Senin, 29 Juli 2013

SOSOK NEGARAWAN YANG HILANG

Karya : Muhammad Riki Samsugi
Di Negara kita tercinta ini sudah jarang sekali kita menemukan sosok seorang negarawan, banyak orang yang mengaku menjadi seorang negarawan, namun tidak mencerminkan sikap dan sifat seorang negarawan. Pada dasarnya seorang negarawan sejati, sudah sepantasnya atas nama cintanya terhadap bangsa, mereka akan selalu tanggap dengan isu-isu masalah yang sedang melanda negaranya. Ketanggapan itu muncul karena dorongan dari dalam dirinya yang memang selalu berpikir untuk negaranya. Aksinya bukan sekedar menunjukkan kepedulian akan masalah semata, melainkan lebih dari itu. Seorang negarawan selalu ingin negaranya menjadi lebih baik. Maka, setiap permasalahan yang mendera negaranya akan ia pikirkan dari kacamata solusi. Namun sekarang ini sangat langka orang-orang seperti ini terutama dinegeri kita tercinta ini. Banyak orang yang lebih pintar memunculkan masalah, tapi tidak punya solusi untuk menyelesaikannya, Indonesia tidak butuh orang-orang seperti ini karena hanya akan menambah masalah yang sudah ada,bukankah masalah dinegara kita ini sudah terlalu banyak sehingga tidak tahu harus menyelesaikan yang mana. Perlu adanya peran dari generasi muda khususnya para mahasiswa untuk mengembalikan soso-sosok negarawan yang kini telah hilang dimakan masa dan kebudayaa bangsa yang sulit sekali untuk dihilangkan salah satu contoh adalah kebudayaan korupsi yang sampai sekarang masih diterapkan dan kebudayaan inilah yang memicu seseorang untuk sulit menjadi seorang negarawan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa ahli negara disebut sebagai negarawan. Seorang negarawan adalah orang yang ahli dalam kenegaraan, ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan), atau pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan. Dimana Kewibawaan tersebut tercipta karena seorang negarawan memiliki sebuah karakter yang kuat. Makin kuat karakter seseorang, makin tercetak pula nuansa wibawa dalam dirinya. Dalam definisi lain disebutkan bahwa seorang negarawan haruslah memiliki suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan. Dari pengertian diatas mungkin sudah sering kita menemukan orang yang memiliki keahlian dalam Negara, bahkan sangat ahli tapi berapa banyak yang memiliki jiwa negarawan. Namun yang terpenting dari seorang negarawan adalah bagaimana dia mampu untuk mencari solusi dari setiap permasalah yang ada menyangkut permasalahan yang melanda negaranya, bukan sekedar pandai mencari atau membuat kebijakan-kebijakan yang kadang merugikan banyak pihak bahkan mengumbar permasalahan-permasalahan baru yang akan menambah beban Negara.
Berbicara tentang sosok negarawan tidak terlepas dari karakter yang dimiliki oleh seoarang negarawan tersebut. Salah satu karakter yang wajib dimiliki olah seorang negarawan adalah integritas. Integritas adalah sebuah kejujuran. Dalam pengertian lain dikatakan bahwa integritas adalah suatu sifat yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan sebuah kewibawaan. Dipandang dari segi individu, seorang negarawan pastilah memiliki integritas. Ia tak akan bersembunyi di balik kedok apapun. Justru dia akan menampilkan jati dirinya, salah satunya untuk menciptakan citra baik akan negaranya.
