Oleh : Rahmatul Khasanah
Negarawan itu, bukanlah ia yang hanya pandai dalam
berbicara. Negarawan muda itu, ialah yang berani mengambil keputusan atas apa
yang ia yakini dan apa yang ia katakan. Negarawan muda itu tak kenal kompromi
terhadap ketidakadilan yang melanda di negeri ini. Negarawan muda itu tak
pernah lelah dalam berjuang demi kemajuan bangsa Indonesia. Setiap geraknya
senantiasa mencerminkan kebenaranNya. Setiap tuturnya menampakkan kejujurannya.
Dan setiap buah pikirnya, mampu merajut asa membangun bangsa, membangun
Indonesia. Karena ia adalah Negarawan Muda yang akan memimpin Indonesia!
Mengapa
harus menyangkut dengan negarawan muda? Karena sudah bukan saatnya lagi memikirkan
diri kita sendiri, saatnya etoser menjadi negarawan muda yang berpikir tentang
negara. Tentang pengelolaan negara, cita, dan kontribusi.
Itu
berarti semua “masalah diri” harus selesai. Dan itulah yang masih harus
diperbaiki lagi. Kemauan untuk “menyembuhkan” negara, harus dimulai dari
“menyembuhkan” diri sendiri. Jangan sampai kita ikut-ikutan “manambah masalah”
bagi negara, tapi etoser harus menjadi “problem solver” bagi bangkitnya
Indonesia.
Kini
indonesia boleh dikatakan saat ini sedang mengalami krisis negarawan. Banyak
peristiwa yang belakangan ini semakin membuat pesimis dalam menatap masa depan
kepemimpinan negeri ini, kasus korupsi yang semakin merajalela, hukum yang
seperti pisau, tumpul ke untuk masyarakat atas (penguasa), tapi tajam untuk
masyarakat bawah, masalah pelayanan publik, krisis energi, kemiskinan,
pendidikan, hingga penjajahan ekonomi oleh negara asing yang tak kunjung usai.
Nah, pada detik ini yang dibutuhkan adalah kontribusi tangan-tangan negarawan muda yang tangguh, mengapa
harus negarawan muda karena pemuda lebih banyak memiliki kelebihan dari pada
yang tua misalnya adalah mempunyai fisik yang masih kuat, pikiran yang selalu
memunculkan ide-ide segar dan inovatif, ketangguhan dalam bekerja keras,
memiliki idealisme keberanian yang tinggi sehingga bisa dengan berani pula mengatakan
dan membela kebenaran. Oleh karena itu, meskipun keadilan di indonesia semakin
merapuh, namun negarawan akan tetap lahir meski bukan dari rahim-rahim
kenyamanan sosial, namun ia akan lahir dari insan-insan yang memiliki
kegelisahan sosial dan kepekaan yang tinggi terhadap masalah bangsa.
Negarawan,
berdasarkan KBBI diartikan sebagai ahli dalam kenegaraan; ahli dalam
menjalankan negara (pemerintahan); pemimpin politik yg secara taat asas
menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola
masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan.
Sejalan dengan
Erie Sudewo berucap, negarawan muda Indonesia adalah orang yang tanggung
jawabnya besar, ia akan menjadi professional dan handal. Siapa yang egonya
rendah dan mempunyai visi, ia akan menjadi pemimpin yang baik. Adakah kita
temukan pemimpin kita seperti itu? Ego rendah, namun menjunjung visi dan misi
negara menuju kesejahteraan.
Tentu
jelas bahwa negarawan mestilah bijaksana. Namun, kini kita dihadapkan pada
sebuah masalah besar dimana para pemimpin kita seolah lupa bahwa mereka adalah
negarawan yang mestinya bijaksana dan membawa bangsa Indonesia mencapai tujuannya.
Mereka malah terlena oleh jabatan dan uang. Hedonisme dan materialisme menjadi
landasan bakti pada negara.
Nah, sebagai etoser dan negarawan
muda yang baik yang kita butuhkan sekarang ini bukanlah saling menyalahkan satu
sama lain. Menciptakan kesejakteraan adalah tugas kita bersama. Oleh karena
itu, marilah kita menelusuri dan memberikan solusi cerdas bagaimana menciptakan
negara indonesia yang sejahtera,adil dan makmur untuk semua kalangan.
Kini setelah diteliti lebih kita tertipu
oleh sebuah sistem yang dimana pada dasarnya sistem inilah yang menjadi sumber
dari segala sumber masalah yang ada di Negara kita. Demokrasi inilah sistem
yang menjadi permasalahan utama bagi Negara kita, sudah puluhan tahun Negara
merdeka setelah diproklamirkan pada tanggal 17 agustus 1945, namun tidak ada
perubahan pada rakyat bangsa ini. Selain itu juga ketika kita menilik sejarah
tak satupun Negara yang mampu menjadi sebuah Negara sejahtera dengan menerapkan
konsep demokrasi pada sistem pemerintahannya.
