Pagi kali ini aku terbangun agak siang dari biasanya. Aku bangun sekitar ppukul 6.15 waktu asrama etos ikhwan. Mungkin aku kesiangan karena semalaman begadang ngedit blog Rising Star dan blogku sendiri. Tak terlalu lama bermalas-malasan aku langsung bergegas mengambil air wudlu meski matahari sudah menyinari kota yang sedang panasnya dengan UB (Universitas Berangkot).
Setelah kupanjatkan doa kepada ALLAH ya Robbi,aku langsung bergegas mengecek apa saja yang harus aku bawa untuk mengikuti kegiatan di Posyandu RW 5 Kelurahan Penanggungan yang merupakan Desa Produktif Etos Malang. Acara kali ini memang yang mengadakan adalah Dompet Dhuafa Jawa Timur. Acara kali ini bertepatan dengan Hari Ibu Nasional.
Aku berangkat dari asrama sekitar pukul 6.30 waktu setempat. Aku berangkat melewati depan Fakultas kebanggaanku. Aku merasa nyaman di tengah kelenggangan jalan pagi ini. Bila siang hari pun bisa selenggang ini aku bisa menyeberang dengan nyaman di tengah berlakunya one way ini.
Aku bertemu dengan anak binaan di Desa Produktif. Mereka bertanya kepadaku,"Ada acara apa, Mas?"
Kupikir mereka sudah tahu dengan acara ini dan kupikir mereka juga dilibatkan di acara kali ini. Lalu kujawab,"Ada acara baksos di Posyandu?"
"Baksos apa, Mas?" balas mereka
"Aku juga nggak tahu, dik"
Berbasa-basi dengan mereka sembari melihat permainan gundu mereka.Ku bengong sebentar lalu kuajak salah seorang anak untuk mengantarku ke Posyandu.
Sampai di Posyandu aku bengong ketika melihat tak nampak seorang yang katanya "Relawan Muda" itu. Aku berfikir dan merenung di dalam hati,"Katanya relawan kok telat, seharusnya kan siap siaga setiap saat." Ahh.. Mungkin itu efek karena seminar gratis yang diberikan oleh Dompet Dhuafa Jawa Timur.
Kisaran sepuluh menit termenung di pinggiran kali brantas tempat Posyandu itu berada, tak kunjung ada orang yang datang. Kupikir acaranya bukan di tempat ini, lalu kusegerakan sms temanku yang menjadi koordinator acara ini. Dia membalas,"Tunggu saja sebentar."
"Tunggu sebentar?" Apa nggak keterlaluan? Ini sudah telat hampir 30 menit. Bahkan ibu-ibu sudah mulai berdatangan.
Kini aku merasa kawatir. Rasa kawatir itupun terrsentak oleh tingkah seorang ibu-ibu yang sepertinya kesal dengan panitia. Berhubung tidak ada sosok panitia yang nampak di hadapannya, akupun jadi tumbal.
Ibu itu mengutarakan kesalnya,"Jadi jam berapa acaranya, Mas?"
Aku jawab dengan bahasa jawa sopan,"Kulo mboten ngartos, Bu, Kulo mboten panitianipun e,Bu"
Ibu itu merespon,"Walah Mas, Aku sudah siap-siap dari jam 5 lo, Mas." "Sampai aku relakan gak jualan"
Aku coba mereda,"Saya hubungi teman-teman dulu , Bu"
Selesai meredakan kekesalan Ibu itu lalu datanglah Ibu RT yang membawa kunci Posyandu ini. Akhirnya masalah sedikit reda. Posyandupun dibuka lalu segera Ibu-ibu itu membersihkan bagian dalam. Aku yang tak hanya bisa diam bersegera mengambil pengki untuk mengambil pasir yang akan kupakai untuk menutupi kotoran kucing yang menyengat baunya ketika pertama kali datang Posyandu tersebut dan jnuga menjadi bahan keluhan Ibu-ibu ini.
Selang berpuluh menit, akhirnya para panitia berdatangan dimulai dari datangnya Mas Roofi dan Mas Huda serta Bapak RT yang mendorong kereta sorong yang berisikan bahan yang akan dibagikan untuk Ibu-Ibu yang hadir dalam acara tersebut. Karena tidak tahu apa-apa tentang acara ini,aku bertanya pada salah seorang "relawan","Acara hari ini ngapain aja, Mas?"
Dia menjawab,"Waduh saya kurang tahu, Mas"
Bagaimana bisa begitu? Lagi dan lagi masalah yang pelik di negeri adalah komunikasi. Apakah tidak adanya transparansi atau kejujuran yang tidak dimiliki para aparatur negara ini. "Sudahlah", pikirku. Bukan kapasitasnya sekarang aku mempermasalahkan itu kali ini. Niatku kali ini hanyalah membantu kumpulan pemuda yang di punggung bajunya terbesiit tulisan "VOLUNTEER".
Aku bantu Pak RT untuk mengangkut kardus yang berisikan apapun itu aku tak tahu dan tidak aku tanyakan pada mereka.Selesai menyelesaikan pekerjaan itu, aku mengajak anak binaanku yang tadi telah mengantarku untuk pergi sarapan. Awalnya dia menolak namun setelah datang satu anak lagi, akhirnya dia menerima ajakanku. Kita lalu pergi ke sebuah warung rujak petis tempat mereka biasa makan.
Di warung itu aku kepoin mereka tentang kondisi internal mereka. Saat kutanya bagaimana hasil raportnya timbul jawaban yang bertolak belakang. Si Feri yang senang dengan hasil raportnya karena mendapatkan ranking ke 3 di kelasnya.Sementara Saiful agak sedikit malu karena di berada di rangking 29 darri 30 siswa yang ada. Aku merasa bersalah karena semester ini, aku sibuk dengan dunia tanpa memerhatikan desa yang jadi tanggung jawab. Aku menghela nafas sejenak dan berniat untuk memperbaiki ini di semester depan.
Setelah selesai bercerita tentang kondisi pendidikan lalu aku bertanya tentang kondisi internal keluarga mereka. Kali ini mereka mengalami hal yang namun posisinya yang saja yang berbeda. Mereka sama-sama berada dalam kondisi perceraian orang tua mereka. Alasan kenapa orang tua mereka berpisah aku tidak menanyakan karena bermaksud menjaga aib mereka. Si Feri yang ditinggal Bapaknya tiga tahun silam. Si Saiful ditinggal ibunya nikah lagi. Selesai menanyakan hal itu, aku hanya berpesan kepada mereka,"belajar yang rajin, biar bisa nyenengin Bapak-Ibu."
Sepulang dari warung itu kami langsung menuju ke Posyandu tadi. Di perjalanan menuju Posyandu aku bertanya cita-cita mereka. Si Feri pengen jadi polisi dan Saiful pengen jadi Tentara. Dalam hati aku berdoa kepadaMU ya ROBB,"Kabulkanlah cita-cita mereka."
0 komentar :
Posting Komentar