Dalam sudut pandang negara pun, seorang negarawan pastilah memiliki integritas bangsa. Tak mungkin seorang negarawan yang selalu berpikir solutif akan masalah bangsanya tidak memikirkan bagaimana agar bangsanya utuh dan selalu bersatu. Atas dasar inilah, seorang negarawan akan mempertimbangkan pula apakah kebijakannya merupakan sebuah kebijaksanaan. Seorang negarawan akan berpikir ulang jika tindakannya tidak mencerminkan sikap yang bijaksana. Contohnya, jika aksinya jusrtu merugikan sebagian golongan yang justru akan menimbulkan perpecahan bangsa, tentu seorang negarawan akan berpikir ulang untuk menjalankannya. Hal ini karena seorang negarawan berharap keutuhan negaranya semata. Maka, wajar kiranya jika seorang negarawan haruslah memiliki integritas, baik integritas secara individu, maupun integritas bagsa.
Di Indonesia banyak kita temukan orang pintar namun jarang kita temukan yang memiliki integritas, atas dasar inilah saya menyebutkan bahwa sosok negarawan di Indonesia telah hilang dimakan masa dan kebudayaan, bagaimana mungkin seoarang ingin menjadi seorang negarawan tampa harus memiliki integritas yang tinggi untuk dirinya sendiri maupun untuk negaranya, karena salah satu syarat seorang dikatakan memiliki jiwa kenegarawanan adalah memiliki integritas yang tinggi. Di Indonesia seolah-olah kita hanya dijejali dengan para politikus-politikus yang setiap waktu jumlahnya bertambah banyak. Namun yang dibutuhkan Indonesia saat ini bukanlah politikus-politikus melainkan para negarawan.
Dengan hilangnya sosok-sosok negarawan dinegara kita ini tentunya dibutuhkan peran dari kalangan muda khususnya para mahasiswa untuk mengembalikan makna negarawan yang sejatinya atau sesungguhnya dengan mulai mempersiapkan diri dibangku perkuliahan, mulai dari hal kecil seperti ikut dalam organisasi kampus maupun fakultas, ikut serta dalam kepanitiaan serta terjun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan dan sosialisasi. Dengan mengikuti organisasi maupun kepanitian maka sedikit tidak akan melatih jiwa kenegarawanan yang kelak akan sangat berguna untuk Negara kita tercinta yaitu Negara Indonesia. Adapun yang dapat dilatih dari organisasi tersebut adalah salah satunya kejujuran dan integritas yang menjadi salah satu unsure dari seorang negarawan.
Disamping itu perlu adanya panutan atau tauladan yang harus kita ikuti dalam mencapai gelar sebagai seorang negarawan, yaitu junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW jelas merupakan seorang sosok yang memiliki integritas tinggi. Kejujuran sudah melekat pada dirinya sejak beliau belia. Terbukti dengan julukan Al-Amin yang diakui oleh para kabilah tanpa pandang dulu apakah ia nantinya beriman atau tidak. Dengan intergritas yang dimiliki ini pulalah, Rasulullah SAW dapat memiliki kebijaksanaan dalam memecahkan perseturuan di antara para suku tersebut. Berkat kebijaksanaan itulah, dengan sendirinya kewibawaan tercetak jelas dalam diri Rasulullah SAW.
Tidak sebatas pada karakter pribadi Rasulullah SAW, beliau juga memikirkan masalah yang kala itu melanda. Keadaan masyarakat yang jahililiyah menggelitik Rasulullah SAW untuk bekhalwat di gua Hiro’. Salah satunya untuk memikirkan masyarakatnya dan tentunya berharap menemukan solusi atas masalah tersebut. Sikap ini sebagai bukti bahwa Rasulullah SAW memiliki visi ke depan untuk mengentaskan masalah masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Rasulullah SAW adalah sosok negarawan sejati. Beliau mampu memimpin masyarakat yang semula terpecah belah menjadi sebuah kesatuan yang utuh dan menjadi negara yang kuat. Sekali lagi ini menjadi bukti bahwa seorang negarawan harus memiliki integritas bangsa.

