Malang, 14-15 Oktober 2013
ETOS Bersama
Berbagi Qurban, agenda rutinitas kali ini diselenggarakan di Dusun Sumberpang
Kidul Desa Sumbersuko Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Tepat pukul 5 pagi
waktu daerah Ketawanggede semua etoser menunggu kedatangan truck yang akan mengantarkan mereka ke lokasi. Kisaran pukul 6
semua berangkat menuju lokasi dengan meninggalkan satu dua orang untuk stand by di asrama guna menunggu
kepastian dari donatur. Mereka tiba di lokasi kisaran jam 7 dan disambut dengan
senyuman hangat khas ARGUKAT (Arek
Gunung Kathu) serta para warga yang hendak mulai aktivitasnya. etoser yang
sehari sebelumnya telah ada sebagian ke lokasi untuk melakukan briefing dengan REMAS (Remaja Masjid)
setempat langsung mempersiapkan kelengkapan acara untuk hari pertama ini.
Kumandangan lagu yang mengiringi kegiatan kali ini terasa indah kala sholawat
nabi diputar lewat CD dengan sound system
ala kadarnya.
Dengan
diawali oleh sebuah pengumuman yang keluar dari speaker masjid yang mengundang seluruh warga untuk hadir dalam cek
dan konsultasi kesehatan gratis. Warga yang telah tahu kabar itupun berdatangan
dan segera membuat antrian dengan duduk di kursi yang telah disediakan etoser.
Tak hanya cek kesehatan saja yang segera di mulai beberapa agenda lain pun
segera dimulai semisal lomba mewarnai kaligrafi untuk anak SD dan dilanjutkan
lomba mewarnai kaligrafi untuk anak TK serta lomba adzan dan diakhiri dengan
lomba baris-berbaris. Jeritan, senyuman, kepolosan bahkan tangisan argukat menyempurnakan agenda ini. Mulai
dari rengekan tangis Ludfi anak kelas 2 SD yang menangis karena tidak dapat
pinjaman pensil warna untuk mengikuti lomba mewarnai kaligrafi. Gelakan tawa
dari Faris dan Alex yang selalu ceria dalam setiap acara walau terkadang
keceriaan itu ternodai oleh kebandelan mereka. Tak jarang pula kenakalan ada di
benak mereka ketika dikondisikan oleh etoser untuk tenang dan tidak
menertawakan temannya ketika salah pelafalan dalam lomba adzan seperti yang
dilakukan oleh Diko cs. Keramaian
hadir kembali ketika argukat dilatih
oleh spv-nya untuk menyorakkan pekik yel-yel nya. Anggrek, pelangi, argukat1
dan argukat2 merupakan identitas mereka dalam lomba baris-berbaris kali ini. Kekompakan
mereka membuat suasana kali itu menjadi dingin karena bisa melihat senyum lugu
mereka.
Lomba yang
berakhir sebelum adzan dzuhur berkumandang itu terasa melelahkan yang
menyenangkan karena bisa menikmati suasana yang jarang dijumpai dan mungkin ini
bisa terjadi sekali seumur hidup saja. Lawan terus
bergerak mengikuti lintasannya dari hari pun beranjak sore.
Etoser kembali disibukkan sesuai porsinya masing-masing untuk menyiapkan acara selanjutnya. Ada yang membungkus jajan untuk konsumsi takbir keliling, ada yang bersosialisasi dengan warga untuk menambah keakraban, ada pula yang kembali ke kota malang untuk mencari perlengkapan yang tidak ada disitu. Ba’da asar sekitar pukul 4 waktu setempat lomba yang dikhususkan untuk bapak-ibu akan segera dimulai. Lomba yang diadakan kali ini adalah lomba kursi goyang, peserta harus berebut menduduki kursi setelah lagu yang diputar diberhentikan. Gelak tawa warga menjadi penumbuh keharmonisan antara kami dan mereka. Bahkan gelak tawa itu memuncak ketika seorang dari kami mengikuti perlombaan dan akhirnya mematahkan kursi lalu terjatuh pula. Memang memalukan namun cukup membuat semua terbahak. Ketika lomba berakhir kami bergegas membersihkannya dan bersiap untuk takbir keliling pada malam harinya. Air yang masih terbatas membuat sebagian etoser rela tidak mandi pada hari itu.
Etoser kembali disibukkan sesuai porsinya masing-masing untuk menyiapkan acara selanjutnya. Ada yang membungkus jajan untuk konsumsi takbir keliling, ada yang bersosialisasi dengan warga untuk menambah keakraban, ada pula yang kembali ke kota malang untuk mencari perlengkapan yang tidak ada disitu. Ba’da asar sekitar pukul 4 waktu setempat lomba yang dikhususkan untuk bapak-ibu akan segera dimulai. Lomba yang diadakan kali ini adalah lomba kursi goyang, peserta harus berebut menduduki kursi setelah lagu yang diputar diberhentikan. Gelak tawa warga menjadi penumbuh keharmonisan antara kami dan mereka. Bahkan gelak tawa itu memuncak ketika seorang dari kami mengikuti perlombaan dan akhirnya mematahkan kursi lalu terjatuh pula. Memang memalukan namun cukup membuat semua terbahak. Ketika lomba berakhir kami bergegas membersihkannya dan bersiap untuk takbir keliling pada malam harinya. Air yang masih terbatas membuat sebagian etoser rela tidak mandi pada hari itu.
