Senin, 29 Juli 2013

Maju Bersama Negarawan Muda, Kibarkan Indonesia Lebih Berdaya!


Oleh: Yogi Yanto*

Mentelaah makna negarawan bagi Indonesia, tentu tak terlepas dari peranan vital dari kalangan pemuda, khususnya mahasiswa. Jika kita meniliksekilas tentang sejarah, mahasiswa memang mempunyai romantisme sejarah pergerakan nasional yang kuat. Pada tahun 1928 merupakan tonggak awal dari mahasiswa yang memprakarsai pergerakan nasional dengan menghasilkan Sumpah Pemuda, semuanya tidak terlepas dari tokoh-tokoh seperti Muhammad Yamin, Sugondo Joyopuspito, dan mahasiswa-mahasiswa Indonesia. Mahasiswa kembali menorehkan tinta sejarahnya yang masing-masing menghasilkan kemerdekaan Indonesia dan munculnya Orde Baru pada tahun 1945 dan 1966. Memasuki tahun 1997 terjadi yang namanya krisis moneter yang menghasilkan reformasi 1998, mahasiswaikut andil dengan menjatuhkan rezim otoriterpada zaman Orde Baru yang telah "Berkuasa" selama 32 tahun.
Dari sejarah pergerakan nasional tersebut, mahasiswa yang sekaligus negarawan muda dapat memetik pelajaran bahwa kekuatan idealisme dan semangat mencintai bangsa sangat luar biasa. Tak berlebihan jika mahasiswa diidentikkan dengan berbagai label, di antaranya sebagai agent of change, iron stock, dan label-label lain yang kadangkala menuntut pertanggungjawaban kepada masyarakat, dalam arti sempit mahasiswa mampu menjadi negarawan muda yang berperan dalam pemberdayaan Indonesia. Negarawan muda sebagai bagian masyarakat terdidik mesti merespons apa sebenarnya yang sedang terjadi hangat di masyarakat. Namun sekarang kenyataannya telah berbeda, negarawan muda terlindas oleh kepentingan yang bersifat radikalisme. Zaman sekarang, negarawan mudamengalami distorsi hilang jati dirinya dan belum mampu membuat perubahan yang berarti bagi bangsa Indonesia. Yang ada mereka sibukterhadap hal negative: keonaran, tawuran, memakai obat terlarang atau ikut berkecipung dalam praktik prostitusi. Status sebagai “warga intelektual” yang disandang negarawan muda tercoreng dengan tingkah laku menyimpang ke arahyang seharusnya tidak pantas di lakukan oleh mereka.
Harus diakui, arus modernisasi yang berjalan kuat dan pesat, membuat dinamika negarawan muda berjalan sangat dinamis dengan tingkat kebebasan berpikir yang sangat tinggi. Melalui disiplin keilmuan yang diterimanegarwan muda serta jaringan pergaulan dan informasi yang mampu diaksesnya, menjadikan mereka hidup dalam dunia kebebasan yang sangat luas. Modernisasi telah menggeser dan meruntuhkan segala pranata yang sudah mapan, termasuk pranata moral keagamaan dan sosial dalam diri negarawan muda.Padahal, tidak sedikit dari mereka yang berlatarbelakang masyarakat desa dengan kultur yang sangat bertolak belakang dari gaya kebebasan akibat dari arus modernisasi. Alfin Tofler menyebut gejala ini dengan istilah cultural shock, sebuah keterkejutan budaya yang tanpa disadari menyeretnya ke dalam arus kebudayaan baru yang tidak dikenal sebelumnya. Sehingga pengaruh modernisasi mampu merubah cara pikir negarawan. Dampaknya, karakter pribadi padanegarawan telah termodifikasi  oleh pengaruh modernisasi yang menuju ke arah lemahnya jati diri mereka.
Sungguh miris, zaman modernisasi bukannya menjadi negarawan muda yang lebih intelek, namun malah menjerumuskan mereka pada titik egoisme. Hal ini tampak rendahnya rasa kepedulian terhadap masyarakat mengalami penurunan dari tahun ke tahun, mereka telah dininabobokan oleh budaya hedonisme dan terjerat ke dalam kubangan kapitalisme. Dua budaya ini lamat-lamat memasuki relung kehidupan negarawan muda tanpa disadari.
Namun, bila membahas sisi negatif dari peranan negarawan muda tak akan ada habisnya, ada baiknya bila penulis menarik sedikit simpulan dari perjuangan sejarah mahasiswa. Dari perjuangan sejarah mahasiswa yang melahirkan reformasi 1998 tersebut menggambarkan bahwa negarawan disibukkandengan berbagai persiapan dan pengorbanan demi pencapaian cita-cita, bukan malah tenggelam pengaruh hedonisme. Singkatnya, mahasiswa yang di katakana negarawan muda adalah mereka yang sibuk dengan pergulatan bidang ilmu yang di miliki dan mempersiapkan bekal sebanyak mungkin untuk menjemput masa depan.
Pun, dunia modernisasi bukan untuk di hindari, tetapi bagaimana kita mampu mengkolaborsi dari potensi yang kita miliki dengan dunia modern. Penulis mencoba menganalisis kembali makna dari negarawan muda secara etimologis. Kata negarawan adalah berasal dari negara yang di beri akhiran –wan, jadi menurut penulis negarawan adalah sikap kepedulian yang diperlukan dalam menghadapi persoalan kemasyarakatan yang berhubungan orang-orang demi perputaranroda-roda sebuah negara, sedangkan mudaadalah masa emas (15-45 tahun) dari suatu keadaan manusia yang harusnya menciptakan sebuah mahakarya. Sehingga, negarawan merupakan masa emas bagi manusia untuk menciptakan kebermanfaatan bagi orang lain, bangsa dan negara dalam mengarungi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penulis sendiri adalah bagian dari negarawan muda, apalagi telah menjadi bagian dari Beastudi Indonesia yang notabenenya adalah lembaga investasi bagi kemajuan negara Indonesia, selayaknyalah penulis memberikan sumbangan positif bagi masyarakat dan Indonesia. Namun bila hal tersebut belum terpenuhi, cukuplah mulai dari kebiasaan rajin membina kekuatan iman, ilmu dan takwa yang nanti berguna bagi masa depan penulis sendiri bahkan orang lain, yang dikenal dengan “ Negarawan muda, Indonesia berdaya. ”  
Pada dasarnya pembentukan (karakter) negarawan muda membutuhkan proses panjang untuk melihat apakah fungsi atau peranan dari negarawan muda telah menjadi kenyataan. Pembentukan karakter negarawan muda tidak hanya di dukung dari dalam diri mahasiswa itu sendiri, namun juga butuh support dari pihak keluarga maupun teman dekat (sesama Etoser), lembaga beastudi Indonesia atau bahkan pemerintah sebagai media yang sekaligus wajib mewadahi perkembangan karakter negarawan muda. Sehingga dari dukungan tersebut mampu menciptakan generasi penerus (baca: negarawan muda)yang tidak hanya cerdas intelektual tetapi juga spiritual dan bermanfaat bagi masyarakat. Sehingga mahasiswa yang berpegang teguh pada Al-quran sebagai jalan proses pembentukan karakter yang Islami akan.Bila proses pembentukan karakter negarawan ini berjalan, maka  tercipta negaraw muda yang tangguh dan teguh pendirian dan tidak mudah terguir arus modernisasi. Sehingga fungsi negarawan muda sebagai ikon penggerak sekaligus penompang Iron stock bagi Indonesia di masa mendatang perlahan akan terwujud.Derap langkah negarawan muda yang memandang futurisme di segala bidangadalah sebagai peluangtonggak kebangkitan Indonesia. Maju bersama negarawan muda, kibarkan Indonesia lebih berdaya!