Bukan menjadi hal asing lagi bahwa negara yang dibangun oleh Rasulullah SAW adalah negara terkuat dan bahkan bisa mengalahkan negara-negara lainnya. Bahkan Michael H Hart dalam bukunya The 100 menempatkan Rasulullah SAW sebagai orang pertama yang memiliki pengaruh besar terhadap dunia dan tidak ada pemimpin yang bisa mengalahkan dirinya. Oleh karena itu ketika mencari model untuk sosok negarawan sejati, tidak ada pribadi yang lebih sempurna dibandingkan Rasulullah SAW. Maka, salah satu cara untuk menjadi seorang negarawan sejati adalah dengan meneladani sifat, sikap, dan karakter Rasulullah SAW.
            Berbicara masalah negarawan mungkin tidak akan pernah selesai, apalagi dengan semakin hilangnya sosok negarawan dari masing-masing individu, namun mari kita persiapan dan menumbuhkan kembali jiwa-jiwa negarawan muda melalui generasi muda, terlebih lagi kepada para mahasiswa. Hal ini dikarenakan mahasiswa digadang-gadang sebagai iron stock alias simpanan yang bermental kuat seperti besi. Berbicara dari sudut pandang politikus dan negarawan, tentu stok yang diingankan bukan`sekedar stok yang mampu menjadi politikus saja, melainkan stok yang memiliki semangat akan negaranya hingga pantas disebut sebagai seorang negarawan.
 Untuk menjadi seorang negarawan, khususnya dengan berkiblat pada sosok Rasulullah SAW, maka yang pertama kali dipersiapkan adalah pembentukan karakter. Karakter menjadi perkara penting karena dengan karakter inilah akan menentukan bagaimana sikap seseorang. Hal ini menjadi menarik pula ketika dihadapkan pada diri seorang pemuda. Para pemuda sering dikatakan sedang mengalami proses pencarian jati diri. Maka, akan lebih baik kiranya jika proses pencarian jati diri ini diarahkan pada jalan yang benar. Salah satu jalan tersebut yaitu jalan untuk mencintai bangsanya dan menjadi sosok negarawan.
Jalan pertama jelas seorang pemuda harus memiliki intergitas terlebih dahulu. Pembentukan integritas ini tidak bisa diciptakan dalam sekejap mata. Maka benar kiranya jika pembentukan karakter ini dimulai sejak muda, bahkan bila perlu sejak dini. Mental-mental kejujuran harus terpatri dalam diri setiap pemuda. Semangat-semangat keutuhan bangsa harus mendarah daging pula dalam diri seorang pemuda. Inilah mengapa pembentukan karakter menjadi upaya penting pertama yang harus dilakukan.
Apabila karakter seorang pemuda tersebut telah kuat, dengan sendirinya dia akan memenuhi syarat negarawan selanjutnya yaitu memiliki kebijaksanaan dan kewibawaan. Kedua sikap ini muncul secara alamiah pada diri orang yang berkarakter. Wibawa memang bisa dicipta, bisa dibentuk, bahkan bisa dimanipulasi. Tetapi karena sejak semula orang tersebut telah memiliki kejujuran pada dirinya sendiri, maka wibawa yang tercipta dalam dirinya adalah wibawa murni yang akan kekal dan tak terpengaruh oleh kondisi.
Begitu kebijaksanaan dan kewibawaan tercipta sebagai manifestasi dari sebuah kejujuran, maka langkah selanjutnya adalah mengenali permasalahan bangsa dan berupaya menemukan solusinya. Hanya memiliki karakter kuat saja tidak cukup. Orang berkarakter tapi tidak memikirkan negaranya, sampai kapan pun tidak akan disebut sebagai negarawan. Maka, kepekaan terhadap kondisi bangsa menjadi syarat mutlak yang harus dibina pada generasi muda untuk menjadi seorang negarawan.
Kepekaan ini dapat dirangsang dengan berbagai metode. Mahasiswa sebagai manusia intelektual pastilah paham bagaimana cara mengenali masalah bangsa. Yang menjadi perkara adalah mampukah belajar untuk menemukan solusinya. Maka, selagi masih menjadi mahasiswa, upaya yang harus dilakukan tidak hanya mengkaji masalah saja, tetapi saling bersinergi pula untuk menemukan solusi jitu terhadap permasalahan bangsa.

Dengan karakter kuat dan pemikiran ke depan yang matang akan permasalahan bangsa pada diri generasi muda, bukan hal mustahil jika kelak tercipta milyaran sosok negarawan di Indonesia. Ketika sosok itu telah jadi, kebijaksanaan pulalah yang akan menuntun mereka untuk beraksi. Apakah mereka akan menjadi negarawan yang praktisi, atau negarawan yang politikus. Apapun itu, masalah bangsa insya Allah akan teratasi. Inilah yang sedang kita cari, bukan hanya seorang politikus tetapi seorang negarawan di semua lini.

Tentang Penulis 
Nama : Muhammad Riki Samsugi
Studi : Adminitrasi Publik Fakultas Ilmu Adminitrasi Universitas Brawijaya Malang
Facebook : Muhammad Riki Samsugi
Twitter : @Riki_SAP




0 komentar :

Posting Komentar