Magrib
sudah tiba, langkah anak-anak sudah terlihat dari pelataran masjid Al-Amin yang
menjadi pusat lokasi kami. Ketika semua sudah solat magrib, semua langsung
memosisikan dirinya sesuai porsi yang telah dibagi. Obor mulai dinyalakan dan
lafal takbir, tahmid dan tahlil mulai dikumandangkan kini tinggal menunggu
kedatangan banner dan kembang api. Ketika semua sudah siap,
hentakan mini marching band dari Madrasah
Ibtidaiyah Al Amin segera diperjalankan. Kita berkeliling desa ini hingga 30
menit lebih. Warga desa yang menyambut lantunan takbir sudah menanti di depan
rumah masing-masing. Tak ayal mereka
ikut menyerukan seruan kemenangan ini tat kala kami melewati depan rumah
mereka. Kami telah kembali ke tempat kita berangkat dan malam yang indah ini
ditutup dengan jantung anak-anak yang berdebar lebih dari biasanya karena
menunggu pengumuman hadiah untuk juara lomba yang telah diadakan seharian tadi.
Hari mulai malam gemuruh takbir yang terdengar lewat speaker masjid yang tak diketahui kapan berakhirnya karena kami
ketiduran setelah lelah dengan hari yang bahagia ini.
Pagi-pagi sekali alarm saling beradu kerasnya suara yang
keluar. Terbuka mata ini untuk mencari
sumber suara, namun tak selang berapa lama alarm
ponselku sendiri berdering. Ku terbangun walau sekejap dan tertidur lagi
karena rasa malas yang menghantui dan capek yang belum hilang. Ku lanjutkan
tidur hingga adzan subuh berkumandang. Ku terbangun dan bergegas cuci muka
sekalian wudlu. Subuh yang menggembirakan karena kali ini aku mendapat keluarga
dan saudara yang baru. Solat ied yang pertama kali ku lakukan di luar kampungku.
Takbir berkumandang dan aku merasa terharu ketika melihat sapi yang terus
meronta lewat teriakannya. Selepas solat ied kami persiapkan perlengkapan yang
dibutuhkan dan mulai mengawali penyembelihan hewan qurban tanpa kehadiran
panitia gabungan kami yaitu Forum Mahasiswa Islam Teknik Pengairan. Semua hewan
qurban telah disembelih kini saatnya menyayati dan membersihkan kulit dan jeroannya.
Aku bersama pemuda desa itu mengangkut jeroannya untuk dicuci di sungai. Awalnya
aku sedikit kecewa dengan pemikiran mereka yang harus mencemari sungai itu. Tapi
apa daya pikiran konvensional mereka membuat aku harus mengikuti alur saja. Ku bilas
usus yang merupakan wadah kotoran hewan ini. Semua terasa menyenangkan karena
bisa mengikuti alur canda mereka. Sekitar satu jam pekerjaan ini selesai dan
kami semua kembali ke tempat penyembelihan kambing untuk membantu memotong
daging dan membungkusinya. Semua pekerjaan selesai bebarengan dengan adzan
dzuhur yang telah terdengar walaupun masih ada beberapa daging yang belum
terbungkus. Selepas solat dan istirahat sebentar kami membantu membungkusi sisa
daging dan makan setelahnya. Kami makan masakan yang telah dimasak oleh
beberapa ibu-ibu dan etoser akhwat. Makanan yang terasa kealamiannya sangat
melekat di lidah dan terasa ingin terus tambah. Selepas makan kami
bersih-bersih, ada yang di pelataran masjid dan ada pula yang di rumah
persinggahan kami. Selepas itu kami mengadakan evaluasi sebentar dan bergegas
istirahat untuk mengumpulkan tenaga untuk acara pengajian nanti. Pengajian yang
dimulai sekitar jam 4 lebih ini sedikit mengundur jadwal kepulangan kami ke
Malang. Pengajian yang diikuti lebih dari 100 warga ini mendatangkan kyai dari
daerah setempat. Isi dari pengajian itu tidak jauh dari idul adha ataupun
qurban. Pengajian yang ditutup dengan statement
kyai yang berbunyi “semua yang kita lakukan ini hanya bakal. Jadi kita ini
seperti menanam. Tidak mungkin baru menanam langsung tumbuh buahnya. Ya walaupun
tidak ada kata tidak mungkin di dunia ini tapi ALLAH lebih mencintai orang yang
bekerja keras dibandingkan dengan orang yang senang instant. MAN JADDA WA JADA”.
Dengan berakhirnya pengajian itu langsung dilanjutkan dengan makan-makan. Kami pun
segera makan dan menunaikan solat magrib dan bersiap pulang. Kami berpaamitan
kepada warga sekitar, rasa sedih mulai menimpa kami karena berpisah dengan
orang-orang yang baru kami kenal. Memang perpisahan kadang membuat kita pilu
namun perpisahan bukanlah luka. Kepulangan kami diiringi dengan nyanyian
YEL-YEL AREMA yaitu SALAM SATU JIWA. Selamat tinggal wahai sobat kecilku; Alex,Fariz,
Imam, Afif, Bagas, Iqbal, Dico, Ludfi, dan masih banyak yang lain. Selamat
tinggal dan aku buktikan janjiku kepada kalian.
0 komentar :
Posting Komentar