Dengan
banyaknya pemuda tersebut maka banyak pula pelajar di Indonesia ini. Dari
sekian banyak pelajar tersebut sering kali Indonesia meraih prestasi di
berbagai olimpiade di tingkat internasional. Tidak hanya itu saja prestasi
yang diukir oleh kaum akademisi Indonesia, bahkan tenaga pengajar Indonesia
sampai dipakai oleh beberapa negara di dunia.
Dari
beberapa prestasi tersebut Indonesia bukannya tanpa sisi negatif yang terus menghantui
hingga kini. Mungkin masalah yang paling besar dan paling terjadi berulang
kali. Itu semua mungkin terjadi akibat demoralisasi yang dialami bangsa
Indonesia. Demoralisasi itulah yang justru mencoreng citra baik nama Indonesia
yang katanya ‘batu bisa jadi tanaman’ ini di mata dunia. Demoralisasi juga menular
kepada para remaja yang tengah labil jalan pikirannya. Akibatnya mereka harus rela
kehilangan cita-cita mereka sendiri.
Untuk
itu diperlukan sosok pemimpin yang memulihkan keadaan, pemimpin yang mengerti cara
menyelesaikan permasalahan yang ada, pemimpin yang mampu mengevaluasi setiap masalah
yang ada. Mungkin ini saatnya bagi negarawan
muda untuk berkarya di negeri Indonesia Raya ini.
Mungkin
yang dipertanyakan adalah kenapa harus pemuda yang memimpin, kenapa tidak golongan
tua yang sudah berpengalaman dalam mengarungi hidup. Hal itu dapat terjawab karena
pemuda memiliki semangat yang menggebu-gebu. Pemuda masih memiliki niat untuk belajar.
Dari dua hal itu mungkin negeri ini lebih
baik karena memiliki sosok pemimpin yang bersemangat dan mempunyai niat untuk belajar dalam
menghadapi permasalahan di negeri ini.
Namun
menilik berbagai permasalah yang ada saat ini, perlu ditinjau kembali kelayakan
pemuda untuk memimpin negeri ini. Misalnya saja remaja kini mulai melupakan nilai
dan norma yang ada dalam hidupnya di bangsa Indonesia ini. Mereka justru membuat sebuah ideologi baru
yang bertolak belakang dengan ideologi yang ada. Ideologi itu timbul karena pencampur
adukan budaya yang mereka ikuti dengan budaya
tanah air sendiri. Ideologi yang mereka anut bias juga disebut ideologi terbuka
yang menginginkan kebebasan tanpa peraturan yang menyusahkan mereka.
Contoh
nyata yang terjadi adalah pergaulan bebas.
Mereka menganggap sifat terbuka jalan atau cara yang terbaik dalam bersosial atau
bergaul. Namun itu semua cara yang terlampau batas. Mereka malah terbuka dalam sembarang hal baik aurat
atau penampilan, kepribadian dan hal yang lebih mendalam lagi. Dengan keterbukaan itu banyak
dampak negatif yang menimpa diri mereka. Misalnya kasus
pencabulan terhadap anak dibawah umur kembali terjadi di Kabupaten Kampar. Dari
kebanyakan jenis permasalahan yang
serupa mungkin titik tilik yang harus dibenahi adalah moral individu.
Masalah kehamilan dibawah umur kerap terjadi di Indonesia
ini bahkan mencapai 48 dari 1.000 kehamilan (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2012). Semua itu berawal dari sifat yang terlalu
mengumbar keterbukaan. Awalnya berawal dari media social ataupun dikenalkan oleh
teman, lalu dengan cepat akrab dan merambah dengan cepatnya untuk berpacaran atau
jadian. Ketika sudah mengantongi status berpacaran biasanya pada si cowo yang nggak bertanggung jawab dan hanya terpengaruhi oleh hawa nafsu yang
kian panas tatkala bertemu dengan si c
ewe pujaan hatinya. Berawal dari pegangan tangan, raba-meraba, pelukan,
ciuman sampai berakhir pada kehamilan (sumber
Stand Up Comedy). Itu semua berawal dari moral yang buruk. Mungkin tidak hanya
moral saja yang membuat mereka rusak seperti itu. Dan berikut beberapa faktor
yang memengaruhi pemuda Indonesia bertindak negatif :
1.
