Kamis, 24 Oktober 2013

Sambutan dan Lambaian ARGUKAT

Malang, 14-15 Oktober 2013



ETOS Bersama Berbagi Qurban, agenda rutinitas kali ini diselenggarakan di Dusun Sumberpang Kidul Desa Sumbersuko Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Tepat pukul 5 pagi waktu daerah Ketawanggede semua etoser menunggu kedatangan truck yang akan mengantarkan mereka ke lokasi. Kisaran pukul 6 semua berangkat menuju lokasi dengan meninggalkan satu dua orang untuk stand by di asrama guna menunggu kepastian dari donatur. Mereka tiba di lokasi kisaran jam 7 dan disambut dengan senyuman hangat khas ARGUKAT (Arek Gunung Kathu) serta para warga yang hendak mulai aktivitasnya. etoser yang sehari sebelumnya telah ada sebagian ke lokasi untuk melakukan briefing dengan REMAS (Remaja Masjid) setempat langsung mempersiapkan kelengkapan acara untuk hari pertama ini. Kumandangan lagu yang mengiringi kegiatan kali ini terasa indah kala sholawat nabi diputar lewat CD dengan sound system ala kadarnya.
Dengan diawali oleh sebuah pengumuman yang keluar dari speaker masjid yang mengundang seluruh warga untuk hadir dalam cek dan konsultasi kesehatan gratis. Warga yang telah tahu kabar itupun berdatangan dan segera membuat antrian dengan duduk di kursi yang telah disediakan etoser. Tak hanya cek kesehatan saja yang segera di mulai beberapa agenda lain pun segera dimulai semisal lomba mewarnai kaligrafi untuk anak SD dan dilanjutkan lomba mewarnai kaligrafi untuk anak TK serta lomba adzan dan diakhiri dengan lomba baris-berbaris. Jeritan, senyuman, kepolosan bahkan tangisan argukat menyempurnakan agenda ini. Mulai dari rengekan tangis Ludfi anak kelas 2 SD yang menangis karena tidak dapat pinjaman pensil warna untuk mengikuti lomba mewarnai kaligrafi. Gelakan tawa dari Faris dan Alex yang selalu ceria dalam setiap acara walau terkadang keceriaan itu ternodai oleh kebandelan mereka. Tak jarang pula kenakalan ada di benak mereka ketika dikondisikan oleh etoser untuk tenang dan tidak menertawakan temannya ketika salah pelafalan dalam lomba adzan seperti yang dilakukan oleh Diko cs. Keramaian hadir kembali ketika argukat dilatih oleh spv-nya untuk menyorakkan pekik yel-yel nya. Anggrek, pelangi, argukat1 dan argukat2 merupakan identitas mereka dalam lomba baris-berbaris kali ini. Kekompakan mereka membuat suasana kali itu menjadi dingin karena bisa melihat senyum lugu mereka.
Lomba yang berakhir sebelum adzan dzuhur berkumandang itu terasa melelahkan yang menyenangkan karena bisa menikmati suasana yang jarang dijumpai dan mungkin ini bisa terjadi sekali seumur hidup saja. Lawan terus bergerak mengikuti lintasannya dari hari pun beranjak sore.
Etoser kembali disibukkan sesuai porsinya masing-masing untuk menyiapkan acara selanjutnya. Ada yang membungkus jajan untuk konsumsi takbir keliling, ada yang bersosialisasi dengan warga untuk menambah keakraban, ada pula yang kembali ke kota malang untuk mencari perlengkapan yang tidak ada disitu. Ba’da asar sekitar pukul 4 waktu setempat lomba yang dikhususkan untuk bapak-ibu akan segera dimulai. Lomba yang diadakan kali ini adalah lomba kursi goyang, peserta harus berebut menduduki kursi setelah lagu yang diputar diberhentikan. Gelak tawa warga menjadi penumbuh keharmonisan antara kami dan mereka. Bahkan gelak tawa itu memuncak ketika seorang dari kami mengikuti perlombaan dan akhirnya mematahkan kursi lalu terjatuh pula. Memang memalukan namun cukup membuat semua terbahak. Ketika lomba berakhir kami bergegas membersihkannya dan bersiap untuk takbir keliling pada malam harinya. Air yang masih terbatas membuat sebagian etoser rela tidak mandi pada hari itu.
Magrib sudah tiba, langkah anak-anak sudah terlihat dari pelataran masjid Al-Amin yang menjadi pusat lokasi kami. Ketika semua sudah solat magrib, semua langsung memosisikan dirinya sesuai porsi yang telah dibagi. Obor mulai dinyalakan dan lafal takbir, tahmid dan tahlil mulai dikumandangkan kini tinggal menunggu kedatangan banner  dan kembang api. Ketika semua sudah siap, hentakan mini marching band dari Madrasah Ibtidaiyah Al Amin segera diperjalankan. Kita berkeliling desa ini hingga 30 menit lebih. Warga desa yang menyambut lantunan takbir sudah menanti di depan rumah masing-masing.  Tak ayal mereka ikut menyerukan seruan kemenangan ini tat kala kami melewati depan rumah mereka. Kami telah kembali ke tempat kita berangkat dan malam yang indah ini ditutup dengan jantung anak-anak yang berdebar lebih dari biasanya karena menunggu pengumuman hadiah untuk juara lomba yang telah diadakan seharian tadi. Hari mulai malam gemuruh takbir yang terdengar lewat speaker masjid yang tak diketahui kapan berakhirnya karena kami ketiduran setelah lelah dengan hari yang bahagia ini.