Ketika berbicara mengenai kontribusi
negarawan muda, untuk membawa bangsa ini kearah lebih baik maka sudah terjawab
sudah para negarawan muda harusnya dengan jiwa persatuan mau merubah sistem
demokrasi ini, karena fakta telah berbicara sekian banyak pemimpin yang menjadi
kepala di Negara kita dengan tipe yang berbeda-beda dengan terus mengemburkan
demokrasi tapi tidak ada perubahan pada bangsa kita. Oleh sebab itu sistem
pulalah yang harus diganti.
Mengenai pergantian sistem tentu
kita mengarah kepada sistem Negara yang pernah ada didunia ini, diantaranya
adalah social komunis dan system syariah islam.
Social komunis juga pernah
diterapkan di negara kita yaitu pada rezimnya bung karno dimana pancasila
ditarik kearah komunis namun bangsa ini tetap dalam keterpurukan, maka system
yang kami tawarkan sebagai pemuda yang mau menyumbangkan kontribusinya untuk
Negara adalah system syariah islam,
Secara historis hanya system
islamlah yang mampu mendatangkan kesejahteraan bagi umat, satu-satunya system
yang pernah jaya pada masanya yang selalu sesuai antara teori dengan prakteknya
atau istilah kerennya antara das sollen
dengan das sein itu selalu mendukung
berbeda dengan sistem yang ada sekarang
antara dan prakteknya itu selalu terjadi kesenjangan atau selalu
menyalahi aturan.
Oleh karena itu sebagai negarawan muda
harusnya kita berpikir karena secara realitas maupun historis hanya sistem
islamlah yang mampu mendatangkan kemaslahatan umat, oleh karena itu himbauan
saya bagi yang mengaku negarawan muda mari kita bersama-sama menciptakan
kembali Negara yang sejahtera dengan mengganti orang dan sistem yang ada di
Negara kita. ada beberapa unsur yang harus ada dalam jiwa seorang pemimpin yang
berkarakter Muslim Negarawan yaitu Pertama, Memiliki Basis Ideologi Islam yang Mengakar.
Maksudnya adalah seorang muslim negarawan haruslah memiliki dasar
keislaman yaitu Aqidah yang benar-benar mengakar ke dalam hati dan jiwa
sehingga segala tindak-tanduknya tidak akan lepas dari Al-Quran dan As-Sunnah
dan juga orientasinya kepada akhirat. Kedua, Memiliki Basis Pengetahuan dan Pemikiran yang Mapan. Yang dimaksud pengetahuan ini tidak hanya
pengetahuan tentang kenegaraan atau keindonesiaan saja, namun ilmu yang lebih
pokok yaitu pengetahuan ke-islaman pun harus lah dimiliki seorang calon pemimpin
Muslim Negarawan, sehingga dengan kedua ilmu itu harapannya bisa menyelaraskan
antara ilmu dunia (umum) dan ilmu akhirat (agama) dan juga mempunyai wawasan
yang luas. Ketiga, Idealis dan
Konsisten. Idealis di sini
maksudnya adalah meletakkan islam sebagai solusi untuk berbagai permasalahan
yang ada. Tidak hanya idealis namun juga mampun bergerak secara dinamis dan
konsisten terhadap idealismenya. Keempat, Berkotribusi pada Pemecahan Permasalahan Umat dan Bangsa. Kelima,
Menjadi Perekat Komponen Bangsa sebagai
Upaya Perbaikan. Seorang pemimpin seharusnya mampu merekatkan dan
menyatukan berbagai kompenen bangsa yang ada sehingga bisa terjalin dan
terpeliharanya sebuah komunikasi, solidaritas, dan kerjasama yang baik dengan
masyarakat dalam upaya menyelesikan masalahnya.
Memang tidak
mudah mewujudkan pemimpin muda dengan karakter Negarawan, namun juga bukan
suatu kemustahilan pemimpin seperti itu bisa lahir sehingga harapannya bisa
membawa pencerahan dan perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Sudah
lama bangsa dan umat ini merindukan para pemimpin perubahan yang memiliki
idealisme dan kompetensi yang diperhitungkan. Para pemimpin yang terlahir dalam
rahim gerakan Islam yang tertata rapih (quwwah al munashomat) , dan semangat
keimanan yang kuat (ghiroh qawiyah) serta kompetensi yang tajam. Para pemimpin
yang muda serta memiliki KARAKTER MUSLIM NEGARAWAN.
Semoga
semangat negarawan muda bukanlah sekedar jargon, bukan sekedar mimpi atau
harapan semata. Namun, kita harus bisa mewujudkannya. Negarawan Muda, Indonesia
Berdaya.
Nama : Rahmatul Khasanah
Studi : Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
Facebook : Rahmatul Chasanah
Twitter : @HCharmacamelion
Facebook : Rahmatul Chasanah
Twitter : @HCharmacamelion
0 komentar :
Posting Komentar