Senin, 29 Juli 2013

Arti Penting Negarawan Muda Indonesia

Karya : Nirma Prasetya Wardhani

Negara merupakan  kelompok sosial yang meduduki wilayah  atau daerah tertentu yang diorganisasi dibawah  lembaga politik  dan pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menetukan tujuan nasionalnya. Dalam suatu negara, terdapat bangsa yang merupakan penghuni negara. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang menghuni negara Indonesia yang berciri khas saling gotong royong dan ramah tamah. Namun, bukan berarti keciri khas san bangsa Indonesia dijadikan pedoman sebagai gotong royong dalam hal yang tidak baik. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,  Negawaran diartikan sebagai ahli dalam kenegaraan, ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan), pemimpin politik yg secara taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan. Presiden RI pertama, Ir. Soekarno mengatakan,”Berilah aku sepuluh orang pemuda, akan aku guncangkan dunia.” Merujuk pada pernyataan tersebut, Ir. Soekarno mengakui bahwa eksistensi pemuda dalam suatu negeri menentukan masa depan negeri tersebut. Pemuda sebagai aset bangsa yang paling berharga harus mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai kalangan. Para generasi tua berkewajiban memberikan pendidikan yang layak, mengajarkan moral dan akhlak, dan keteladanan. Jelaslah, bahwa pemuda adalah tonggak perubahan suatu bangsa. Dengan bangga kita mengatakan, pemuda adalah harapan bangsa.
Dalam hal ini, pemuda dianggap sebagai harapan bangsa. Di  tangan merekalah terletak baik dan buruknya suatu bangsa. Ketika pemudanya baik, maka baiklah bangsa itu. Sebaliknya, bila pemudanya buruk (berakhlak buruk), maka bangsa itu tinggal menunggu datangnya kehancuran. Dalam suatu negara,  kuantitas dan kualitas pemuda haruslah seimbang. Kuantitas tidak seharusnya mengalahkan kualitas. Apabila dalam suatu negara, terdapat  jumlah pemuda yang besar tidaklah bernilai apa-apa ketika tidak ada atau sedikit sekali yang berkarya, mandiri,  profesional, serta berakhlak tinggi. ”Bukanlah pemuda seseorang yang membanggakan bapaknya. Tetapi, pemuda itu adalah mereka yang menunjukan inilah aku.” (Imam Ali Bin Abu Thalib) potongan kalimat ”inilah aku!”. Tidaklah bijak jikalau kita memahaminya sebagai sikap keangkuhan. Tapi, potongan kalimat tersebut memiliki makna komitmen kuat yang diiringi tindakan untuk berprestasi. Pemuda yang memiliki tekad tersebutlah yang dibutuhkan oleh negara dan bangsa Indonesia sekarang ini.
Negarawan mestinya harus bijaksana, adil, dan dapat menjadi contoh bagi bawahan atau rakyatnya. Namun, kini kita dihadapkan pada sebuah masalah besar dimana para pemimpin kita seolah lupa bahwa mereka adalah negarawan yang mesti bijaksana dan membawa bangsa Indonesia mencapai tujuannya. Mereka terlena oleh jabatan dan uang. Hedonisme dan materialisme menjadi landasan bakti pada negara.  Maka yang tercipta adalah negarawan yang lemah, yang bisa digoyang dengan uang. Yang marak adalah politisi yang hanya membawa kepentingan partai semata, bukan negarawan sejati. Kepentingan rakyat tak lagi jadi prioritas, namun bisa jadi dikebelakangkan. Indonesia boleh dikatakan saat ini sedang mengalami krisis negawaran. Banyak peristiwa yang belakangan ini semakin membuat pesimis dalam menatap masa depan kepemimpinan negeri ini, kasus korupsi yang menggurita, hukum yang seperti pisau, tumpul ke untuk masyarakat atas (penguasa), tapi tajam untuk masyarakat  bawah, masalah pelayanan publik, krisis energi, kemiskinan, pendidikan, hingga penjajahan ekonomi oleh asing yang tak kunjung usai.
Dan sebenarnya, negarawan seperti apakah yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia? Imam Syafi’i mengatakan: ”Hidupnya pemuda itu adalah karena dua hal. Pertama ilmu dan Kedua adalah takwa. Jikalau kedua hal itu tidak dimilikinya, maka pemuda itu sesungguhnya adalah mati.” Dari pernyataan di atas, menurut Imam Syafi’i ada dua hal mutlak yang harus dimiliki oleh para pemuda, yaitu ilmu dan takwa. Apabila seorang pemuda hanya berilmu namun tak mempunyai sifat takwa, itu akan menjadikan pemuda tersebut angkuh dan berbuat seenaknya sendiri seperti para pemuda dan negarawan pada saat sekarang ini. Atau Pemuda yang berilmu tapi tidak berakhlak akan melahirkan para Fir’aun baru. Hal ini menjadi permasalahan besar bagi sebuah bangsa. Takwa tanpa ilmu adalah omong kosong. Dalam semua agama pasti mewajibkan umatnya untuk belajar dan berilmu supaya memahami kuasa-kuasa Tuhannya. Dalam umat Islam menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim, baik laki-laki maupun wanita. Dan, tidak ada batasan umur dalam menuntut ilmu. Rasulullah menegaskan, ”Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga liang lahat.” (HR Muslim). Di samping berilmu, pemuda  juga harus bertakwa kepada Allah SWT. Kalaulah ilmu telah menerangi kegelapan di alam semesta, agar mampu menerangi setiap celah dan lorong di bumi dan dirasakan terangnya oleh setiap makhluk, maka harus dilengkapi dengan takwa. Al Imam Al Ghozali rahimakumullah mengatakan, ”Bantinglah otak mencari ilmu sebanyak-banyaknya guna mencari rahasia besar yang terkandung di dalam benda besar yang bernama dunia ini, tetapi pasanglah pelita dalam hati sanubari, yaitu pelita kehidupan jiwa.”
