Karya : Riyatul Masulin
BLT
atau biasa disebut juga bantuan langsung tunai sering kali dijadikan kambing
hitam oleh pemerintah, bantuan langsung tunai yang diberikan kepada masyarakat
kurang mampu ini sering kali dijadikan alasan untuk melancarkan aksi pemerintah
untuk menaikkan harga BBM. Pemerintah sering menggembor-nggemborkan bahwa
kenaikan BBM ini, sebagian dananya di alokasikan untuk membantu masyarakat
kurang mampu, padahal pada kenyataannya
semua itu tidak sesuai dan tidak tepat sasaran.
***
Aksi penolakan kenaikan harga BBM sudah terjadi di banyak tempat, tetapi sepertinya aksi tersebut sama sekali tidak dapat menyentuh benteng pertahanan pemerintah yang tetap ngotot untuk menaikkan harga BBM, alhasil harga BBM resmi dinaikkan mencapai sekitar 40 % pada tanggal 16 juni lalu, dari harga semula sekitar Rp. 4500. 00,- per liter, kini naik hingga mencapai Rp. 6500. 00,- per liter. Tentu saja hal tersebut sangat meresahkan masyarakat, dan akhirnya masyarakat kurang mampu juga yang tercekik, terlebih lagi harga kenaikan BBM tersebut diikuti dengan melejitnya harga sembako yang juga bertepatan dengan masuknya bulan ramadhan. Harga sembako melejit, masyarakat terjepit.
Ada beberapa pihak yang mungkin Pro
terhadap keputusan pemerintah tersebut, tetapi banyak juga pihak yang kontra
terhadap kenaikan harga BBM tersebut. Sebagian mereka yang Pro pemerintah, ber
argumen bahwa kenaikan harga BBM sangat wajar, dan bahkan ada yang mengatakan
bahwa sudah seharusnya kenaikan BBM tersebut di resmikan sejak dulu, karena anggaran
pemerintah telah jebol hanya untuk men subsidi BBM, karena memang pada
kenyataannya harga bahan bakar dunia telah naik bertahun-tahun yang lalu,
bahkan mereka mengutarakan bahwa di negara-negara lain, harga BBM sudah lama naik,
dan itu bisa diterima di negara lain. Apalagi kenaikannya juga tidak terlalu
signifikan, papar sebagian dari mereka. Mereka juga menerangkan bahwa kenaikan
harga sembako memang selalu terjadi tiap tahun ketika menjelang bulan ramadhan
dan lebaran, jadi sebenarnya kenaikan harga BBM tidak terlalu berpengaruh besar
terhadap kenaikan sembako, seperti yang diresahkan masyarakat.
Tetapi tidak dengan pihak yang
kontra, mereka tetap meyakini bahwa kenaikan BBM tidak seharusnya terjadi jika
pemerintah bisa mengatasi semua masalah yang ada, terlebih lagi, jika
pemerintah berdalih bahwa sebagian dana di alokasikan untuk bantuan langsung
tunai yang diberikan kepada masyarakat kurang mampu, yang mereka beranggapan ,
bahwa dengan bantuan tersebut bisa mensejahterakan rakyat.
Meskipun pada kenyataannya hal
tersebut tidak sesuai dan tidak tepat sasaran, tetapi pemerintah tetap
mengambil keputusa tersebut. Sebagian kalangan beranggapan bahwa pemberian
Bantuan Langsung Tunai tersebut tidak efekif, mengingat bahwa sebagian besar
penduduk indonesia adalah kalangan menengahkebawah, dan itu terjadi karena
kurangnya lapangan pekerjaan, alangkah lebih tepatnya jika anggaran tersebut
digunakan pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat,
sehingga masyarakat tidak hanya menerima uang tunai yang nominalnya tidak
seberapa satu kali waktu, sedangkan seterusnya kehidupan mereka tidak berubah,
tetapi lebih kepada pemberian lapangan pekerjaan yang akhirnya bisa memperbaiki
perekonomian.
Terlebih lagi, mafia korupsi masih
ada dimana-mana bahkan dikalangan aparat-aparat pemerintah bawahan seperti
kepala desa, pamong dan sejenisnya. Hal tersebut menambah ketidak efektifan pemberian
bantuan langsung tunai terhadap masyrakat miskin. Kecurangan. Tentu saja
kecurangan mewarnai aksi pemberian BLT. Banyak warga miskin yang seharusnya
ikut menikmati, tetapi merek justrua tidak mendapatkan haknya, sedangkan warga
yang dianggap sudah mampu, malah ikut menikmati
hak yang sejatinya bukan hak mereka. Harapan pemerintah tidak sesuai
dengan pelaksanaan di lapangan. Begitulah yang terjadi, dan apakah akhirnya efek kenaikan BBM yang
digembor-gemborkan sebagian dananya di alokasikan untuk membantu masyarakat
kurang mampu bisa dijadikan dalih?. Tentu saja tidak, bahkan akhirnya masyarakat
kurang mampu juga lah yang selalu menjadi sasaran. Terjepit.
***
Sebagai mahasiswa yang memiliki
peran sebagai Agent of change, Social control, dan Iron stock, tentunya mereka tidak bisa acuh melihat keadaan
tersebut. Terlebih lagi sebagai negarawan muda, harus siap menghadapi tantangan
yang terjadi, membawa perubahan menjadi lebih baik, mengontrol gejolak yang
terjadi antara pemerintah dan masyarakat sehingga terjadi keseimbangan dan
tidak merugikan salah satu pihak. Generasi muda harus bisa berperan sebagai
komunikator antara pemerintah dan masyrakat, menyalurkan aspirasi rakyat kepada
pemerintah, dan memberikan informasi dari pemerintah kepada masyarakat.
Rakyat
atau pemerintah?? Jawabannya adalah kedua-duanya. Karena pemuda adalah generasi
penerus bangsa, yang akan meneruskan pemerintahan bangsa ini dan memimpin
rakyat, sesuai dengan ideologi sistem demokrasi bangsa ini. Dari rakyat oleh
rakyat dan untuk rakyat.
***
Nama : Riyatul Masulin
Studi : Teknologi Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang
Facebook : Riya Jojoba
Twitter : @RiyatulM
0 komentar :
Posting Komentar