                Pagi-pagi sekali alarm saling beradu kerasnya suara yang keluar. Terbuka mata ini untuk  mencari sumber suara, namun tak selang berapa lama alarm ponselku sendiri berdering. Ku terbangun walau sekejap dan tertidur lagi karena rasa malas yang menghantui dan capek yang belum hilang. Ku lanjutkan tidur hingga adzan subuh berkumandang. Ku terbangun dan bergegas cuci muka sekalian wudlu. Subuh yang menggembirakan karena kali ini aku mendapat keluarga dan saudara yang baru. Solat ied yang pertama kali ku lakukan di luar kampungku. Takbir berkumandang dan aku merasa terharu ketika melihat sapi yang terus meronta lewat teriakannya. Selepas solat ied kami persiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dan mulai mengawali penyembelihan hewan qurban tanpa kehadiran panitia gabungan kami yaitu Forum Mahasiswa Islam Teknik Pengairan. Semua hewan qurban telah disembelih kini saatnya menyayati dan membersihkan kulit dan jeroannya. Aku bersama pemuda desa itu mengangkut jeroannya untuk dicuci di sungai. Awalnya aku sedikit kecewa dengan pemikiran mereka yang harus mencemari sungai itu. Tapi apa daya pikiran konvensional mereka membuat aku harus mengikuti alur saja. Ku bilas usus yang merupakan wadah kotoran hewan ini. Semua terasa menyenangkan karena bisa mengikuti alur canda mereka. Sekitar satu jam pekerjaan ini selesai dan kami semua kembali ke tempat penyembelihan kambing untuk membantu memotong daging dan membungkusinya. Semua pekerjaan selesai bebarengan dengan adzan dzuhur yang telah terdengar walaupun masih ada beberapa daging yang belum terbungkus. Selepas solat dan istirahat sebentar kami membantu membungkusi sisa daging dan makan setelahnya. Kami makan masakan yang telah dimasak oleh beberapa ibu-ibu dan etoser akhwat. Makanan yang terasa kealamiannya sangat melekat di lidah dan terasa ingin terus tambah. Selepas makan kami bersih-bersih, ada yang di pelataran masjid dan ada pula yang di rumah persinggahan kami. Selepas itu kami mengadakan evaluasi sebentar dan bergegas istirahat untuk mengumpulkan tenaga untuk acara pengajian nanti. Pengajian yang dimulai sekitar jam 4 lebih ini sedikit mengundur jadwal kepulangan kami ke Malang. Pengajian yang diikuti lebih dari 100 warga ini mendatangkan kyai dari daerah setempat. Isi dari pengajian itu tidak jauh dari idul adha ataupun qurban. Pengajian yang ditutup dengan statement kyai yang berbunyi “semua yang kita lakukan ini hanya bakal. Jadi kita ini seperti menanam. Tidak mungkin baru menanam langsung tumbuh buahnya. Ya walaupun tidak ada kata tidak mungkin di dunia ini tapi ALLAH lebih mencintai orang yang bekerja keras dibandingkan dengan orang yang senang instant. MAN JADDA WA JADA”. Dengan berakhirnya pengajian itu langsung dilanjutkan dengan makan-makan. Kami pun segera makan dan menunaikan solat magrib dan bersiap pulang. Kami berpaamitan kepada warga sekitar, rasa sedih mulai menimpa kami karena berpisah dengan orang-orang yang baru kami kenal. Memang perpisahan kadang membuat kita pilu namun perpisahan bukanlah luka. Kepulangan kami diiringi dengan nyanyian YEL-YEL AREMA yaitu SALAM SATU JIWA. Selamat tinggal wahai sobat kecilku; Alex,Fariz, Imam, Afif, Bagas, Iqbal, Dico, Ludfi, dan masih banyak yang lain. Selamat tinggal dan aku buktikan janjiku kepada kalian.

0 komentar :

Posting Komentar