirian dan tanggung jawabku, di samping itu berkat bantuan dari ibu Warsi selaku guru biologi dan BK, aku mendapat beasiswa senilai Rp 1.200.000,- . jumlah yang tidak sedikit bagi siswa sepertiku, beberapa lomba yang pernah aku ikuti, dianataranya tatrikal puisi sekaresidenan Madiun, seleksi olimpiade bahasa inggris, olimpiade matematika. Alhamdulillah pada olimpiade tersebut aku lolos dan mewakili Kabupaten ke Surabaya, akan tetapi sungguh disayangkan sertifikat yang harusnya aku terima tidak samapi pada tanganku, usaha yang kulakukan seakan percuma karena tidak ada bukti keberhasilanku mewakili Kabupaten dalam olimpiade tingkat Provinsi. Prestasi akademik di MAN cukup memuaskanku, setidaknya aku selalu masuk peringkat 5 besar, dan sering aku mendapat 3 besar sebagai runner up (peringkat 2).
aminKeinginanku setelah llulus dari MAN ialah ingin melanjutkan kuliah, walaupun kedua orangtuaku meragukan atas keputusanku ini, melihat kondisi ekonomi keluarga yang kurang dari Rp 500.000,- per bulannya, tetapi hal ini tidak membuat aku membatasi keinginanku untuk melanjutkan kuliah, semoga dengan aku mendaftarkan diri untuk mendapat beastudi etos ini, akudapat berkuliah tanpa harus menambah beban hidup kedua orangtuaku yang kurang mampu ini. Melihat kondisi ek

onomi keluargaku ini, aku hampir sirna. Semua apa yang menjadi harapan dan cita-citaku, demi membahagiakan kedua orang tua yang sangat aku banggakan, demi perjuangan seorang anak untuk bisa bersekolah lebih tinggi. Ya ROBBI kabulkanlah permohonanku ini.
Ya ALLAH semoga aku bisa diterima untuk bisa berkuliah ke Jenjang pendidikan yang lebih dan aku berharap dengan hati yang bening, bisa mendapatkan beastudi etos ini. Amiin ya robbal alamin

0 komentar :

Posting Komentar