Oleh: Yogi Yanto*
Mentelaah makna negarawan bagi Indonesia, tentu tak
terlepas dari peranan vital dari kalangan pemuda, khususnya mahasiswa. Jika
kita meniliksekilas tentang sejarah, mahasiswa memang mempunyai romantisme
sejarah pergerakan nasional yang kuat. Pada tahun 1928 merupakan tonggak awal
dari mahasiswa yang memprakarsai pergerakan nasional dengan menghasilkan Sumpah
Pemuda, semuanya tidak terlepas dari tokoh-tokoh seperti Muhammad Yamin,
Sugondo Joyopuspito, dan mahasiswa-mahasiswa Indonesia. Mahasiswa kembali
menorehkan tinta sejarahnya yang masing-masing menghasilkan kemerdekaan
Indonesia dan munculnya Orde Baru pada tahun 1945 dan 1966. Memasuki tahun 1997
terjadi yang namanya krisis moneter yang menghasilkan reformasi 1998,
mahasiswaikut andil dengan menjatuhkan rezim otoriterpada zaman Orde Baru yang telah
"Berkuasa" selama 32 tahun.
Dari sejarah pergerakan nasional tersebut, mahasiswa yang
sekaligus negarawan muda dapat memetik pelajaran bahwa kekuatan idealisme dan
semangat mencintai bangsa sangat luar biasa. Tak berlebihan jika mahasiswa diidentikkan
dengan berbagai label, di antaranya sebagai agent
of change, iron stock, dan label-label lain yang kadangkala menuntut
pertanggungjawaban kepada masyarakat, dalam arti sempit mahasiswa mampu menjadi
negarawan muda yang berperan dalam pemberdayaan Indonesia. Negarawan muda
sebagai bagian masyarakat terdidik mesti merespons apa sebenarnya yang sedang
terjadi hangat di masyarakat. Namun sekarang kenyataannya telah berbeda, negarawan
muda terlindas oleh kepentingan yang bersifat radikalisme. Zaman sekarang,
negarawan mudamengalami distorsi hilang jati dirinya dan belum mampu membuat
perubahan yang berarti bagi bangsa Indonesia. Yang ada mereka sibukterhadap hal
negative: keonaran, tawuran, memakai obat terlarang atau ikut berkecipung dalam
praktik prostitusi. Status sebagai “warga intelektual” yang disandang negarawan
muda tercoreng dengan tingkah laku menyimpang ke arahyang seharusnya tidak
pantas di lakukan oleh mereka.
Harus diakui, arus modernisasi yang berjalan kuat dan
pesat, membuat dinamika negarawan muda berjalan sangat dinamis dengan tingkat
kebebasan berpikir yang sangat tinggi. Melalui disiplin keilmuan yang diterimanegarwan
muda serta jaringan pergaulan dan informasi yang mampu diaksesnya, menjadikan mereka
hidup dalam dunia kebebasan yang sangat luas. Modernisasi telah menggeser dan
meruntuhkan segala pranata yang sudah mapan, termasuk pranata moral keagamaan
dan sosial dalam diri negarawan muda.Padahal, tidak sedikit dari mereka yang
berlatarbelakang masyarakat desa dengan kultur yang sangat bertolak belakang
dari gaya kebebasan akibat dari arus modernisasi. Alfin Tofler menyebut gejala
ini dengan istilah cultural shock,
sebuah keterkejutan budaya yang tanpa disadari menyeretnya ke dalam arus
kebudayaan baru yang tidak dikenal sebelumnya. Sehingga pengaruh modernisasi
mampu merubah cara pikir negarawan. Dampaknya, karakter pribadi padanegarawan
telah termodifikasi oleh pengaruh
modernisasi yang menuju ke arah lemahnya jati diri mereka.
Sungguh miris, zaman modernisasi bukannya menjadi negarawan
muda yang lebih intelek, namun malah menjerumuskan mereka pada titik egoisme.
Hal ini tampak rendahnya rasa kepedulian terhadap masyarakat mengalami penurunan
dari tahun ke tahun, mereka telah dininabobokan oleh budaya hedonisme dan
terjerat ke dalam kubangan kapitalisme. Dua budaya ini lamat-lamat memasuki
relung kehidupan negarawan muda tanpa disadari.
Namun, bila membahas sisi negatif dari peranan
negarawan muda tak akan ada habisnya, ada baiknya bila penulis menarik sedikit
simpulan dari perjuangan sejarah mahasiswa. Dari perjuangan sejarah mahasiswa
yang melahirkan reformasi 1998 tersebut menggambarkan bahwa negarawan disibukkandengan
berbagai persiapan dan pengorbanan demi pencapaian cita-cita, bukan malah
tenggelam pengaruh hedonisme. Singkatnya, mahasiswa yang di katakana negarawan
muda adalah mereka yang sibuk dengan pergulatan bidang ilmu yang di miliki dan
mempersiapkan bekal sebanyak mungkin untuk menjemput masa depan.