Daftar Pustaka
Menteri Agama RI, ‘Al-quran & Terjemahnya ’, Semarang: Pt. Karya Toha Putra Semarang, 2002
Rawwas Qol’ahji, Muh, ‘ Sirah Nabawiyah ’, Bogor: Al-azhar Press, 2006.
Admin, ‘Muslim Population of Indonesia’ Online http://www.pewforum.org/Muslim/Muslim-Population-of-Indonesia.aspxAkses Pada tanggal 30 Juli 2013
Adman, ‘Pergerakan Mahasiswa dalam perpektif sejarah’ Online http://hilmanrasyidamienullah.blogspot.com/2011/03/pergerakan-mahasiswa-dalam-perpektif.html Akses pada tanggal 30 Juli 2013
Yunus, Aminullah. ‘Memahami Kebangkitan Gerakan Islam Kampus’Online http://www.suaramerdeka.com/harian/0410/08/opi4.h Akses pada tanggal 30 Juli 2013
SUDARMA, (2005). Gerakan mahasiswa dari masa ke masa (sebuah refleksi terhadap gerakan mahasiswa era Reformasi & mengenang 7 Tahun  Gerakan Mahasiswa 98)
Admin. ‘ Jasa Tokoh-tokoh Sumpah Pemuda’ Onlinehttp://www.anneahira.com/tokoh-tokoh-sumpah-pemuda.htm Akses pada tanggal 30 Juli 2013



Tentang Penulis
Nama : Yogi Yanto
Studi : Satra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang
Facebook : Yogi Oh Malfinry
Twitter : @G_Greenino








0 komentar :

Posting Komentar