Kamis, 12 Desember 2013

Masjid Raden Patah, Penuh Dengan Kisah


 
D


 i setiap tempat, di setiap gedung, di setiap daerah, bahkan di setiap rumah seorang muslim alangkah sejuknya bila terdapat tempat ibadah yang asri dan nyaman. Hal inilah yang seringkali menjadi topik perbincangan para punggawa di kampus perjuangan, Universitas Brawijaya. Masjid gagah yang dahulu kala menjadi pusat ibadah umat islam di Universitas Brawijaya, masjid yang menjadi pusat aktivitas kajian keislaman, masjid yang dinamakan Masjid Raden Patah.
Masjid Raden Patah didirikan oleh mantan presiden Republik Indonesia, yaitu Bapak Soeharto. Delapan tahun berselang, kini masjid yang dulu ramai syiar Islam dan para aktivis dakwah kampus itu telah bersalin rupa. Arsitektur khas masjid dengan atap yang bertumpang tiga, telah berganti menjadi gedung sebuah fakultas di Universitas Brawijaya. Menurut pembicaraan para mahasiswa, Masjid Raden Patah memang sengaja dirubuhkan untuk diganti dengan gedung Fakultas Ekonomi. Perencanaannya, Masjid Raden Patah akan dipindah lokasikan. Namun apakah yang terlihat hingga sekarang ini? Pembangunan Masjid Raden Patah yang baru tak kunjung usai.
Kini masjid yang disebut Masjid Raden Patah hanyalah sebuah bangunan berupa aula yang tidak memiliki kubah. Bangunan baru yang dijanjikan akan segera dibangun hingga saat ini belum juga terwujud. Sungguh suatu kejadian yang miris. Mengapa untuk membangun gedung fakultas yang baru bisa dengan cepat dilaksanakan tetapi untu membangun ulang tempat ibadah agama tercinta tak kunjung direalisasikan? Saat ditanyai soal hal tersebut, pihak rektorat hanya menjawab “Dahulu pelaksana proyek masjidnya kabur, jadi pembangunannya sempat molor.” Alasan logis yang membuat para aktivis Islam di kampus bersuara “Kenapa gak secepatnya cari orang baru? Cuma membangun sebuah masjid, bertahun-tahun ga jadi juga.” Dramatis memang yang telah terjadi mengenai permasalahan ini.

0 komentar :

Posting Komentar