Pun, dunia modernisasi bukan untuk di hindari, tetapi
bagaimana kita mampu mengkolaborsi dari potensi yang kita miliki dengan dunia modern.
Penulis mencoba menganalisis kembali makna dari negarawan muda secara
etimologis. Kata negarawan adalah berasal dari negara yang di beri akhiran
–wan, jadi menurut penulis negarawan adalah sikap kepedulian yang diperlukan dalam
menghadapi persoalan kemasyarakatan yang berhubungan orang-orang demi
perputaranroda-roda sebuah negara, sedangkan mudaadalah masa emas (15-45 tahun)
dari suatu keadaan manusia yang harusnya menciptakan sebuah mahakarya. Sehingga,
negarawan merupakan masa emas bagi manusia untuk menciptakan kebermanfaatan
bagi orang lain, bangsa dan negara dalam mengarungi kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Penulis sendiri adalah bagian dari negarawan muda,
apalagi telah menjadi bagian dari Beastudi Indonesia yang notabenenya adalah lembaga investasi bagi kemajuan negara
Indonesia, selayaknyalah penulis memberikan sumbangan positif bagi masyarakat
dan Indonesia. Namun bila hal tersebut belum terpenuhi, cukuplah mulai dari
kebiasaan rajin membina kekuatan iman, ilmu dan takwa yang nanti berguna bagi
masa depan penulis sendiri bahkan orang lain, yang dikenal dengan “ Negarawan
muda, Indonesia berdaya. ”
Pada dasarnya pembentukan (karakter) negarawan muda
membutuhkan proses panjang untuk melihat apakah fungsi atau peranan dari
negarawan muda telah menjadi kenyataan. Pembentukan karakter negarawan muda
tidak hanya di dukung dari dalam diri mahasiswa itu sendiri, namun juga butuh support dari pihak keluarga maupun teman
dekat (sesama Etoser), lembaga beastudi Indonesia atau bahkan pemerintah
sebagai media yang sekaligus wajib mewadahi perkembangan karakter negarawan
muda. Sehingga dari dukungan tersebut mampu menciptakan generasi penerus (baca:
negarawan muda)yang tidak hanya cerdas intelektual tetapi juga spiritual dan
bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga mahasiswa yang berpegang teguh pada
Al-quran sebagai jalan proses pembentukan karakter yang Islami akan.Bila proses
pembentukan karakter negarawan ini berjalan, maka tercipta negaraw muda yang tangguh dan teguh
pendirian dan tidak mudah terguir arus modernisasi. Sehingga fungsi negarawan
muda sebagai ikon penggerak sekaligus penompang Iron stock bagi Indonesia di
masa mendatang perlahan akan terwujud.Derap langkah negarawan muda yang
memandang futurisme di segala bidangadalah sebagai peluangtonggak kebangkitan
Indonesia. Maju bersama negarawan muda, kibarkan Indonesia lebih berdaya!
Daftar Pustaka
Menteri Agama RI, ‘Al-quran
& Terjemahnya ’, Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 2002
Rawwas Qol’ahji, Muh, ‘ Sirah Nabawiyah ’, Bogor: Al-azhar Press, 2006.
Admin, ‘Muslim
Population of Indonesia’ Online http://www.pewforum.org/Muslim/Muslim-Population-of-Indonesia.aspxAkses Pada tanggal 30 Juli 2013
Adman, ‘Pergerakan
Mahasiswa dalam perpektif sejarah’ Online http://hilmanrasyidamienullah.blogspot.com/2011/03/pergerakan-mahasiswa-dalam-perpektif.html Akses pada tanggal 30 Juli 2013
Yunus, Aminullah. ‘Memahami Kebangkitan
Gerakan Islam Kampus’Online http://www.suaramerdeka.com/harian/0410/08/opi4.h Akses pada tanggal 30 Juli 2013
SUDARMA, (2005). Gerakan mahasiswa dari
masa ke masa (sebuah refleksi terhadap gerakan mahasiswa era Reformasi &
mengenang 7 Tahun Gerakan Mahasiswa 98)
Admin. ‘ Jasa
Tokoh-tokoh Sumpah Pemuda’ Onlinehttp://www.anneahira.com/tokoh-tokoh-sumpah-pemuda.htm Akses pada tanggal 30 Juli 2013
Tentang Penulis
Nama : Yogi Yanto
Studi : Satra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang
Facebook : Yogi Oh Malfinry
Twitter : @G_Greenino
0 komentar :
Posting Komentar