Faktor
internal dalam keluarga
2.
Faktor
lingkungan sekitar
3.
Faktor
pengaruh pergaulan bebas
4.
Pengaruh
budaya luar
5.
Kurangnya
penanaman nilai agama
6.
Salahnya
system pendidikan
Dari berbagai faktor-faktor
tersebut mungkin menjadi salah satu hal yang mendasari semuanya adalah kesadaran.
Baik kesadaran terhadap diri sendiri maupun kesadaran terhadap keadaan sekitar.
Dan ini menjadi cambuk untuk pemuda yang nantinya akan menjadi penerus bangsa ini.
Mampu atau tidakkah mereka mengatasi permasalahan yang kian rancu ini. Itu semua
tergantung usaha keras mereka. Untuk menjadi pemimpin memanglah sulit tapi lebih
sulit lagi menjadi yang dipimpin.
Inilah saatnya pemuda
yang peduli akan kondisi negeri ini atau sering kali dipanggil negarawan muda
beraksi. Saatnya mereka menunjukkan tajinya di hiruk pikuk bumi Indonesia. Saatnya
mereka mengharumkan nama baik Indonesia. Saatnya mereka memutar balik cemoohan yang
dilontarkan oleh Negara adidaya terhadap Indonesia. Namun dengan sekian banyaknya
masalah di negeri apakah mereka mampu mengatasinya. Memang tidak ada yang tidak
mungkin di dunia ini, tapi sosok pemuda terbiasa dengan segala yang cepat ataupun
instant. Hal itu yang ditakutkan oleh banyak kalangan di negeri ini. Mereka takut
nantinya jikalau Indonesia memiliki pemimpin muda yang mengambil keputusan terlalu
cepat. Meskipun cepat baik karena hal yang diatasi telah selesai, tapi apakah pengambilan
keputusan itu bersifat menguntungkan atau bahkan merugikan bangsa Indonesia
sendiri. Maka dari itu kita bersama-sama membangun negeri ini. Mengobati luka negeri
ini yang tak kunjung sembuh. Mengembalikan negeri yang ‘katanya tanah surga’
seperti sedia kala.
Banyak alam yang telah rusak
karena tangan nakal para oknum yang tak bertanggung jawab. Mari bersama kita perbaiki
kembali. Mari kita junjung nilai persatuan dan kesatuan di negeri seperti yang
tersirat ‘Bhineka Tunggal Ika’. Namun apakah negarawan mampu melakukannya? Itu semua
masih menjadi pertanyaan. Kalau disuruh merawat alam apa mereka tidak jijik?
Pemuda zaman sekarang merasa geli ataupun alergi untuk membersihkan lingkungan sekitar.
Sebagian besar dari mereka malah merusak daripada merawat. Dan kalau untuk menjaga
persatuan dan kesatuan dalam perbedaan apakah mereka juga mampu? Mana bias seseorang
yang merasa tanah kelahirannya ataupun daerah lebih baik daripada yang lain mampu
menata negeri dengan baik. Mana mungkin kesombongan itu akan berimbas demi masa
depan Indonesia. Itu semua akan terwujud bila benar-benar melakukan tugas mereka
sebagai negarawan muda. Bangsa ini tidak butuh mimpi saja, tapi aksi nyata yang
dapat menghapus omong kosong belaka. Untuk itu mari bersama bergerak, berpikir,
dan bergaya seperti para pejuang yang telah mengusir penjajah dari Indonesia.
Mari langkah kan kakimu, gerakkan tanganmu dan bebas pikiranmu. Mari bersama
MERAWAT INDONESIA.
\
Daftar
Pustaka
Sumber 5
Tentang Penulis
Nama : Haris Saputro
Studi : Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Facebook : Haris Saputra
Twitter : @hanyaharis
Tentang Penulis
Nama : Haris Saputro
Studi : Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Facebook : Haris Saputra
Twitter : @hanyaharis
0 komentar :
Posting Komentar