Pemuda dikenal dengan keberaniannya, dan pemimpin yang beranilah yang layak untuk memimpin negeri ini kelak. Ia berani mengatakan kepada negara asing untuk tidak mengeksploitasi negeri ini, ia berani mengatakan kepada dunia kalau ia ta akan izinkan rakyatnya terluka. Kita seharusnya mencontoh pejuang-pejuang kita dimasa muda nya dahulu. Presiden pertama kita, Soekarno, pernah mengatakan sesuatu yang sangat berani kepada dunia barat; “Inggris kita linggis, dan Amerika kita seterika”. Hanya pemimpin yang berani dan telah mewakafkan dirinya untuk bangsalah yang mampu mengatakan ini. Di Indonesia, perjuangan untuk merebut kemerdekaan hingga pembacaan teks proklamasi juga atas dukungan pemuda. Begitu pula halnya dengan peralihan kekuasaan dari orde lama ke orde baru hingga ke orde reformasi juga digerakkan oleh pemuda, khususnya mahasiswa. Ada beberapa point  yang bisa kita berikan buat negeri ini:
Pertama, moralitas yang tinggi. Pemuda harus tahu mana yang hak dan mana pula yang bathil. Pemuda harus memiliki jiwa moralitas tinggi sebagai anak bangsa. Dengan mempunyai sifat tersebut, pemuda akn bisa memilah bagaimana perbuatan yang seharusnya dilakukan dengan yang tidak dilakukan. Pemuda akan bisa membedakan mana haknya dan kewajibannya, mana milik pribadi dan mana milik umum, dan mana milik rakyat. Dengan begitu negara akan terhindar dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, dan berbagai penyimpangan. Dengan memiliki moralitas yang tinggi pemuda harus menunujukkan kesetiaannya kepada negara dengan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
Kedua, berjiwa nasionalisme dan patriotisme. Pemuda harus bangga dengan bangsanya sendiri. Rasa memiliki, senasib, dan sepenanggungan adalah jiwa mereka. Keanekaragaman yang ada, di antaranya suku, agama, ras, budaya, serta pulau yang berjajaran dari sabang hingga merauke adalah mutlak menyatu kepada ”Bhinneka Tunggal Ika.” Sifat gotong royong yang dimiliki bangsa Indonesia harus diterapkan sebaik-baiknya untuk membangun Indonesia menjadi negara yang lebih maju dalam segala bidang, bukan malah bergotong royong bersama untuk menjadikan keterpurukan Indonesia ini lebih mendalam seperti halnya koruptor.
Ketiga, berpartisipasi dalam kontrol sosial dan stabilitas politik. Pemuda, khususnya mahasiswa berhak berpartisipasi dalam kontrol sosial dan stabilitas politik. Hak mahasiswa untuk mengusulkan ide, gagasan, dan teguran terhadap pemerintah. Mahasiswa sebagai kaum intelektual adalah kebanggaan masyarakat. Mahasiswa memiliki hak dalam menyampaikan pendapat, salah satunya dengan aksi. Ini diperbolehkan asal dilakukan sesuai dengan aturan yang ada.
Keempat, adalah berkarya. Pemuda adalah sosok pejuang dan pekerja keras yang memiliki semangat yang masih berkobar layaknya api. Dengan berkarya, Sesuatu yang dihasilkan dalam waktu tertentu, berwujud, dan bisa dirasakan langsung mamfaatnya oleh masyarakat, dan berpotensi untuk dikembangkan. Pemuda menyukai hal-hal baru dan berpotensi untuk menciptakan sesuatu yang baru. Untuk itulah dengan berkarya, para pemuda dapat membawa nama baik Indonesia ketingkat dunia sehingga negara Indonesia menjadi lebih terakui dimata dunia.
Untuk menciptakan negarawan muda, Kampus adalah kawah candradimuka. Mahasiswa masih memiliki idealisme kerakyatan, jauh dari kepentingan politik. Negarawan akan lahir bukan dari rahim-rahim kenyamanan sosial, namun ia akan lahir dari insan-insan yang memiliki kegelisahan sosial dan kepekaan yang tinggi terhadap masalah bangsa, dan kesemuanya itu masih dapat kita temukan dalam hati para intelektual muda kampus yang sejatinya tak hanya menjadi kritisi dan pengawas pemerintah, namun juga bisa menjadi bagian dari solusi bangsa. Mahasiswa adalah iron stock, agent of change, moral force, sekaligus social control pemerintahan. Modal psikologis yang mantap untuk menjadi negawaran masa depan. Jadi, untuk menjadi negarawan sejati, bisa berawal dari kampus.

Daftar Pustaka
Widodo,Sumardi, S.Pd, M.Pd. REVITALISASI PEMUDA DEMI MEMAJUKAN INDONESIA. Universitas Diponegoro
http://baktinusaddugm.wordpress.com
 
Tentang Penulis
Nama : Nirma Prasetya Wardani 
Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang 
Facebook : NirManiez
Twitter : @nirmaprasetya


0 komentar :

Posting Komentar